Presented by Kelompok 6:
Barang Mewah yang lebih dikenal dengan nama UU Pajak Pertambahan Nilai 1984 merupakan salah satu produk referensi
system perpajakan nasional (tax reform) 1983. Sebagai pengganti UU nomot 19 Tahun 1951 Drt.jo UU Nomor 35 Tahun 1953
entang pajak penjualan, UU PPN 1984 ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985.
Dalam kurun waktu 15 tahun sejak muali berlaku, Undang-undang ini mengalami dua kali perubahan. Perubahan yang
pertama dilakukan dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 194 yang muali berlaku pada tanggal 1 januari 1995, sedangkan
perubahan yang kedua dilakukan dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 1994 yang muali berlaku pada tanggal 1 januari
1995, sedangkan perubahan yang kedua dilakukan dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang mulai berlaku sejak
Adapun tujuan perubahan ini sebagaimana ditegaskan dalam konsideran filosofi UU Nomor 18 Tahun 2000 adalah:
b) Menciptakan siste perpajakan yang sederhana dengan tanpa mengabaikan pengawasan dan pengamanan penerimaan Negara.
2. Karakteristik pajak pertambahan nilai
Karakter ini memberikan suatu konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak (destinataris pajak)
dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kas Negara berada pada pihak yang berbeda.Pemikul pajak ini
secara nyata berkedudukan sebagai pembeli barang kena pajak atau penerima jasa kena pajak. Sedangkan
penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kas Negara adalah pengusaha kena pajak yang bertindak selaku penjual
b. Pajak objektif
Yang dimaksud pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbunya kewajiban pajak ditentukan oleh
factor objektif yaitu adanya taatbestand .adapun yang dimaksud taat bestand adalah keadaan, peristiwa atau perbuatan
hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama objek pajak. Sebagai pajak objektif, timbulnya
kewajiban untuk membayar pajak pertambahan nilai ditentukan oleh adanya objek pajak.
Tipe Pajak Pertambahan Nilai
a. Consumption Type VAT
Dalam consumtion type value added tax semua pembelian yang digunaka untuk produksi termasuk pembelian barang
modal dikurangkan dari penghitungan nilai tambah. Pajak pertambahan nilai tipe konsumsi ini memiliki beberapa nilai
positif, yaitu:
• Membantu likuiditas perusahaan, karena seluruh Pajak Masukan atas pembelian Barang Kena Pajak yang digunakan
dalam proses produksi segera dapat dikreditkan.
• Menunjang ikli investasi sehat
• Mendorong pengusaha secara berkala melakukan regenerasi alat produksi barang modal tidak dikenakan pajak lebih dari
satu kali.
• Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda (bersift non kumulasi).
Karena berdasarkan pasal 16B UU PPN 1984, terhadap penyerahan BKP/JKP tertentu diberikan fasilitas
maka bagi PKP yang melakukan penyerahan terkait dengan fasilitas dimaksud, pencatatan itu harus
ditambah dengan dua materi lagi yaitu :
8. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan pajak
9. Penyerahan yang PPN dan PPnBM-nya tidak dipungut.
Barang Kena Pajak
(BKP)
Barang kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN
1984. Yang dimaksud dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah:
1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah,
paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia,merek dagang, atau bentuk hak
kekayaan intelektual/ industrial atau hak serupa lainnya.
2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah.
3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial.
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan
hak-hak tersebut pada huruf a, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan tersebut
pada huruf b, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada huruf c, berupa:
5) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan
kepada masyaraka tmelalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang seupa;
6) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran
televisi atau radio yang disiarkan/ dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang
serupa;
7) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;
8) Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video
untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio.
9) Pelepasan seluruhnya atau sebagaian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak
kekayaan intelektual/ industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.
Pengecualian
BKP
Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas
kelompok-kelompok barang sebagai berikut:
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, seperti:
• Minyak mentah (crude oil);
• Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung masyarakat;
• Panas bumi;
• Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit,
felspar (feldsfar), garam batu (halite), grafit, granit/ andesit, gips, kalsit,kaolin,leusit,magnesit, mika,
marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap
(fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan traktit;
• Batu bara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
• Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,
seperti:
• Beras;
• Gabah;
• Jagung;
• Sagu;
• Kedelai;
• Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
• Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami,
dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/ direbus;
• Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, disinkan, atau
dikemasi.
• Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan,
tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/ atau dikemas atau tidak
dikemas; dan
• Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/ atau disimpan
pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering; dan
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham, obligasi dan lainnya).
Jasa Kena Pajak
(JKP)
Jasa kena pajak (JKP)
Penyerahan barang kena pajak adalah setiap kegiatan penyerahan barang kena pajak. Penyerahan pajak
yang termasuk pengertian penyerahan BKP adalah:
1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.
2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian sewa guna usaha (leasing)
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
4. Pemakaian sendiri atau pemberian Cuma-Cuma atas BKP.
5. BKP berupa persedian dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahan.
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi
8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah, penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.
Penyerahan barang yang tidak termasuk dalam pengertian BKP sebagai berikut:
1. Penyerhan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam undang-undang hukum dagang.
2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang.
3. Penyerhahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya.
4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan peleburan,pemekaran,pemecahan dari pengambilan
usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan menerima pengalihan adalah pengusaha
kena pajak.
5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan.
Objek Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Merah (PPN BM)
PPn BM merupakan pemngutan tambahan disam[ing PPn. PPn BM hanya dikenakan satu kali pada
waktu penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pengusaha yang ,enghasilkan atau pada waktu
impor BKP yang tergolong mewah.
Tujuan Pengenaan PPnBM di Samping PPN
Dalam penjelasan pasal 5 UU PPN 1984 ditegaskan bahwa tujuan mengenakan PPnBM
disamping PPN adalah;
a) Untuk memperoleh keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
b) Untuk mengendalikan pola konsumen BKP yang tergolong mewah
c) Melindungi produsen kecil atau tradisioanal
d) Untuk mengamankan penerimaan negara.
Tarif PPnBM
Berdasarkan passal 8 UU PPN 1984,tarif PPnBM adalah sebagai berikut:
e) Atas impor atau penyerahan “ Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah” oleh pabrikan
BKP yang tergolong mewah tersebuyt, dikenakan PPnBM disamping PPN
f) Tarif PPnBM yang semula berkisaran antara 10% sampai dengan setinggi-tingginya 50%
sejak 1 Januari 2001 diubah menjadi paling rendah 10% dan paling tinggi 75%.
g) Atas ekspor BKP yang Tergolong Mwah dikenakan PPnMB dengan tarif 0%.
Dasar Pengenaan Pajak Untuk Menghitung PPnBM yang Terutang
1. Harga jual
2. Penggantian
3. Nilai impor
4. Nilai ekspor
5. Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menderi Keuangan
Nilai impor adalah nilai yang berupa uang yang menjadi dasar penghitung
bea masuk ditambah pungutan berdasarkan kertentuan dalam perundang-
undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor
BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM yang dipungut menurut UU PPN
1984.
Tarif
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif PN yang berlaku saat ini adalah 10%. Sedangkan tariff PPN sebesar
0% diterapkan atas:
• Ekspor BKP Berwujud
• Ekspor BKP Tidak Berwujud
• Ekspor JKP
a. Harga jual
b. Penggantian
c. Nilai impor
d. Nilai ekspor
e. Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Tarif penjualan atas barang mewah dapat diterapkan dalam beberapa
kelompok tarif, yaitu tarif paling rendah adalah 10% dan yang paling
tinggi adalah 200%.