Anda di halaman 1dari 9

Nama : Elisabet Pasaribu

Nim : 7193341028
Prodi : Pendidikan Ekonomi C 2019

Latihan
1.Jelaskan tentang Defenisi dari PPN ?

Jawab : PPN merupakan pajak yang dikonsumsi atas konsumsi di dalam negeri (daerah pabean) baik
konsumsi Barang Kena pajak (BKP) maupun Jasa Kena Pajak (JKP). PPN adalah pungutan yang dibebankan
atas transaksi jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang
telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Jadi, yang berkewajiban memungut, menyetor dan melaporkan
PPN adalah para Pedagang/Penjual. Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen
Akhir. PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha atau perusahaan yang
telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).Namun beban PPN tersebut ditanggung oleh
konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik atau e-Faktur
untuk menghindari penerbitan faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.

2.Jelaskan tentang Non Objek dari PPN ?

Jawab : Non objek dari PPN

Selain objek PPN, ada juga objek bukan PPN yang tercantum pada Pasal 4A ayat (2) dan (3) UU Nomor
42 Tahun 2009, antara lain:
a. Ayat (2): Seluruh jenis jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah kelompok barang sebagai
berikut:
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang didapatkan langsung dari sumber barang
tersebut. Misal: minyak mentah, gas bumi (tidak termasuk elpiji), panas bumi, asbes, batu tulis,
batu setengah permata, batu kapur, batubara sebelum diproses menjadi briket, biji besi, biji
timah, biji emas dan biji tembaga.
 Barang kebutuhan pokok yang memang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Contohnya: beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging segar tanpa diolah, telur, susu,
buah-buahan, dan sayur-sayuran.
 Makanan dan minuman yang disajikan di restoran, hotel, warung, rumah makan, dan
semacamnya yang meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat atau tidak.
Termasuk di dalamnya makanan dan minuman yang diserahkan pengusaha jasa tata boga atau
katering. Objek tersebut tidak dikenakan PPN dimaksudkan agar tidak ada pemungutan pajak
ganda karena objek ini merupakan objek pajak daerah.
 Uang, surat berharga, dan emas batangan.\
b. Ayat (3): Jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa-jasa tertentu dalam kelompok jasa berikut ini:
 Jasa pelayanan kesehatan medik yang meliput: jasa dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi,
dokter hewan, ahli kesehatan (ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, ahli fisioterapi),
kebidanan/dukun bayi, paramedis dan perawat, jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik
kesehatan, laboratorium kesehatan, sanatorium, psikolog, psikiater, dan jasa pengobatan
termasuk yang dilakukan oleh paranormal.
 Jasa pelayanan sosial yang meliputi: jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo, pemadam
kebakaran, pemberian pertolongan pada kecelakaan, lembaga rehabilitasi, penyediaan rumah
duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium, dan jasa di bidang olahraga kecuali yang
sifatnya komersial.
 Jasa pengiriman surat dengan perangko yang meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel atau cara lainnya untuk menggantikan perangko tempel.
 Jasa keuangan yang meliputi:
 jasa menghimpun dana dari masyarakat seperti giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan.
 Jasa menempatkan dana, meminjam dana atau meminjamkan dana kepada pihak lain
menggunakan surat, sarana telekomunikasi, dan sebagainya.
 Jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan yang berdasarkan pada prinsip syariah, berupa:
sewa guna usaha dengan hak opsi, anjak piutang, usaha kartu kredit, dan pembiayaan
konsumen.
 Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai dalam berbentuk syariah
dan fidusia.
 Jasa penjaminan.
 Jasa asuransi yang dimaksud adalah jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan reasuransi. Tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi,
penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.
 Jasa keagamaan, seperti jasa pelayanan rumah ibadah, jasa pemberian khotbah atau dakwah,
jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan, dan jasa lainnya di bidang keagamaan.
 Jasa pendidikan yang meliputi: jasa penyelenggaraan pendidikan umum,kejuruan pendidikan
luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, profesional,
dan jasa penyelanggaraan pendidikan luar sekolah.
 Seluruh jenis jasa kesenian dan hiburan.
 Seluruh jenis jasa penyiaran baik radio maupun televisi yang tidak bersifat iklan, dibiayai
oleh sponsor, dan/atau bertujuan komersial.
 Jasa tenaga kerja yang meliputi: jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja, jasa
tenaga kerja itu sendiri, dan jasa penyedia tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.
 Jasa perhotelan yang meliputi: jasa penyewaan kamar termasuk tambahannya, jasa
penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
 Jasa-jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, seperti pemberian izin mendirikan
bangunan, pemberian izin usaha perdagangan, pemberian NPWP, dan pembuatan KTP.
 Jasa penyediaan tempat parkir yang meliputi: penyedia jasa tempat parkir yang dilakukan
oleh pemilik tempat parkir dan pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut
bayaran.
 Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.

3.Jelaskan tentang Mekanisme PPN ?


Jawab : Mekanisme PPN
 PPN akan selalu ada jika Wajib Pajak yang statusnya telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) kepada
pembeli/penerima BKP/JKP  sebesar 10% dari Harga Jual atau penggantian, dan membuat Faktur
Pajak sebagai bukti pemungutannya.
 Semua PPN sebesar 10% hasil penjualan PKP merupakan Pajak Keluaran bagi PKP tersebut, yang
sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak)
 Pada waktu PKP melakukan pembelian BKP/JKP sehubungan dengan kegiatan usahanya yang
dikenakan PPN dan telah mendapat Faktur Pajak, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan, yang
sifatnya sebagai pajak yang dibayar di muka (piutang pajak).
 Pembayaran PPN didasarkan pada jumlah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan, apabila dalam satu
Masa pajak, jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya harus
disetor ke Kas Negara paling lama akhir bulan berikutnya.
 Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisih
tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya.
 Setelah membayar, Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
PPN (SPT Masa PPN) setiap bulan ke KPP paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak.

4.Jelaskan tentang tarif dan dasar pengenaan PPN?

Jawab : Tarif dasar pengenaan PPN

Terkait dengan dasar pengenaan pajak PPN, tarif pembayaran PPN diatur lewat pasal 7 UU PPN
dan PPnBM yang merinci bahwa tarif PPN adalah sebagai berikut:

1. Untuk penyerahan dalam negeri, tarif PPN sebesar 10%.


2. Untuk ekspor BKP berwujud maupun berwujud serta ekspor JKP dikenakan tarif 0%.
3. Tarif pajak terkait ekspor dapat berubah minimal sebesar 5% dan maksimal sebesar 15%.
Pungutan PPN dengan tarif yang ditetapkan didasarkan atas dasar pengenaan pajak PPN yang meliputi
lima nilai, yakni:
1. Harga Jual
2. Penggantian
3. Nilai Impor
4. Nilai ekspor
5. Nilai lain yang diatur oleh Menteri Keuangan

5.Jelaskan tentang PPnBM ?

Jawab : PPnBM adalah pajak yang dipergunakan pemerintah untuk memungut pajak dari
masyarakat yang relatif memiliki kemampuan daya beli yang besar, sehingga menciptakan
keseimbangan pajak karena pajak PPnBM tidak manyasar masyarakat berpendapatan rendah. Selain
itu, pemerintah juga menggunakan tarif PPnBM guna mengendalikan pola konsumsi masyarakat
daru barang yang tergolong mewah, serta untuk melindungi produsen dalam negeri dari serbuan
BKP mewah impor.

6.Jelaskan tentang Pengertian Faktur Pajak?

Jawab : Faktur pajak adalah Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).  Artinya, ketika
PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti
dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli barang/jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat
bahwa barang/jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain harga pokoknya.

7. Jelaskan tentang E-Faktur ?

Jawab : E-faktur adalah aplikasi untuk membuat Faktur Pajak Elektronik atau bukti pungutan PPN secara
elektronik. e-Faktur bukan faktur pajak fisik karena pengisiannya dilakukan secara elektronik melalui
aplikasi atau website.Aplikasi e-Faktur ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
dan/atau penyedia jasa aplikasi pajak resmi yang ditunjuk oleh DJP.

8.Jelaskan tentang Syarat penerbitan Faktur Pajak ?

Jawab : Syarat penerbitan faktur pajak yatu :

Faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang paling sedikit memuat
 Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak
 Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak
 Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga
 Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
 Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
 Nama dan tanda tangan elektronik yang berhak menandatangani Faktur Pajak

9.Jelaskan tentang Dokumen Lain yang Dipersamakan dengan Faktur Pajak?

Jawab : dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak merupakan
dokumen yang biasa digunakan dalam dunia usaha yang ditetapkan oleh dirjen pajak memiliki kedudukan
yang sama dengan faktur pajak.
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak adalah:
 Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk
penyaluran tepung terigu
 bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
 tiket, tagihan Surat Muatan Udara (airway bill), atau delivery bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk
penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri
 nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan
 bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik
 bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum
 bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek
 bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan
 dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil tembakau (dokumen CK-1)
 Pemberitahuan Ekspor Darang yang dilampiri Nota Pelayanan Ekspor, invoice dan bill of lading atau
airway
 bill yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Barang
tersebut, untuk ekspor BKP
 Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan invoice yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud,
untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud
 Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama,
alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dilampiri dengan SSP, Surat Setoran Pabean,
Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan FIB tersebut, untuk impor BKP
 PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri
dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat
penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan FIB tersebut,
untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
 SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dan luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai
BKP Tidak Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP
 SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang disertai dengan kutipan
Risalah Lelang, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut; dan
 SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan BKP dan/atau JKP dan Kawasan
Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
 Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; atau
 invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.

10.Jelaskan tentang Bentuk Faktur Pajak ?

Jawab : Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan PKP dan
dalam hal diperlukan dapat ditambahkan keterangan lain Faktur Pajak terdiri dari tiga bentuk, di
antaranya:

a. Faktur Pajak Standar


Faktur Pajak Standar adalah faktur pajak yang paling sedikit memuat keterangan:
 Nama, alamat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menyerahkan BKP/JKP
 Nama, alamat, NPWP pembeli atau penerima BKP/JKP
 Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga
 PPN yang dipungut
 PPnBM yang dipungut
 Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
 Nama, jabatan, tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak
b. Faktur Pajak Sederhana
FP Sederhana adalah faktur pajak atas penyerahan BKP atau JKP yang ketentuannya sebagai berikut:
 Dibuat dalam hal penyerahan BKP/JKP dilakukan oleh konsumen akhir, pembeli BKP/penerima
JKP yang nama atau alamat dan NPWP tidak diketahui
 Pembuatannya tidak memerlukan izin dari siapa pun
 Berupa bon kontan, faktur penjualan, karcis, kuitansi, segi kas register, dan sejenisnya
 Minimal mencantumkan nama, alamat dan NPWP si pembuat, jenis dan kuantum BKP/JKP,
harga penyerahan termasuk PPN atau ditulis terpisah, tanggal pembuatan Faktur Pajak
 Dibuat rangkap dua, atau lembar dengan pertinggal berupa potongan/bagian dari Faktur Pajak
sederhana yang diserahkan kepada pembeli potongan/penerima jasa, seperti pada umumnya yang
terjadi pada karcis
 Kelemahan Faktur Pajak Sederhana adalah pajak masukannya tidak dapat dikreditkan
 Dibuat paling lambat pada saat penyerahan BKP/JKP atau paling lambat pada saat pembayaran
dalam hal pembayaran diterima sebelum dilakukan penyerahan.
c. Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak gabungan adalah jenis Faktur Pajak standar yang digunakan PKP ketika dalam satu
bulan ada beberapa kali transaksi BKP/JKP yang dilakukan dengan satu PKP.

Test Pemahaman
Soal Tipe A
1. Atas setiap penjualan BKP secara kredit kepada pembeli yang tidak mempunyai NPWP, setiap
pengusaha kena pajak wajib
A. Menerbitkan Faktur Pajak pada akhir bulan penyerahan BKP
B. Menerbitkan Faktur Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan
BKP
C. Menerbitkan Faktur Pajak pada saat penyerahan BKP
D. Menerbitkan Faktur Pajak pada saat pembayaran
E. Tidak ada jawaban yang benar

2. CV. GTB, produsen sepatu yang berlokasi di pulo gadung telah memberikan beberapa hasil
produksi untuk digunakan leh para karyawan. Adakah pemungutan PPN dan menerbitkan Faktur
Pajak atas pemberian sepatu kepada karyawan ini
A. Tidak ada karena termasuk pemakaian sendiri BKP untuk tujuan non produktif
B. Ada karena termasuk pemakaian sendiri BKP bukan untuk tujuan non produktif
C. Tidak ada karena termasuk pemberian Cuma cuma
D. Tidak ada jawaban yang benar
E. Ada karena termasuk pemberian Cuma-Cuma

3. PT. Sandy Kran melakukan penyerahan 100 kran air kepada CV.Bangun dengan nilai penyerahan
Rp.50.000.000,-. PT. Sandy Kran membuat faktur pajak atas penyerahan tersebut namun tidak
mencantumkan NPWP CV.Bangun. Atas transaksi tersebut, maka
A. PT.Sandy kran dapat dikenai sanksi administrasi sebesar 2% dari DPP PPN, karena membuat
faktur pajak tidak lengkap.
B. PT.Sandy Kran dapat dikenai sanksi administrasi sebesar 2% perbulan dari jumlah PPN
terutang karena membuat faktur pajak tidak lengkap
C. PPN yang tercantum dalam faktur pajak tetap dapat dikreditkan oleh CV.Bangun
D. PPN yang tercantum dalam faktur pajak tidak dapat dikreditkan oleh CV.Bangun
E. Faktur pajak dianggap sah dan benar

4. Dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak atas penyerahan Jasa Angkutan Udara
Dalam Negeri adalah
A. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (airway bill) atau delivery bill
B. Tiket pesawat terbang
C. Airway bill atau dekivery bill
D. Kuitansi yang dibuat oleh perusahaan agen penerbangan
E. Tidak ada jawaban yang benar

5. PT.Lintas Raya merupakan perusahaan penyediaan jasa pengiriman barang secara door to door.
Karena cukup panjangnya proses pengiriman barang di lapangan, penerbitan tagihan PT.Lintas raya
dapat mencapai waktu hingga 2(dua) minggu sejak barang sampai tujuan. Misalnya untuk
pengiriman barang pada 29 Februari 2016, PT.Lintas raya baru menerbitkan tagihan pada 14 Maret
2016. Jika pemabayaran Cutumer dilakukan pada tanggal 20 Maret 2016, maka faktur Pajak atas
penyerahan jasa pengiriman barang tersebut wajib diterbitkan pada
A. Tanggal 29 Februari 2016
B. Tanggal 14 Maret 2016
C. Tanggal 20 Maret 2016
D. Tanggal 30 Maret 2016
E. Tanggal 28 Februari 2016

Soal Kasus
1. Selama Oktober 2017, Omzet PT.Krida Mobil dari penjualan kenderaan mobil bekas mencapai
Rp.1.320.565.000,-. Sementara itu, total PPN yang telah dibayar oleh perusahaan yang bergerak
dibidang perdagangan mobil bekas ini hanyalah sebesar Rp.770.750.000,-
Instruksi :
 Sebutkanlah jumlah dasar pengenaan pajak dari PT.Krida Mobil
 Jelaskan cara pengkreditan Pajak Masukan bagi PT.Krida Mobil
 Hitung jumlah pajak yang kurang atau lebih dibayar oleh PT.Krida Mobil dimasa Oktober
2017

2. Jelaskan pengertian Gagal berproduksi menurut sudut pandang PPN dan Jelaskan resiko yang
harus ditanggung PKP jika mengalami gagal berproduksi !

3. Apakah atas kegiatan ini terutang PPN :


a. Toko elektronik #SUASANA# menyerahkan satu unit pesawat televisi TOSHIBA barang
dagangannya kepada toko elektronik #BERSAUDARA# untuk ditukar dengan satu unit
pesawat televisi merek SONY. Kedua toko elektornik ini sudah dikukuhkan sebagai PKP;
b. Selaku PKP, PT. EKSPOR UTAMA mengekspor kedelai ke Turki;
c. Susi selaku pengusaha kopi serbuk, meminjam 50 kg kopi biji sebagai bahan baku dari Dewi
yang memiliki bidang usaha serupa. Baik Susi maupun Dewi sudah dikukuhkan sebagai
PKP.
d. Siman selaku pengusaha karoseri yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, menjual salah satu
mesin bubutnya.
e. Ahmadi adalah karyawan sebuah perusahaan swasta, membangun sendiri rumahnya seluas
400 m2;

4. Sebutkan 5 (lima) jenis transaksi yang menggunakan DPP (Dasar Pengenaan Pajak) dengan
Nilai Lain sesuai ketentuan yang berlaku sejak 1 April 2010. Dan sebutkan Nilai Lain itu !
Jawab : Dasar Pengenaan Pajak atau yang dikenal dengan istilah DPP bisa mencakup beberapa
hal. Yaitu bisa merupakan jumlah dari Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau
Nilai Lainnya. Dimana semua hal tersebut digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang atau kredit PPN. Berikut ini penjelasan lebih lanjut terkait dengan dasar DPP, meliputi:
Harga Jual
Harga jual merupakan suatu nilai berupa uang, yang mana termasuk semua biaya yang
diminta oleh penjual karena adanya penyerahan BKP. Harga jual ini tidak termasuk tarif PPN
yang dipungut dan potongan harga yang tercantum di dalam faktur pajak.
Penggantian
Penggantian adalah suati nilai yang berupa uang, termasuk seluruh biaya yang diminta oleh
pengusaha atas penyerahan JKP.
Nilai Impor
Nilai Impor merupakan nilai yang berupa uang dan menjadi dasar penghitungan Bea Masuk.
Yang kemudian ditambahkan dengan pungutan berdasarkan pada ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan berlaku.
Nilai Ekspor
Dasar Pengenaan Pajak yang selanjutnya adalah nilai ekspor. Yaitu sebuah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
Nilai Lain
Nilai lain ini adalah nilai berupa uang yang mana telah ditetapkan sebagai dasar pengenaan
pajak atau DPP. Nilai lain ini telah ditetapkan dan diatur sesuai dnegan Peraturan Menteri
Keuangan sebagai berikut :
Untuk pemakaian sendiri BKP/JKP adalah Harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba
kotor, Untuk pemberian Cuma-Cuma BKP/JKP adalah harga jual atau penggantian setelah
dikurangi laba kotor, Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film
Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran, Untuk BKP berupa
persediaan atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan

5. Selama Juni 2017, PT Adi Daya Kreasi telah melakukan pembayaran atas
pembelian/perolehan BKP dan/atau JKP sebagai berikut:
Tanggal Transaksi
04 Juni 2017 Membayar telpon senilai Rp 1.375.000,00 kepada PT TELKOM sesuai
kwitansi nomor: 17754/Plg/V/2010 tertanggal 27 Mei 20107.
Namun kwitansi tersebut tidak mencantumkan NPWP PT Adi Daya Kreasi.
08 Juni 2017 Membayar jasa pengiriman paket senilai Rp 155.000,00 kepada PT Karya
Ekspress. Faktur Pajak No.: 040.000.10.0000744 tertanggal 30 Mei 2017.
12 Juni 2017 Membayar tunai seperangkat peralatan kantor senilai Rp 49.000.000,00
(termasuk PPN dari PT Cipta Design) Faktur Pajak No. :
010.000.10.00001331 tanggal 02 Juni 2017.
16 Juni 2017 Membeli sedan untuk kendaraan dinas direktur keuangan senilai
Rp 242.000.000,00 dari PT Aneka Mobil. Pembayaran dilakukan secara
angsuran selama 3 (tiga) tahun.
20 Juni 2017 Membayar Rp 5.250.000,00 kepada PT Alam Biru untuk pengurusan
perjalanan dinas Marketing Manager ke Singapura. Faktur Pajak
No.: 040.000.10.00002132 tertanggal 02 Juni 2017.
25 Juni 2017 Menerima peralatan tulis dan kantor dari PT Pernak Pernik senilai
Rp 1.150.000,00. Pembayaran sudah dilakukan di tanggal 22 Juni
2017. Faktur Pajak yang diterbitkan hanyalah Faktur Pajak Sederhana yang
tidak mencantumkan NPWP perusahaan selaku pembeli.
Instruksi:
1) Sebutkan jumlah PPN yang dapat dikreditkan untuk setiap transaksi di atas!
2) Jelaskan alasannya jika PPN yang terutang dan telah dibayar ternyata tidak dapat dikreditkan!
Jawab :

 z04/06/17, Tidak Dapat Dikreditkan


Alasannya : Tidak dapat dikreditkan karena faktur pajak/kwitansinya tidak memenuhi ketentuan
yang diatur dalam pembuatan faktur pajak. Yaitu tidak mencantumkan npwp
 8/6/17, Tidak Dapat Dikreditkan
Alasannya : Tidak dapat dikreditkan karena pengiriman paket tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha
 12/6/17, Dapat Dikreditkan
Alasannya : Dapat dikreditkan karena berhubungan dengan usaha(membeli peralatan kantor)
Nilai ppn masukannya 49.000.000
 16/6/17, Tidak Dapat Dikreditkan
Alasannya : Tidak dapat dikreditkan karena saat membeli/menjual sedan tidak kena ppn
 20/6/17, Dapat Dikreditkan
Alasannya : Dapat dikreditkan sebesar
DPP= 5.250.000
PPN= 10% x DPP
PPN=10% x 5.250.000
PPN= 525.000
 25/6/17, Tidak Dapat Dikreditkan
Alasannya : Tidak dapat dikreditkan karena tidak sesuai dengan faktur pajak yg berlaku yaitu
tidak ada npwp perusahaan (pembeli)

Maka jika sudah terlanjur dibayar padahal tidak dpt dikreditkan, maka yg harus dilakukan adalah
dengan cara meminta uang kembali/restitusi

Anda mungkin juga menyukai