Anda di halaman 1dari 8

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Tata kelola sektor publik meliputi kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk mengarahkan
kegiatan organisasi untuk memberikan keyakinan memadaibahwa tujuan terpenuhi dan bahwa operasi
dilakukan dengan cara yang etis danbertanggung jawab. Ini juga mencakup kegiatan yang menjamin
kredibilitasorganisasi sektor publik, membangun penyediaan pemerataan jasa, dan menjaminperilaku
yang tepat dari pejabat organisasi sektor publik serta mengurangi risiko korupsi publik.
Audit sektor publik merupakan landasan tata kelola sektor publik yang baik. Dengan
menyediakan tujuan, penilaian tujuan apakah sumber daya publik secara bertanggung jawab dan efektif
untuk mencapai hasil yang diharapkan, auditor membantu organisasi pemerintah mencapai
akuntabilitas dan integritas, meningkatkan operasi, dan menanamkan kepercayaan antara warga dan
pemangku kepentingan. Peran auditor publik mendukung tanggung jawab tata kelola pengawasan
wawasan, dan pandangan ke depan. Pengawasan ditujukan untukmenjawab apakah entitas sektor
publik melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah
korupsi publik. Wawasan membantu pengambil keputusan dengan menyediakan penilaian independen
terhadap program sektor publik, kebijakan, operasional dan hasil. Sedangkan tinjauan masa depan
mengidentifikasi tren dan tantangan yang muncul.

Auditor menggunakan alat-alat seperti audit keuangan, audit kinerja, dan investigasi danjasa
konsultasi untuk memenuhi masing-masing peran.Standar audit berkaitan dengan kriteria atau ukuran
mutu kinerja audit, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur
yang ada. Pengawasan untuk memastikan pelaksanaan kerja organisasi sektor publik membutuhkan
audit eksternal yang komprehensif dan kompeten yang didukung oleh standar internasional tentang
audit.

Dalam praktik di Indonesia, standar audit publik yang dikenal adalah Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Standar audit terdiri dari 10 yang dikelompokkan ke dalam 3 bagian, di antaranya
standar umum, standar pckerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dalam banyak hal, standar-standar
tersebut saling herhubungan dan saling bergantung satu dengan lainnya. “Materialitas” dan “risiko
audit” melandasi penerapan semua standar audit, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah sebuah standar pemeriksaan yang memuat
persyaratan profesional perneriksa, mutu pelaksanaan perneriksaan, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara diharapkan akan rneningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh
dan entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara objektif. Apabila pemeriksa
melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar
Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur
penting dalarn rangka terciptanva akuntabilitas publik.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun untuk memenuhi Pasal 5 Undang-Undang No.
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9
ayat (1) huruf e Undang- Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan
pembuatan standar pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara terdiri dan standar umum, standar pemeriksaan keuangan,
standar pemeriksaan kinerja, dan standar pemeriksaanuntuk tujuan tertentu. Setiap standar digunakan
untuk tujuan audit yang berbedabeda. Berikut disajikan standar yang ada dalarn Standar Pemeniksaan
KeuanganNegara.
(1) Standar Umum
Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk menjamin kredibilitas hasil
perneriksaan. Kredibilitas sangat diperlukan oleh sernua organisasi pemeriksa yang rnelaksanakan
perneriksaan yang diandalkan oleh para pejabat entitas dan pengguna hasil pemeriksaan lainnya dalam
mengambil keputusan, dan merupakan hal yang diharapkan oleh publik dari informasi yang disajikan
oleh pemeriksa.

Standar umum ini berkaitan dengan persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa, independensi


organisasi pemeriksa dan perneriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran profesional secara
cermat dan seksama dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil perneriksaan, serta pengendalian mutu
hasil pemeniksaan. Standar urnurn ini memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar
pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan standar berikutnya.
Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pcmeriksaan.

- Pernyataan standar umum yang pertama adalah tentang persyaratan kemampuan atau keahlian, yaitu
“Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang rnemadai untuk melaksanakan
tugas pemeriksaan”
- Pernyataan standar umum kedua adalah “Dalarn semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalarn sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat memengaruhi independensinya”.

- Pernyataan standar umum ketiga adalah “Dalarn pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan
hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama”.
-Pernyataan standar umum keempat adalah “Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus di-review oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu eksternal)”.
(2) Standar Pemeriksaan Keuangan
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Pernyataan standar mi mengatur standar
pelaksanaan untuk pemeriksaan keuangan dan setiap standar pekerjaan lapangan audit keuangan dan
Pernyataan Standar Audit (PSA) yang ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain. Untuk pemeriksaan
keuangan Standar Pemeriksaan memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang
ditetapkan IAI.

(a) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
(b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
(c) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan pengajuan pertanyaan dan
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

(3) Standar Pemeriksaan Kinerja

Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja


a. Perencanaan
Pernyataan standar pelaksanaan pertama adalah “Pekerjaan harus direncanakan secara memadai”.
Dalam merncanakan pemeriksaan, pemeriksa (auditor) terlebih dahulu harus mendefinisikan tujuan
pemeriksaan dan lingkup serta metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemerikaan tersebut.
Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan selama pemeriksaan. Oleh karena itu
pemeriksaan harus mempertimbangkan untuk membuat penyesuain pada tujuan, lingkup dan
metodologi pemeriksaan selama pemeriksaan dilakukan. Tujuan pemeriksaan adalah mengungkapkan
apa yang ingin dicapai dari pemeriksaan tersebut. Tujuan pemeriksaan mengidentifikasikan objek
pemeriksaan dan aspek kinerja yang harus dipertimbangkan, termasuk temuan pemeriksaan yang
potensial dan unsur pelaporan yang diharapkan bisa dikembangkan oleh pemeriksa. Tujuan
pemeriksaan dapat dianggap
sebagai pertanyaan mengenai program-program yang diperiksa dan pemeriksa harus mencari
jawabannya. Lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan harus terkait langsung dengan tujuan
pemeriksaan.Misalnya lingkup pemeriksaan menetapkan parameter pemeriksaan seperti periode yang
di-review, ketersediaan dokumen atau catatan yang diperlukan, dan lokasi pemeriksaan dilapangan yang
akan dilakukan. Pemeriksa harus merancang metodologi pemeriksaan utnuk memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup, kompeten dan relevan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.
Metodologi pemeriksaan mencakup jenis dan perluasan prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan adalah langkah-langkah pemeriksaan dan cara-
cara pengujian yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah “Staf harus disupervisi dengan baik”. Supervisi mencakup
engarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar
tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian intruksi kepada staf, pemberian
informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang
dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah “Bukti yang cukup, kompeten dan relevan harus
diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa”. Dalam
mengidentifikasi,sumber-sumber data potensial yang dapat digunakan sebagai bukt pemeriksaan,
pemeriksa harus mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data yang
dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang disusun oleh pemeriksa atau data yang diberikan
oleh pihak ketiga. Demikian juga halnya dengan kecukupan dan relevansi bukti-bukti tersebut.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah “Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara
dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungandengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksa.

(4) Standar Pemeriksaan Kinerja


a. Bentuk

Pernyataan standar pelaporan pertama adalah “Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan
untuk mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan”.
Laporan hasil pemeriksaan berfungsi untuk :
- Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
- Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman.
- Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh instansi terkait
- Memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang
semestinya telah dilakukan. Kebutuhan untuk melakukan pertanggungjawaban atas program
menghendaki bahwa laporan hasil pemeriksaan disajikan dlam bentuk yang mudah diakses.

b. Isi Laporan

Pernyataan standar pelaporan kedua adalah :


Laporan Pemeriksaan harus mencakup :
1. Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan. Pernyataan standar
ini mengacu pada standar pemeriksaan yang berlaku, yang harus diikuti oleh pemeriksa selama
melakukan pemeriksaan.
2. Tujuan, Lingkup, dan Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksa harus memuat tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Informasi tersebut penting bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan agar dapat
memahami maksud dan jenis pemeriksaan, serta memberikan perspektif yang wajar terhadap apa yang
dilaporkan. Dalam melaporkan tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus menjelaskan mengapa
pemeriksaan tersebut dilakukan dan menyatakan apa yang harus dimuat dalam laporan hasil
pemeriksaan.
3. Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan dan rekomendasi
Pemeriksa harus melaporkan temuan pemeriksaan untuk menjawab tujuan pemeriksaan. Dalam
melaporkan tujuan pemeriksaan tersebut pemeriksa harus mengungkapkan informasi yang cukup,
kompeten, dan relevan sehingga dapat dipahami. Pemeriksa juga harus melaporkan informasi mengenai
latar belakang yag dibutuhkan oleh pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam memahami temuan
pemeriksaan tersebut.
4. Tanggapan Pejabat yang Bertanggungjawab atas Hasil Pemeriksaan

Pemeriksa harus meminta tanggapan/ pendapat secara tertulis dari pejabat yang bertanggungjawab
terhadap temuan, simpulan danrekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh
manajemen entitas yang diperiksa. Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab harus dievaluasi dan
dipahami secara seimbang dan objektif, serta disajikan secara memadai dalam laporan hasil
pemeriksaan.
5. Pelaporan Informasi Rahasia apabila ada
Apabila informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada umum, laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yangd dhilangkan tersebut dan ketentuan ynag melarang pengungkapan
informasi tersebut. Beberapa informasi tertentu tidak dapat diungkapakan kepada umum berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau keadaan khusus lainnya yang berkaitan dengan
keselamatan dan keamanan publik. Misalnya, temuan terinci mengenai pengamanan aktiva maupun
sistem informasi dapat dikecualikan dari laporan hasil pemeriksaan yang dapat diakses oleh publik
karena berpotensi terjadinya penyalahgunaan informasi tersebut.
c. Unsur-unsur Kualitas Laporan
Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah “Laporan Hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap,
akurat, objejektif, meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin”.
1. Tepat Waktu
Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaiakan, nilainya menjadi kurang bagi
pengguna laporan hasil pemeriksaan. Oleh karena itu pemeriksa harus merencanakan penerbitan
laporan tersebut secara semestinya.
2. Lengkap
Laporan hasil pemeriksaan harus memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi
tujuan pemeriksaan, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, serta
memenuhi persyaratan isi laporan hasil pemeriksaan.
3. Akurat
Bukti yang disajikan adalah benar dan temuan disajikan dengan tepat. Perlunya keakuratan didasarkan
atas kebutuhan untuk memberikan keyakinan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan bahwa apa
yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan.
4. Objektif
Penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi dan nada. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh
penyajian bukti yang tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan dapat diyakinkan
oleh fakta yang disajikan.

5. Meyakinkan
Laporan harus dapat menjawab tujuan pemeriksaan, menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi
yang logis. Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk mengakui validitas
temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi.
6. Jelas
Laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan
sesederhana mungkin.

7. Ringkas
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang dari yang diperlukan untuk
menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan yang terlalu rinci dapat mengurangi kualitas laporan,
bahkan dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya sehingga membingungkan dan mengurangi
minat pembaca.
d. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan keempat adalah “Laporan Hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga
perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang
diperiksa, pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada
pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Laporan hasil pemeriksaan harus disistribusikan tetapt
waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Namun dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan maka
dilarang untuk disampaikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan tersebut.

(5) Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu


a. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan tertentu Hubungan dengan Standar Profesional
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAIN Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar
Pemeriksaan memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi
SPAP yang ditetapkan IAI berikut :

- Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakanasisten harus disupervisi dengan
semestinya.

-Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikn dasar rasional

Fungsi Standar Audit Sektor Publik

Komite audit dapat sangat memperkuat independensi, integritas, dan efektivitas kegiatan audit
sektor publik dengan memberikan pengawasan independen terhadap rencana audit internal dan
pekerjaan eksternal serta hasilnya, menilai kebutuhan audit sumber daya, dan mediasi hubungan
auditor dengan organisasi. Komite audit juga memastikan bahwa hasil audit yang ditayangkan dan
perbaikan direkomendasikan atau tindakan korektif yang ditangani atau diselesaikan.

Setiap organisasi sektor publik harus mengevaluasi struktur tata kelola untuk menentukan
apakah komite audit yang sesuai untuk situasi tertentu. Dalam beberapa hal, komite audit dibentuk
sebagai sub komite dari cabang legislatif atau dewan direksi. Pemerintah lain dapat membentuk komite
audit dari anggota masyarakat yang dipilih oleh badan legislatif dan/atau eksekutif.

Dalam contoh praktiknya di Indonesia, demi penyempurnaan dan penyesuaian dengan


perkembangan kebutuhan maupun perkembangan ilmu pemeriksaan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
akan memantau penerapan dan perkembangan standar pemeriksaan. Setiap pemeriksaan dimulai
dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang
harus diikuti oleh pemeriksa.

Jenis pemeriksaan standar audit adalah pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam beberapa pemeriksaan, standar yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan sudah sangat jelas. Misalnya, jika tujuan pemeriksaan adalah untuk
memberikan opini terhadap suatu laporan keuangan, maka standar yang berlaku adalah standar
pemeriksaan keuangan. Namun demikian, untuk beberapa pemeriksaan lainnya, mungkin terjadi
tumpang tindih tujuan pemeriksaan. Misalnya jika tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan
keandalan ukuran-ukuran kinerja, maka pemeriksaan tersebut bisa dilakukan melalui pemeriksaan
kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Apabia terdapat pilihan diantara standar-standar yang berlaku, pemeriksa harus


mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan pengetahuan pemeriksa, keahlian dan pengalaman
dalam menentukan standar yang akan diikuti. Pemeriksa harus mengikuti standar yang berlaku bagi
suatu jenis pemeriksaan. Stadar audit berfungsi mengatur semua aktivitas pekerjaan auditnya akuntan
publik. Standar mengatur mulai dari syarat auditor misalnya independensi dan kompetensi auditor
sampai bagaimana membuat laporan audit. Hal ini mengakibatkan akuntan publik dapat melakukan
pekerjaan auditnya:

- Sesuai dengan syarat minimal/kualifikasi auditor

- Melakukan perencanaan audit dengan jelas

- Melaksanakan audit di meja ataupun di lapangan dengan baik karena sudah diatur dalam standar
Melakukan pelaporan audit yang jelas.

Standar audit juga mengikat seorang auditor dengan etika profesinya karena pekerjaan auditor
dalam standar harus dilandasi dengan landasan moral dan etika. Sehingga, fungsi standar audit dalam
pekerjaan akuntan publik ini akan melandasi seluruh pekerjaan akuntan publik khususnya dalam bidang
auditing.

Standar akan menjadi pedoman dan pegangan akuntan publik, sehingga kewajiban dan larangan
akuntan publik dapat dipenuhi dengan baik. Standar audit berfungsi sebagai pengendali secara preventif
terhadap kecurangan, ketidakjujuran, dan kelalaian. Standar audit juga dapat mendorong akuntan publik
menggunakan kemahiran jabatannya (due professional care), menjaga kerahasiaan informasi/data yang
diperoleh, melakukan pengendalian mutu, dan bersikap profesional.

Mengapa standar audit sektor publik diperlukan?

Audit terhadap sektor publik sangat penting dilakukan hal ini merupakan bentuk tanggung jawab
sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk mempertanggungjawabkan dana yang telah
digunakan oleh instansi sehingga dapat diketahui pemanfaatan dana tersebut dilaksanakan sesuai
prosedur dan standar atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai