Anda di halaman 1dari 16

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Audit Keuangan Negara

Oleh :
ZURAIFA NADILA 160301121
KHUSNUL KHOTIMAH 1603011

Dosen Pengampu :

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2019

0
STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

PERKEMBANGAN STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Standar audit berbeda dengan prosedur audit, yaitu “prosedur” berkaitan
dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan
kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar audit, yang
berbeda dengan prosedur audit, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional
auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

Australia pada tahun 1972 untuk membentuk organisasi profesi akuntan


international..Pada bulan Agustus 1972, Badan Pembina Pasar Uang dan Modal
membentuk Panitia Penghimpunan Bahan-Bahan dan Struktur Generally
Accepted Accounting Principles and Generally Accepted Auditing Standards.
Kemudian, dibentuklah International Coordinator Committee Accounting
Profession (ICCAP) dan International Accounting Standards Committee (IASC)
pada tahun 1973. Kemudian dihasilkan konsep prinsip akuntansi Indonesia yang
didasarkan pada tulisan Paul Grady yang berjudul Inventory of Generally
Accepted Accounting Research Study No. 7 (AICPA, 1965) dan norma
pemeriksaan akuntan yang didasarkan pada Statement on Auditing Procedure No.
33 AICPA- 1963. Konsep ini secara resmi disahkan sebagai Prinsip Akuntansi
Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan yang berlaku di seluruh Indonesia
pada kongres IAI ketiga tanggal 2 Desember 1973.
Namun, seiring dengan perkembangan teori pemeriksaan, dinamika
masyarakat yang menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas, serta kebutuhan
akan hasil pemeriksaan yang bernilai tambah maka hal ini menuntut BPK untuk
menyempurnakan Standar Audit Pemerintah (SAP) 1995.
Pada awal tahun 2007, BPK berhasil menyelesaikan penyusunan standar
pemeriksaan yang diberi nama ‘Standar Pemeriksaan Keuangan Negara’ atau
disingkat dengan ‘SPKN’ yang dipayungi dengan peraturan BPK-R1 No. 1 Tahun

1
2007 sebagai pengganti standar pemeriksaan sebelumnya yaitu Standar Audit
Pemerintah (SAP) 1995.

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Standar audit berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang

ada. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun untuk memenuhi Pasal 5
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang- Undang
No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan pembuatan
standar pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa
dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
(1) Standar Umum

Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk menjamin


kredibilitas hasil perneriksaan. Pernyataan standar umum yang pertama adalah
tentang persyaratan kemampuan atau keahlian. Pernyataan standar umum kedua
adalah “Dalarn semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan.Pernyataan standar umum ketiga adalah “Dalarn pelaksanaan
pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”.

 Pernyataan standar umum keempat adalah “Setiap organisasi pemeriksa


yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus
memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di-review oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu eksternal)”.

(2) Standar Pemeriksaan Keuangan

2
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
Pernyataan standar mengatur standar pelaksanaan untuk pemeriksaan
keuangan dan setiap standar pekerjaan lapangan audit keuangan dan Pernyataan
Standar Audit (PSA) yang ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain. Untuk
pemeriksaan keuangan Standar Pemeriksaan memberlakukan tiga
pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan IAI.
(a) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan
tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.
(b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
(c) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Dokumentasi Pemeriksaan
Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat
standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI.
(1) “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif”
(2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalarn
periode sebelumnya.”
(3) “Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.”
Standar perneriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut:
a. Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah:

3
“Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.”
b. Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.”
c. Pelaporan tentang Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga, adalah:
Laporan atas pengendalian internal harus mengungkapkan kelemahan
dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang dianggap
sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”.
Pelaporan tentang Kelemahan Pengendalian Internal
Pemeriksa (auditor) harus melaporkan kelemahan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “ kondisi yang dapat dilaporkan.
contoh:
(a) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan
pengendalian yang layak.
(b) Tidak ada review dan persetujuan yang memadai untuk transaksi,
pencatatan akuntansi atau output dan suatu sistem.
(c) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva.

Pelaporan Tanggapan dari Pejabat yang Bertanggung Jawab.


Pernyaaan standar pelaporan tambahan keempat adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian internal, kecurangan, penyimpangan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang

4
diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang
direncanakan.”

Pelaporan Informasi Rahasia.


Pernyataan standar pelaporan tambahan kelirna adalah;
“Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya
informasi tersebut.”
Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan keenarn adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan entitas
yang dipcriksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil perneriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi hasil
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.

Standar Pemeriksaan Kinerja

(a) Perencanaan (b)Supervisi (c) Bukti (d) Dokumentasi Pemeriksaan


Didalam dokumen pemeriksaan harus berisi :
(1) Tujuan (2) Dokumentasi (3) Bukti .
(3) Standar Pemeriksaan Kinerja
a. Bentuk
b. Isi Laporan
c. Unsur-unsur Kualitas Laporan
d. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
(4) Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
a. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan tertentu
Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan
oleh IAI. Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu berikut :

5
1) Komunikasi Pemeriksa
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah :
“Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan ynag
direncanakanatas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada
manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan”.
2) Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah : “Pemeriksa
harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak
lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal
yang diperiksa”.
3) Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah : “Dalam
merencanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk
eksaminasi dan menrancang prosedur untuk mencapai tujuan
pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang
memadai tentang pengendalian internal yang sifatnya material
terhadap hal yang diperiksa”.
4) Merancang Pemeriksaan untuk mendekteksi terjadinya penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud)
serta ketidakpatutan (abuse)
5) Dokumentasi Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah : “Pemeriksa
harus mempersiapkan dan memelihar dokumentasi pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan
yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan dan dapat memastikan bahwa dokumentasi
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksa”
b. Standar Pelaporan Pemeriksaan untuk tujuan tertentu

6
Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik ditetapkan oleh
IAI . Untuk Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, standar pemeriksaan
memberlakukan empat pernyataan standar pelaporan perikatan/ penugasan
atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut :
- Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan
sifat perikatan atestasi yang bersangkutan
- Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai denganstandar yang telah ditetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
- Laporan harus menyatakan semua keberatanpraktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu sebagai berikut :
1) Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah : “Laporan
Hasil Pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan standar pemeriksaan”
2) Pelaporan tentang kelemahan pengendalian inetrnal, kecurangan,
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan serta
ketidakpatutan.
c. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga adalah : “Laporan hasil
peemriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian
inetrnal, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan
dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang
diperiksa mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang
direncanakan”
d. Pelaporan informasi rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah : “Informasi
rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan
sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan

7
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut”.
e. Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah : “Laporan hasil
pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaansesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

FUNGSI STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Standar audit berfungsi mengatur semua aktifitas pekerjaan auditnya


akuntan publik. Standar mengatur mulai dari syarat auditor misalnya independensi
dan kompetensi auditor sampai bagaimana membuat laporan audit.
Standar audit berfungsi sebagai pengendali secara preventif terhadap
kecurangan, ketidakjujuran dan kelalaian.

KERANGKA PIKIR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Secara kelembagaan, kerangka pikir audit sektor pubik terbagi menjadi :
1. Kerangka Kelembagaan
2. Pengaturan standar audit
3. Kode etik
4. Akuntabilitas Badan Pemeriksa Keuangan
5. Kemandirian
6. Kualifikasi dan ketrampilan auditor
7. Pelatihan
8. Kompetensi audit
9. Jaminan kualitas
Kerangka Pemikiran SPKN

8
OBJEK AUDIT SEKTOR PUBLIK

Terdapat 3 (tiga) jenis organisasi/ lembaga, yaitu :

a. Organisasi/lembaga sektor komersial, yaitu yang bertujuan untuk mencari


laba
b. Organisasi/lembaga sektor publik, yaitu yang bertujuan murni nirlaba
c. Kuasi sektor publik, yaitu unit yang tidak semata-mata mencari laba

STANDAR NOMENKLATUR

Nomenklatur didefiisikan sebagai daftar/akun buku besar yang ditetapkan


dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan
anggaran, pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat serta
memudahkan pemeriksaan dans pengawasan.
Tujuan penyusunan nomenklatur antara lain : (1) mengidentifikasi data
akuntansi secara unik, (2) meringkas data, (3) mengklasifikasi rekening atau
transaksi, (4) menyampaikan makna tertentu.

9
Metode penyusunan nomenklatur antara lain : (a) kode angka/huruf urut,
(b) kode angka blok, (c) kode angka kelompok, (d) kode angka desimal dan (e)
kode angka urut didahului dengan referensi huruf

PERSIAPAN PELAKSANAAN STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Pada saat melaksanakan pengujian auditor pada umumnya
mempertimbangkan kembali pemahaman entitas, penilaian pengendalian internal,
penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan
dan ketidakpatutan, mengidentifikasikan hasil audit terdahulu yang signifikan
dengan tujuan audit yang berjalan, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan
dipakai dan merencanakan metode audit yang dipakai. Selanjutnya auditor
melakukan pengumpulan bukti, mengembangkan temuan dan membuat
kesimpulan dan rekomendasi audit (bila ada).
Pada saaat menyusun laporan, pada umumnya auditor kembali
mempertimbangkan pemahaman entitas, resiko terjadinya penyimpangan dari
hukum dan peraturan, kecurangan dan ketidakpatutan, hasil audit terdahulu yang
signifikan dengan tujuan audit yang berjalan, metode audit, bukti audit, temuan
audit serta kesimpulan dan rekomendasi audit (jika ada).
Pada tahap tindak lanjut auditor pada umumnya mempertimbangkan
kembali resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan
dan ketidakpatutan, hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit yang
berjalanbukti audit, temuan audit serta kesimpulan dan rekomendasi audit (jika
ada). Setelah diketahui praktik penyusunan program audit kinerja pada umumnya,
selanjutnya akan dilihat bagaimana praktik penyusunan program audit kinerja
berdasarkan karakteristik responden. Hasilnya akan menunjukkan apakah ada
karakteristik tertentu yang berbeda dengan praktik penyusunan program audit
kinerja pada umumnya.

KESIAPAN KAPASITAS AUDITOR


Pelatihan perlu diberikan pada para auditor untuk memenuhi standar
umum pemeriksaan yang pertama yang berbunyi : “Pemeriksa secara kolektif

10
harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan.” Salah satu cara untuk memenuhi standar tersebut adalah dengan
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan (SPKN paragraf 6 Standar
Umum). Pelatihan perlu diberikan kepada para auditor dengan masa kerja lebih
dari lima tahun untuk selalu menyegarkan ingatan para auditor tentang perlunya
menjaga kualitas audit, sementara pelatihan yang diberikan kepada auditor dengan
kedudukan sebagai pemimpin tim baik junior maupun senior dimaksudkan supaya
auditor tidak merasa bahwa bekal pengalaman mereka sudah cukup sehingga
melupakan hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan daam menyusun sebuah
program audit kinerja.

PENENTUAN FORMAT LAPORAN


Seiring berjalannya waktu serta perbedaan kebutuhan tiap negara akan
informasi yang terkandung dalam laporan audit kinerja sektor publik, maka
format laporan audit kinerja sektor publik juga berbeda-beda dan mengalami
perkembangan.

No. Hatherly and AICPA (Ponder, GAO (1974) ANAO (2003)


Parker (1988) 1984)

1. Tujuan audit Pendahuluan Laporan ringkas, Lingkup dan


(meliputi tujuan, jelas dan lengkap tujuan audit
lingkup, pendekatan
dan prosedur)

2. Lingkup audit Ringkasan daftar Masalah Temuan dan


temuan kesimpulan

3. Prosedur audit Rekomendasi Temuan dan Bukti yang


kesimpulan mendukung
temuan dan
kesimpulan

4. Masalah Rincian dan data Pendapat dan Rekomendasi

11
pendukung rekomendasi
auditor

5. Penyebab dari - Penekanan Komentar kritis


masalah adanya kemajuan
daripada kritik

6. Rekomendasi Pencapaian dan Masalah yang


kemajuan klien memerlukan
penelaahan lebih
lanjut

7. Pencapaian dan Pandangan Kemajuan klien


kemajuan klien pejabat klien

8. Pandangan Lingkup dan Pandangan


pejabat klien tujuan audit organisasi yang
diaudit

9. Penggunaan
bahasa

10. Penyajian laporan

Sedangkan isi laporan audit kinerja berdasarkan standar audit yang ada di
Indonesia dalam hal ini Standar Audit Pemerintahan dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara dapat dilihat pada tampilan selanjutnya.
No. SAP (1995) SPKN ( 2007 )

1. Tujuan, lingkup dan metodologi Pernyataan standar audit


audit

2. Hasil audit Tujuan, lingkup dan metodologi


pemeriksaan

3. Rekomendasi Temuan pemeriksaan, simpulan dan

12
rekomendasi

4. Pernyataan standar audit Tanggapan pejabat klien

5. Kepatuhan terhadap Per-UU

6. Ketidakpatuhan dan
penyalahgunaan wewenang

7. Pelaporan perbuatan melanggar


hukum

8. Pengendalian manajemen

9. Tanggapan pejabat klien

10. Hasil/prestasi kerja

11. Hal yang memerlukan penelaahan


lebih lanjut

12. Informasi istimew dan rahasia

PENENTUAN ATURAN AUDIT


Standar auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar
auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut
masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.

IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Di awal masa kemerdekaan Indonesia, warisan dari penjajah Belanda masih
dirasakan dengan tidak adanya satupun akuntan yang dimiliki atau dipimpin oleh
bangsa Indonesia. Pada masa ini pola Belanda masih diikuti dimana akuntan
didaftarkan dalam suatu register negara. Di Belanda sendiri ada dua organisasi
profesi yaitu Vereniging Van Academish Gevormde Accountants (VAGA), yaitu

13
ikatan akuntan lulusan perguruan tinggi dan Nederlands Institut Van Accountants
(NivA) yang anggotanya terdiri dari lulusan berbagai program sertifikasi akuntan
dan memiliki pengalaman kerja. Akuntan-akuntan indonesia pertama lulusan
periode sesudah kemerdekaan tidak dapat menjadi anggota VAGA atau NivA.
Situasi ini mendorong Prof. R. Soemardjo Tjitrosidojo dan empat lulusan pertama
FEUI yaitu Drs. Basuki T. Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan Tong Joe
da Drs. Go Tie Siem memprakarsai berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia yang disingkat IAI pada tanggal 23
Desember 1957 di Aula Universitas Indonesia.

IKATAN AKUNTAN INDONESIA – SEKSI AKUNTAN PUBLIK (IAI-SAP)


Di masa pemerintahan orde baru, terjadi banyak perubahan signifikan
dalam perekonomian Indonesia, antara lain seperti terbitnya Undang-undang
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
serta berdirinya pasar modal. Perubahan perekonomian ini membawa dampak
terhadap kebutuhan akan profesi akuntan publik, dimana pada masa itu telah
berdiri banyak kantor akuntan Indonesia dan masuknya kantor akuntan asing yang
bekerja sama dengan kantor akuntan Indonesia. 30 tahun setelah berdirinya IAI
atas gagasan Drs. Theodorus M Tuanakotta pada tanggal 7 April 1977 IAI
membentuk seksi akuntan publik sebagai wadah para akuntan publik di Indonesia
untuk melaksanakan program-program pengembangan akuntan publik.

IKATAN AKUNTAN INDONESIA – KOMPARTEMEN AKUNTAN


PUBLIK (IAI-KAP)
Dalam kurun waktu 17 tahun sejak dibentuknya Seksi Akuntan Publik,
profesi akuntan publik berkembang dengan pesat. Seiring dengan perkembangan
pasar modal dan perbankan di Indonesia, diperlukan perubahan standar akuntansi
keuangan dan standar profesional akuntan publik yang setara dengan standar
internasional. Dalam kongres IAI ke-VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk
memberikan hak otonomi kepada akuntan publik dengan mengubah Seksi
Akuntan Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik

14
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)

Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia,


tepatnya pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan
berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI-
Kompartemen Akuntan Publik. Berdirinya Institut Akuntan Publik adalah respon
terhadap dampak globalisasi, dimana Drs. Ahmadi Hadibroto sebagai ketua dewan
pengurus nasional IAI mengusulkan perluasan keanggotaan IAI selain individu.
Hal ini telah diputuskan dalam kongres IAI X pada tanggal 23 November 2006.
Keputusan inilah yang menjadi dasar untuk mengubah IAI-Kompartemen
Akuntan Publik menjadi asosiasi yang independen yang mampu secara mandiri
mengembangkan profesi akuntan publik.
IAPI diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International
Federation of Accountants (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika
akuntan publik, sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC
sebagaimana tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO). Pada
tanggal 4 Juni 2007 secara resmi IAPI diterima sebagai asosiasi yang pertama
oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008 Pemerintah Republik Indonesia melalui
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai
organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi
akuntan publik.

15

Anda mungkin juga menyukai