Anda di halaman 1dari 2

A.

PERKEMBANGAN STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Standar audit berbeda dengan prosedur audit, yaitu “prosedur” berkaitan dengan tindakan yang
harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja
tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut. Standar audit, yang berbeda dengan prosedur audit, berkaitan dengan tidak hanya kualitas
profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
auditnya dan dalam laporannya.

Keberadaan sebuah standar pemeriksaan sangat penting karena menjadi patokan dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan. Patokan-patokan inilah yang akan mengarahkan pemeriksa di
dalam setiap tahapan pemeriksaan, dan patokan-patokan ini pulalah yang menjadi penilai apakah
sebuah pemeriksaan telah dijalankan dengan baik atau tidak. Apabila terjadi penyimpangan atau
tahapan di dalam standar pemeriksaan tidak dijalankan maka secara otomatis proses pemeriksaan
dinilai cacat atau tidak memenuhi standar yang berlaku.

Perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan internasional yang diiringi dengan pesatnya
investasi antar Negara, pertumbuhan perusahaan internasional dan pertumbuhan profesi akuntansi
serta pengaruhnya terhadap dunia usaha, pendidikan dan masyarakat luas, akhirnya mengarahkan
perhatian ICA (International Congress of Accounting) ke 10 di Sydney, Australia pada tahun 1972
untuk membentuk organisasi profesi akuntan internasional guna mengembangkan standar-standar
akuntansi yang patut diterima secara universal. Kemudian, dibentuklah International Coordinator
Committee Accounting Profession (ICCAP) dan International Accounting Standards Committee (IASC)
pada tahun 1973. Pada bulan Agustus 1972, badan Pembina pasar uang dan modal membentuk
panitia penghimpunan bahan-bahan dan struktur Generally Accepted Accounting Principles and
Generally Accepted Auditing Standards.

B. STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Standar audit berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang ada. Pengawasan untuk
memastikan pelaksanaan kerja organisasi sektor publik membutuhkan audit eksternal yang
komprehensif dan kompeten yang didukung oleh standar internasional tentang audit.

Lingkungan Supreme Audit Institution (SAI) memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk
manajemen keuangan publik. Hal ini juga mensyaratkan penyerahan laporan audit publik untuk
memastikan dukungan publik untuk tindakan yang efektif. Semua persyaratan ini dipenuhi oleh
INTOSAI dan standar audit IFAC.

Dalam praktek di Indonesia, standar audit publik yang dikenal adalah Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Standar audit terdiri dari 10 yang dikelompokkan ke dalam 3 bagian, di antaranya
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dalam banyak hal, standar-
standar tersebut saling berhubungan dan saling bergantung satu dengan lainnya. “materialitas” dan
“risiko audit” melandasi penerapan semua standar audit, terutama standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah sebuah Standar Pemeriksaan yang memuat
persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara diharapkan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang
dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti
secara objektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan
hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat
mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta
pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas
publik.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun untuk memenuhi Pasal 5 Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan
Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Tujuan pembuatan standar pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa
dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

2) Supervisi

Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah “Staf harus disupervisi dengan baik’.
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat
dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian
instruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi,
pelaksanaan review atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the
job training) yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai