Anda di halaman 1dari 46

ASPEK PAJAK

DALAM
KEGIATAN
BISNIS :)
PEMBAHASAN
:
a. Gambaran umum tentang pajak
b. Ketentuan umum dan tata cara perpajakan
c. Subjek pajak
d. PPh/ Pajak Penghasilan
e. PBB/ Pajak Bumi & Bangunan
f. PPN/ Pajak Pertambahan Nilai
g. PPnBM/ Pajak Penjualan atas Barang Mewah
h. BPHTB/ Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan
Bangunan
i. Hak & Kewajiban Wajib Pajak
A. Gambaran
umum tentang
Menurut pajak Menurut Para Ahli
UU
Menurut Undang-Undang No. 27 Prof. Dr. Rochmad Soemitro, SH : ''Pajak
Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi adalah iuran rakyat kepada kas Negara
wajib kepada negara yang terutang berdasarkan Undang-undang (yang dapat
oleh orang pribadi atau badan usaha dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
yang bersifat memaksa berdasarkan timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
undang- undang dengan tidak ditunjukkan dan yang digunakan untuk
mendapatkan imbalan secara membayar pengeluaran umum. ''
langsung dan digunakan untuk
keperluan negara dan
sebesarbesarnya untuk kemakmuran
B. KETENTUAN UmUM
DAN TATA CARA
PERPAJAKAN
P engelompokan
1.Fungsi pajak
2 pajak
Sistem.
3.
pemungutan
pajak
1. fungsi pajak
1.fungsi penerimaan
Pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Negara, yaitu
pengeluaran rutin dan pembangunan.

2. fungsi mengatur

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau


melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. pengelompokan
pajak
a. Menurut Golongannya:
Pajak langsung
yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contonya adalah pajak penghasilan.

Pajak tidak langsung


yaitu pajak yang secara tidak langsung dapat dibebankan
atau dialihkan kepada orang lain. Contohnya adalah pajak
pertambahan nilai.
b. Menurut
sifatnya
Pajak subjektif
yaitu jenis pajak yang didasarkan pada
subjeknya atau wajib pajaknya.
Contohnya adalah pajak penghasilan

Pajak objektif
yaitu pajak yang didasarkan pada objeknya, tanpa
memerhatikan subjeknya. Contohnya adalah Pajak
pertambahan Nilai dan pajak penjualan barang
mewah.
c. Menurut lembaga
pemungutnya
Pajak pusat
yaitu pajak yang dipungut oleh pemeritah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara.
Contohnya adalah pajak pengahasilan, pajak
pertambahan nilai

Pajak daerah
yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
3. sistem
pemungutan pajak
1. Self-Assessment System

Yaitu sistem yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak


yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Dalam artian lain bahwa Wajib Pajak adalah pihak yang
berperan aktif dalam menghitung, membayar dan melaporkan
pajak kepada kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau sistem
administrasi online yang dibentuk oleh pemerintah.
2. Official Assessment
System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memungkinkan pihak
berwenang dengan bebas menentukan jumlah pajak yang
harus dibayarkan kepada otoritas pajak atau pemungut pajak.
Dalam sistem pemungutan pajak ini biasanya wajib pajak
bersifat pasif dan hutang pajak hanya dapat digunakan
setelah otoritas pajak mengeluarkan surat ketetapan pajaknya.

3. Withholding Assessment System


Sistem pemungutan pajak ini memberikan pengertian
bahwa besarnya pajak akan dihitung oleh pihak
ketiga yang bukan wajib pajak atau petugas pajak.
c. subjek
pajak
1 Orang
. pribadi
3.
2 Warisan
Badan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan
.4. Bentuk Badan Usaha (BUT)
Orang pribadi adalah perseorangan yang tinggal atau tidak tinggal di Indonesia
1 baik itu WNI/WNA tetapi memiliki penghasilan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan
di Indonesia.

Badan adalah semua badan yang berdiri dan berkembang di Indonesia


2 kecuali badan-badan yang bersifat tidak komersil dan badan yang
pembiayaannya berasal dari APBN/APBD.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan adalah harta warisan
dari pewaris yang harus dibayarkan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum
3 mereka membagi-baginya. Kewajiban pajak bagi ahli waris dimulai saat
timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut dan berakhir pada saat
warisan tersebut selesai dibagi.
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha pribadi dari orang yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia seperti WNA atau WNI belum lebih dari
4 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan berada di Indonesia, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
D. PPh/ Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan atau PPh ialah pajak yang dikenakan terhadap
tiap tambahan nilai kemampuan ekonomis yang diterima oleh WP.
Baik itu yang didapat dari dalam maupun yang dari luar negeri,
yang dapat menambah kekayaan tiap Wajib Pajak (WP). Wajib
Pajak bisa perorangan atau suatu badan usaha. Badan Usaha juga
wajib memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan dikenakan PPh
atas pengelolaan dan penguasaannya atas barang dan jasa.
Beberapa Badan Usaha itu seperti bentuk badan hukum Perseroan
Terbatas (PT), Firma (Fa), Commanditaire Vennootschap (CV),
dan lain sebagainya.
Dasar Hukum: PPh pasal 21
PPh Pasal 21 Mengenai Pemotongan Atas Penghasilan Yang
Dibayarkan Kepada Orang Pribadi Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jabatan, Jasa,Dan Kegiatan.

Dafar tarif PPh 21 terbaru 2022 yang berlaku:


Penghasilan Rp0 – Rp60.000.000/tahun dikenakan tarif 5%.

Penghasilan Rp60.000.000 – Rp250.000.000/tahun dikenakan tarif

15%.

Penghasilan Rp250.000.000 – Rp500.000.000/tahun dikenakan tarif 25%.

Penghasilan Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000/tahun dikenakan tarif

30% Penghasilan di atas Rp5.000.000.000/tahun dikenakan tarif 35%.


e. PBB/ Pajak Bumi & Bangunan

PBB adalah pungutan wajib atas kepemilikan tanah


dan bangunan karena adanya keuntungan maupun
kedudukan sosial ekonomi atas perorangan atau
badan yang memiliki hak padanya ataupun
mendapatkan manfaat dari tanah dan bangunan
tersebut. Jadi, setiap orang yang memiliki tanah atau
bangunan, wajib membayar pajak ini. Adapun tarif
Pajak Bumi dan Bangunan untuk objek pajak
adalah sebesar 0,5%
Undang-undang yang
mengatur:
Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 1994
Tentang Perubahan atas Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 1985 terkait
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang mengatur semua tentang
pungutan atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Dafar tarif PPh 21 terbaru 2022 yang berlaku:


Penghasilan Rp0 – Rp60.000.000/tahun dikenakan tarif 5%.

Penghasilan Rp60.000.000 – Rp250.000.000/tahun dikenakan tarif

15%.

Penghasilan Rp250.000.000 – Rp500.000.000/tahun dikenakan tarif 25%.

Penghasilan Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000/tahun dikenakan tarif

30% Penghasilan di atas Rp5.000.000.000/tahun dikenakan tarif 35%.


Contoh Objek pajak Bumi
dan Bangunan

Contoh untuk objek pajak Contoh untuk objek pajak


bumi: Pekarangan rumah. bangunan: Jalan tol.
Tanah. Bangunan usaha.
Persawahan Rumah tinggal.
. Ladang. Kolam renang. Pagar
Tambang. yang mewah.
Perkebunan. Bangunan gedung yang
bertingkat.
Mall atau kawasan
perbelanjaan.
y an g t ida k
termasuk Objek
Bumi dan
B a n gDipergunakan
unan untuk menjaga flora
Dipergunakan untuk kepentingan
umum: dan fauna:
tempat Ibadah Hutan suaka
sarana kesehatan alam Hutan
Kebudayaan lindung Taman
nasional
sarana
pendidikan
f. PPN/ Pajak Pertambahan
Nilai
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pajak
yang dipungut oleh Wajib Pajak Orang Pribadi,
Badan, dan Pemerintah yang berstatus Pengusaha
Kena Pajak (PKP) atas transaksi jual-beli atas
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak
(JKP).
Karena PPN bersifat objektif, dan merupakan pajak
tidak langsung, maka pihak yang membayar pajak
ini tidak diwajibkan menyetorkan langsung ke kas
negara, melainkan lewat pihak yang
memotong/memungut PPN.
Undang-undang yang
mengatur
1.UU Nomor 8 Tahun 1983
UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah

2.UU HPP No. 7 Tahun 2021 (Terbaru)


tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.
Fungsi PPN
1. Fungsi PPN untuk perhitungan
kekurangan pajak atau kelebihan
pajak

Fungsi utama PPN Masukan dan Keluaran


adalah sebagai perhitungan untuk
mengetahui seberapa besar jumlah pajak
yang harus dibayarkan ke negara atau
justru dapat diajukan sebagai kompensasi
kelebihan pembayaran PPN.
2. Sebagai fungsi
anggaran
Fungsi PPN juga sebagai fungsi anggaran
mengingat pajak yang disetorkan ke
negara jadi salah satu sumber penerimaan
negara yang dananya digunakan untuk
membiayai negara.

