Oleh :
ZURAIFA NADILA 160301121
KHUSNUL KHOTIMAH 1603011
Dosen Pengampu :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2019
0
STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK
1
2007 sebagai pengganti standar pemeriksaan sebelumnya yaitu Standar Audit
Pemerintah (SAP) 1995.
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang
ada. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun untuk memenuhi Pasal 5
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang- Undang
No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan pembuatan
standar pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa
dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
(1) Standar Umum
2
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
Pernyataan standar mengatur standar pelaksanaan untuk pemeriksaan
keuangan dan setiap standar pekerjaan lapangan audit keuangan dan Pernyataan
Standar Audit (PSA) yang ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain. Untuk
pemeriksaan keuangan Standar Pemeriksaan memberlakukan tiga
pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan IAI.
(a) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan
tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.
(b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
(c) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Dokumentasi Pemeriksaan
Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat
standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI.
(1) “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif”
(2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalarn
periode sebelumnya.”
(3) “Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.”
Standar perneriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut:
a. Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah:
3
“Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.”
b. Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.”
c. Pelaporan tentang Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga, adalah:
Laporan atas pengendalian internal harus mengungkapkan kelemahan
dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang dianggap
sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”.
Pelaporan tentang Kelemahan Pengendalian Internal
Pemeriksa (auditor) harus melaporkan kelemahan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “ kondisi yang dapat dilaporkan.
contoh:
(a) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan
pengendalian yang layak.
(b) Tidak ada review dan persetujuan yang memadai untuk transaksi,
pencatatan akuntansi atau output dan suatu sistem.
(c) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva.
4
diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang
direncanakan.”
5
1) Komunikasi Pemeriksa
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah :
“Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan ynag
direncanakanatas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada
manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan”.
2) Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah : “Pemeriksa
harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak
lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal
yang diperiksa”.
3) Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah : “Dalam
merencanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk
eksaminasi dan menrancang prosedur untuk mencapai tujuan
pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang
memadai tentang pengendalian internal yang sifatnya material
terhadap hal yang diperiksa”.
4) Merancang Pemeriksaan untuk mendekteksi terjadinya penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud)
serta ketidakpatutan (abuse)
5) Dokumentasi Pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah : “Pemeriksa
harus mempersiapkan dan memelihar dokumentasi pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan
yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan dan dapat memastikan bahwa dokumentasi
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksa”
b. Standar Pelaporan Pemeriksaan untuk tujuan tertentu
6
Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik ditetapkan oleh
IAI . Untuk Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, standar pemeriksaan
memberlakukan empat pernyataan standar pelaporan perikatan/ penugasan
atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut :
- Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan
sifat perikatan atestasi yang bersangkutan
- Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai denganstandar yang telah ditetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
- Laporan harus menyatakan semua keberatanpraktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu sebagai berikut :
1) Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah : “Laporan
Hasil Pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan standar pemeriksaan”
2) Pelaporan tentang kelemahan pengendalian inetrnal, kecurangan,
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan serta
ketidakpatutan.
c. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga adalah : “Laporan hasil
peemriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian
inetrnal, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan
dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang
diperiksa mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang
direncanakan”
d. Pelaporan informasi rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah : “Informasi
rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan
sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan
7
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut”.
e. Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah : “Laporan hasil
pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaansesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
8
OBJEK AUDIT SEKTOR PUBLIK
STANDAR NOMENKLATUR
9
Metode penyusunan nomenklatur antara lain : (a) kode angka/huruf urut,
(b) kode angka blok, (c) kode angka kelompok, (d) kode angka desimal dan (e)
kode angka urut didahului dengan referensi huruf
10
harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan.” Salah satu cara untuk memenuhi standar tersebut adalah dengan
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan (SPKN paragraf 6 Standar
Umum). Pelatihan perlu diberikan kepada para auditor dengan masa kerja lebih
dari lima tahun untuk selalu menyegarkan ingatan para auditor tentang perlunya
menjaga kualitas audit, sementara pelatihan yang diberikan kepada auditor dengan
kedudukan sebagai pemimpin tim baik junior maupun senior dimaksudkan supaya
auditor tidak merasa bahwa bekal pengalaman mereka sudah cukup sehingga
melupakan hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan daam menyusun sebuah
program audit kinerja.
11
pendukung rekomendasi
auditor
9. Penggunaan
bahasa
Sedangkan isi laporan audit kinerja berdasarkan standar audit yang ada di
Indonesia dalam hal ini Standar Audit Pemerintahan dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara dapat dilihat pada tampilan selanjutnya.
No. SAP (1995) SPKN ( 2007 )
12
rekomendasi
6. Ketidakpatuhan dan
penyalahgunaan wewenang
8. Pengendalian manajemen
13
ikatan akuntan lulusan perguruan tinggi dan Nederlands Institut Van Accountants
(NivA) yang anggotanya terdiri dari lulusan berbagai program sertifikasi akuntan
dan memiliki pengalaman kerja. Akuntan-akuntan indonesia pertama lulusan
periode sesudah kemerdekaan tidak dapat menjadi anggota VAGA atau NivA.
Situasi ini mendorong Prof. R. Soemardjo Tjitrosidojo dan empat lulusan pertama
FEUI yaitu Drs. Basuki T. Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan Tong Joe
da Drs. Go Tie Siem memprakarsai berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia yang disingkat IAI pada tanggal 23
Desember 1957 di Aula Universitas Indonesia.
14
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)
15