Anda di halaman 1dari 20

JENIS DAN OBJEK

PAJAK
Pajak Pusat dan Pajak
Daerah
 Secara umum, pajak yang berlaku di
Indonesia dapat dibedakan menjadi
Pajak Pusat dan Pajak Daerah.
 Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat yang
dalam hal ini sebagian dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak -
Departemen Keuangan.
 Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah baik
di tingkat Propinsi maupun
Kabupaten/Kota.
Jenis Pajak Pusat
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPn BM)
4. Bea Meterai
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
1. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang
pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adlah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang berasal
baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Dengan demikian maka
penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha,
gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Dasar: UU No. 7 Th 1983 ttg Pajak Penghasilan &
UU No.17/2000 ttg Perubahan Ketiga Atas UU
No.7/1983 ttg Pajak Penghasilan
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah
yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan
jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif
PPN adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal
ekspor, tarif PPN adalah 0%. Yang dimaksud Dengan
Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya.
Dasar: UU No.8/1983 ttg Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah &
UU No.18/2000 ttg Perubahan Kedua atas UU No.8/1983
ttg Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Barang Mewah
3 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak
tertentu yang tergolong mewah, juga dikenakan PPn BM.
Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah adalah :
a. Barang tsb bukan mrpkn brg kebutuhan pokok; atau
b. Barang tsb dikonsumsi oleh masyarakat ttt; atau
c. Pada umumnya brg tsb dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; atau
d. Barang tsb dikonsumsi utk menunjukkan status; atau
e. Apabila dikonsumsi dpt merusak kesehatan dan moral
masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat. 
Dasar:UU No.8/1983 ttg Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah
& UU No.18/2000 ttg Perubahan Kedua atas UU
No.8/1983 ttg Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Barang Mewah
4. Bea Meterai
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi
pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan.
Dasar: UU No.13 Th 1985 ttg Bea Materai

5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau
pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan
Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi
penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah
baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
Dasar: UU No. 12 Th 1985 ttg Pajak Bumi & Bangunan
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola
oleh Pemerintah Pusat namun realisasi
penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan
kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi
maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan.
Dasar: UU No.21 Th 1997 ttg Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan & UU No.20 Th 2000
ttg Perubahan UU No.21 Th 1997 ttg Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pajak Daerah
1. Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah Propinsi:
a.Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
di Atas Air;
b.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air;
c.Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor;
d.Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air Permukaan.
2. Pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
g. Pajak Parkir. 
Dasar:UU No.18 Th 1997 ttg Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah & UU No. 34 Th 2000 ttg
Perubahan atas UU No.18 Th 1997 ttg Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
Penggolongan retribusi berdasarkan Ps. 18 ayat
(1) UU PDRD:
1. Retribusi jasa umum  mis: pelayanan
kesehatan dan pelayanan persampahan,
persewaan aset yg dikuasai pemda, penjualan
bibit, dsb.
2. Retribusi jasa usaha  bersifat komersial yg
segogyanya disediakan oleh sektor swasta, tp
blm memadai atau terdapatnya harta yg
dimiliki & belum dimanfaatkan sec.penuh oleh
pemda.
3. Retribusi perizinan  dlm rgk desentralisasi,
diperlukan u/ melindungi kepentingan umum,
biaya yg mnjd beban daerah dlm
penyelenggaraan izin tsb telah ditetapkan.
Pajak Langsung & Pajak Tidak
Langsung
 Pajak Langsung adlh pajak yg
penagiahnnya dilakukan sec.berkala
(periodik) berdsrkn perbuatan hkm yg
dilak.oleh pejabat pajak menerbitan surat
tagihan pajak, surat ketetapan pajak
kurang bayar, dan surat ketetapan pajak
kurang bayar tambahan. Pengenaan pajak
langsung terkait dg adanya tatbestand
oleh WP dlm jangka waktu ttt (1 th
takwim), spt: PPh, PBB, BPHTB.
 Pajak tidak langsung adlh pajak yg
penagihannya dilakukan sec.tdk
berkala (insidentil) dan pd umumnya
tdk berdasarkan surat tagihan pajak,
surat ketetapan pajak kurang bayar,
dan surat ketetapan pajak kurang
bayar tambahan.
Pengertian Objek Pajak
 Objek pajak adlh sgl sst yg krn uu dpt
dikenakan pajak.
 Sgl sst yg ada dlm masyarakat dpt
dijadikan sasaran atau objek pajak,
baik keadaan, perbuatan, maupun
peristiwa (tatbestand). (R.Soemitro,
1986:99)
Contoh tatbestand :
Keadaan kekayaan ssrg pd st saat
ttt, mis: memiliki motor, tanah, dsb.
Perbuatan  menyerahkan barang
krn perjanjian, mendirikan
rumah/gedung, mengadakan
pertunjukan,dsb.
Peristiwa  keuntungan diperoleh
sec.mendadak, dsb.
Objek Pajak Penghasilan (PPh)
 Yang menjadi objek PPh menurut Ps 4 ayat
(1) UU PPh adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk: a - p
 Penghasilan dpt dikelompokkan mjd:
1. Penghasilan dr pekerjaan dlm hub.kerja dan
pekerjaan bebas spt: gaji, honorarium, praktek
dokter, notari, aktuaris, akuntan, pengacara,
dsb.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dr modal yg brp harta bergerak
atau harta tak bergerak spt: bunga, royalti,
sewa, keuntungan, penjualan harta, atau hak
yg tdk digunakan utk usaha, dsb.
4. Penghasilan lain2, spt pembebasan utang,
hadiah, dsb.
(M.Djafar Saidi, 2007:39)
 Penghasilan (objek pajak) yg
dikecualikan dr pengenaan PPh mnrt
Ps.4 ayat (3) UU PPh:
Objek Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
Objek PPN menurut Ps. 4 ayat (1) UU PPN meliputi:
1. penyerahan barang kena pajak di dalam daerah
pabean yan dilakukan oleh pengusaha;
2. impor barang kena pajak;
3. penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean
yan dilakukan oleh pengusaha;
4. pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean;
5. pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean;
6. ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

Anda mungkin juga menyukai