3. Sebagai stabilitas penerimaan


negara

Berfungsi untuk menjaga stabilitas


ekonomi seperti menekan inflasi dan
lainnya.
4. Sebagai regulasi
pemerintah
Yaitu untuk mengatur dan melaksanakan
kebijakan pemerintah terutama dalam
bidang sosial ekonomi, seperti untuk
menekan importasi guna meningkatkan daya
saing produk buatan Indonesia di pasar
dalam negeri.

5. Sebagai pembiayaan negara

PPN juga berfungsi sebagai


pembiayaan pengeluaran umum dan
pembangunan nasional, salah satunya
menciptakan lapangan pekerjaan dan
lainnya.
Tarif PPN
Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan ( UU HPP ),
pemerintah menaikkan tarif PPN secara bertahap, yakni:

1. Tarif Umum
Tarif PPN 11% berlaku mulai 1 April 2022
Tarif PPN 12% paling lambat diberlakukan 1
Januari 2025
2. Tarif Khusus

Untuk kemudahan dalam pemungutan


PPN, atas jenis barang/jasa tertentu
aau sektor usaha tertentu diterapkan
tarif PPN final, misalnya 1%, 2 % atau
3% dari peredaran usaha, yang diatur
dengan PMK.
g. PPnBM/ Pajak Penjualan atas
Barang Mewah

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ialah


pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong
mewah kepada produsen untuk menghasilkan atau
mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya. PPnBM hanya dikenakan 1 kali pada
saat penyerahan barang ke produsen
Undang-undang yang
mengatur
Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983,
Perihal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
atau biasanya disebut UU PPN. Hal ini
lantaran PPnBM dan PPN selalu berkaitan
satu dengan lainnya, dimana pengenaan
PPnBM dilakukan karena adanya pungutan
PPN.
Fungsi Pengenaan PPnBM
Mewujudkan keseimbangan pembebanan pajak
terhadap konsumen yang memiliki penghasilan
rendah dan tinggi.
Mengendalikan pola konsumsi masyarakat atas
pemakaian atau penggunaan barang yang
tergolong mewah.
Menjadi salah satu pendapatan yang menopang
penerimaan negara.
Membantu dalam menunjang perlindungan atas
kesetaraan produsen, khususnya bagi produsen
mikro atau mitra-mitra kecil hingga produsen besar.
Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah
barang yang bukan barang kebutuhan pokok

barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu

barang yang umumnya dikonsumsi oleh


masyarakat berpenghasilan tinggi
barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status
Tarif PPnBM
PPnBM dengan pengenaan tarif terendah sebesar
20% untuk Barang Kena Pajak (BKP) yang
tergolong mewah, seperti:
Apartemen atau Kondominium

PPnBM dengan pengenaan tarif sedang sebesar 40%


untuk Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong
mewah, seperti :
Senjata api dan amunisinya kecuali
dipergunakan untuk kepentingan negara.
PPnBM dengan pengenaan tarif menengah
sebesar 50% untuk Barang Kena Pajak (BKP) yang
tergolong mewah, seperti :
Helikopter

PPnBM dengan pengenaan tarif menengah sebesar


75% untuk Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong
mewah, seperti :
Kendaraan air seperti kapal pesiar mewah,
kecuali diperuntukkan untuk kepentingan
negara atau angkutan umum.
H. BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN
Definisi BPHTB

BPHTB adalah objek pajak yang dikenakan lantaran ada


perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Pemindahan
hak tersebut muncul akibat proses jual beli, tukar menukar,
hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan
hukum lain, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,
penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan
hakim yang mempunyai kekuatan putusan
hukum
penggabungan usaha, peleburan usaha, serta tetap,
pemekaran usaha atau hadiah.
BPHTB dikenakan untuk semua transaksi properti yang dibeli
dari per orangan maupun developer.
Dasar Hukum
BPHTB
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang
BPHTB, BPHTB merupakan salah satu jenis pajak
pusat yang dikenakan kepada setiap orang
pribadi atau badan yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan.
Tarif
BPHTB
Pada Pasal 47 UU BPHTB
terbaru menyebutkan bahwa
tarif BPHTB ditetapkan paling
tinggi sebesar 5%. Tarif BPHTB
di masing-masing
kabupaten/kota ditetapkan
berdasarkan Peraturan
Daerah (Perda).
Persyaratan yang harus dipenuhi
saat transaksi jual beli rumah adalah :
Surat Setoran Pajak Daerah
(SSPD) BPHTB
Fotokopi KTP dan NPWP
Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan
(SPPT-PBB) terkait tahun yang
bersangkutan
Fotokopi bukti kepemilikan Tanah
Fotokopi Surat Tanda Terima
Sementara (STTS)
Jika tanah atau rumah didapatkan dari hibah atau
warisan, maka persyaratannya sebagai berikut :
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD)
BPHTB Fotokopi KTP dan NPWP
Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang
Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT-PBB) terkait
tahun yang bersangkutan
Fotokopi bukti kepemilikan Tanah
Fotokopi Surat Tanda Terima Sementara (STTS)
atau struk ATM sebagai bukti pembayaran PBB
dalam 5 tahun terakhir
Fotokopi surat keterangan akta hibah atau waris
Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
Menghitung BPHTB
Rumus:
Tarif Pajak sebesar 5% x Dasar Pengenaan
Pajak (NPOP - NPOPTKP)

ket:
NPOP = Nilai Perolehan Objek Pajak
(nilai kesepakatan harga antara penjual
dan pembeli.)
NPOPTKP = Nilai Perolehan Objek Pajak
Tidak Kena Pajak (paling rendah sebesar
Rp60.000.000,- untuk setiap wajib
contoh menghitung
BPHTB
jika seseorang membeli rumah dengan
harga 500 juta rupiah di Jakarta. Maka:

NPOP : Rp 500.000.000
NPOPTKP Jakarta : Rp 80.000.000
5% x (Rp 500.000.000 - Rp 80.000.000)
5% x Rp 420.000.000 = Rp 21.000.000

Jadi, tarif BPHTB yang perlu dibayarkan


sebesar 21 juta rupiah.
i. Hak & Kewajiban
Wajib Pajak

Hak-hak wajib pajak

1.-Hak untuk dilakukan pemeriksaan.


Anda berhak untuk melihat tanda
pengenal pemeriksa, meminta surat
perintah pemeriksaan, menerima
penjelasan terkait maksud dan tujuan
pemeriksaan
2.Hak mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali
Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak dari
Ditjen Pajak, maka dapat mengajukan keberatan.

3. Hak atas kelebihan pembayaran pajak


Jika Anda membayar pajak dengan jumlah lebih banyak dari
seharusnya, maka Anda berhak menerima kelebihan bayarnya.

4.Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak


Bagi Anda yang termasuk Wajib Pajak patuh, maka berhak mendapat
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam
waktu minimal satu bulan untuk PPN dan tiga bulan untuk PPh
5. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran
Pada kondisi-kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa meminta permohonan
pengangsuran atau penundaan untuk membayar pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia.

6. Hak kerahasiaan
Hak Wajib Pajak juga menyangkut perlindungan kerahasiaan atas
semua informasi yang Anda sampaikan kepada Ditjen Pajak terkait
kepentingan perpajakan.

7. Hak pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB)


Apabila terjadi kondisi tertentu, misalnya kerusakan bumi dan bangunan
akibat bencana alam, Wajib Pajak berhak mengajukan pengurangan
pajak terutang PBB.
8. Hak penundaan pelaporan SPT tahunan
Wajib Pajak dapat mengajukan perpanjangan atau penundaan
penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh badan dengan
alasan atau kondisi tertentu.

9. Hak pembebasan pajak


Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembebasan pemungutan
atau pemotongan Pajak Penghasilan dengan alasan atau kondisi tertentu.
Kewaijban wajib
pajak
1. Mendaftarkan diri
Salah satu hak dan kewajiban Wajib Pajak
yang utama adalah mendaftarkan diri untuk
mendapat Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
2.Memberi data
Data yang dimaksud adalah informasi orang
pribadi atau badan yang dapat
menunjukkan kegiatan/usaha, penghasilan
dan/atau kekayaan, peredaran usaha.

3.Kewajiban pembayaran, pelaporan,


pemungutan/pemotongan pajak
Wajib Pajak harus menghitung, membayar,
dan melaporkan pajak terutangnya sendiri.
4. Kewajiban pemeriksaan
Contoh kewajiban yang dimaksud adalah
memenuhi panggilan untuk menghadiri
pemeriksaan, memberikan izin untuk
memasuki ruangan atau tempat yang dinilai
perlu, dan memberikan keterangan jika
dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai