PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Audit pada sector public adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyedian barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaaan
pajak penerimaan Negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang
ditemukan dengan kriteri yang ditetapkan (Igusti Agung R, 2008 : 29) audit sektor publik di
Indonesia dikenal sebagai audit keuangan nega yang diatur dalam uu no 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawaban keuangan Negara. Audit pada laporan keuangan
diperlukan untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi dengan criteria yang telah
ditentukan serta penyampaian hasilnya kepada pisak yang berkepentingan. Derajat kesuaian ini
dapat berupa kuantitas maupun kualitatif, seperti kewajaran laporan keuangan. Hal ini yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada pemberian opini audit apabila sersi-sersi dan criteria yang telah
ditentukan tidak sesuai maka opini yang diberikan oleh auditor akan bagus, begitupn sebaliknya
apabila asersi dankriteria tersebut tidak sesuai maka opini yang dikeluarkanpun akan kurang
bagus.
Opini yang ditentukan oleh auditor selain dari kesuaian oleh asersi dan criteria yang telah
ditetapkan juga harus memperhatikan tingkat materialitas pada laporan keuangan tersebut dalam
pelaksanaan audit, seoarang auditor harus terlebih dahulu melakukan pertimbangan awal tingkat
material. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam standar professional akuntan public (2001 SA
Seksi 312:Paragraf 10), Bahwa pertimbangan auditor dalam menentukan materialitas merupakan
pertimbangan professional auditor dan dioengaruhi oleh persepsi atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakan kepercayaan terhadap laporan
kuangan.
Materialitas merupakan suatu pertimbngan penting dalam menentukan jenis laporan yang
tepat untuk ditrbitkan dalam situasi tak tertentu. Sedangkan materialitas yang diterapkan dalam
bidang akuntansi dan selanjutnya berlaku dalam pelaporan audit merupakan salah saji dalam
laporan keuangan dapat dianggap material apabila pengetahuan akan salah saji tersebut
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan tersebut (Alfin A, Arens, 2002:72)
Materialitas berhubungan dengan jugment, ketika dikaitan dengan evaluasi resiko
pertimbangan inilah yang akan mempengaruhi cara-cara pencapaian tujuan audit, ruang lingkup
dan arah pekerjaan terperinci serta disposisi kesalahan dan kelalaian. Dalam perencanaan audit
yang harus dipertimbangkan oleh auditor external adalah amsalah penetapan tingkat resiko
pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit.
Kerangka konseptual akuntansi audit sektor publik disusun dengan berbagai tujuan,yaitu
acuan bagi:
1. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktik akuntansi menurut prinsip akuntansi
secara lazim dan standart keuangan sektor publik.
3. Auditor (BPK), dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
4. Para pemakai laporan keuangan sektor publik, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akntansi keuangan sektor publik.
Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sektor publik.
Ketika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi keuangan sektor
publik, ketentuan standar akuntansi keuangan sektor publik akan diuji menurut unsure kerangka
konseptual yang relevan. Meskipun demikian, penggunaan kerangka konseptual ini sebagai
acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam pengembangan
standar akuntansi keuangan sektor publik di masa depan, dan dalam peninjauan kembali terhadap
standar akuntansi keuangan sektor publik yang berlaku, akan mengurangi konflik tersebut.
Revisi kerangka konseptual bias dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan pengalaman
komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam penggunakan kerangka
konseptual tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Kerangka konseptual akuntansi sector public disusun dengan berbagai Tujuan, yaitu acuan
bagi:
a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sector public untuk melaksanakan tugasnya
termasuk tim penyusun standar akuntansi pemerintahan.
b. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi
yang diterima umum dan standar akuntansi keuangan sector publik.
c. Auditor seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
d. Para pemakai laporan keuangan sector public untuk menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di sector publik.
Terkait pembahasan bab ini bahwa pengendalian kualitas disini yang dimaksut adalah
kualitas audit sector publik. Dalam pelaksanaan audit terdapat standar yang dibuat sebagai
pengendali berjalannya proses audit.
Sebagai contoh di Indonesia, standar pengendalian mutu atau kualitas kantor akuntan
publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan
pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar
yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh
IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua
jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. Independensi. Meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi.
b. Penugasan personel. Meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf
professional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan
dimaksud.
c. Konsultasi. Meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai
yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi,
pertimbangan (Judgment), dan wewenang memadai.
d. Supervisi. Meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh KAP.
e. Pemekerjaan (hiring). Meyakinkn bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan
secara kompeten.
f. Pengembangan professional. Meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan
memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggungjawabnya. Pendidikan
professional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk
memberikan penfetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab
mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP.
g. Promosi (advancement). Meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk
promosi kualifikasi seperti yang diisyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih
tinggi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien. Menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi. Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
Komite Audit harus mendukung tujuan organisasi. Bagian akuntansi didalam organisasi
dengan mengkaji kelengkapan bukti dalam rangka memenuhi kebutuhan keandalan dan
integritas dari bukti-bukti yang ada. Berikut adalah prinsip penerapan komite audit yang baik.
(Sumber: National Audit Office Online)
Secara lebih terinci, peran komite audit dapat disebutkan sebagai berikut (Sumber: National
Audit Office Online).
Teori dan konsep terkait pengujian audit sektor publik dibagi menjadi dua kategori, yakni
konsep teori dan konsep proses. Dalam bab ini, kategori konsep lebih jauh akan dibahas
sebagai kerangka konseptual audit sektor publik. Konsep dibagi menjadi tiga fase, yakni term of
reference, investigasi dan pelaporan.
Nilai Sosial
Konsep pertama mencerminkan akar audit bukti dalam nilai social yang menganggap
penting konsistensi dan integritas dalam persiapan dan penyajian laporan keuangan.
Akuntabilitas
Konsep ketiga menetapkan istilah akuntabilitas acuan secara eksplisit untuk hubungan
klien atau auditee, dimana meminta seluruh aktivitas keuangan untuk dibukukan, dan di sajikan
dalam bentuk laporan keuangan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan yakni
Prinsi Akuntansi Berterima Umum.
Kriteria
Kriteria pelaporan keuangan dicirikan sebagai empat konsep dalam aturan term of reference.
Lingkup Investigasi
Akuntabilitas term of reference dan terkait kriteria yang dapat dikelompokkan sebagai
lingkup audit, dan hal ini diidentifikasikan sebagai konsep kelima dalam konsep ini.
Tujuan
Aturan tujuan audit mengikuti secara langsung dari lingkup dan termasuk tujuan wajib
untuk menyatakan opini laporan keuangan, dan tujuan discrectionary dalam menyediakan
rekomendasi melalui pengendalian internal/manajemen setelahnya.
Batasan-Batasan
Konsep ketujuh adalah aturan batasan-batasan dari berbagai macam subjek audit. Batasan
yang dapat diidentifikasi termasuk batasan dalam Undang-Undang dan kontrak, yang
ditetapkan lingkungan pragmatis dimana audit bukti dilakukan-ketepatan waktu (timeliness),
efektivitas biaya (cost effectiveness), dan kelayakan praktik (practice feasibility).
Investigasi
Konsep dasar mengidentifikasikan bahwa fase investigasi dan pelaporan berada dalam
Uniform Rules of Professional Conduct, yang diterjemahkan dengan khusus pada audit bukti
sebagai Standar Audit Berterima Umum (Generally Accepted Auditing Standard/GAAS). Tiga
tipe standar dalam Standar Audit Berterima Umum berperan dalam kerangka konsep ini, yakni:
Pertama, standar umum menyediakan dasar konsep yang sudah teridentifikasi terkait kapasitas
dan perilaku auditor dalam pengumpulan informasi dan kegiatan evaluasi dalam fase investigasi
dan kegiatan pelaporan informasi pada fase pelaporan. Kedua, aturan standar pengujian
menyediakan dasar konsep terkait pengumpulan informasi dan kegiatan aktivitas pada fase
investigasi. Ketiga, aturan aturan standar pelaporan menyediakan dasar konsep terkait konsep
pelaporan informasi pada fase pelaporan.
Perbedaan antara aturan konsep terkait pengumpulan informasi dan evaluasi pada fase
investigasi dan pelaporan informasi pada fase pelaporan, serta aturan konsep terkait kapasitas
dan tingkah laku auditor dalam tahapan fase investigasi dan pelaporan.
Aturan konsep informasi pada fase investigasi teridentifikasi dalam fase investigasi audit
menurut Cutt, james (1998) ada pada 9 konsep dan konsep kesepuluh berikut yang
menghubungkan dari fase investigasi kepada fase pelaporan.
Konsep pertama ini meminta auditor untuk mencapai kedekatan yang cukup dengan
usaha klien dalam melakukan audit.
Kepercayaan
Konsep kedua ini meminta adanya identifikasi auditor pengendalian internal oganisasi di
mana dia fokus dan dapat dipercaya dalam melaksanakan audit.
Bukti
Verifikasi
Konsep keempat adalah konsep pengendalian pada fase infestigasi dan teridentifikasi
sebagai verifikasi (pengumpulan dan evaluasi bukti audit dengan pandangan penyediaan opini
audit). Lebih lanjut, proses verifikasi di dalamnya termasuk konsep ketercukupan (sufficiency)
dan kesesuaian (appropriateness) bukti.
Asumsi
Konsep verivikasi terlihat terkait dengan konsep kelima dan keenam, dengan asumsi
pada aktivitas verifikasi tertentu.
Asersi
Kecukupan (kuantitas)
Kecukupan atau kuantitas bukti terdapat dua konsep lainnya, yakni ketepatan (precision)
dan tingkat jaminan yang disediakan oleh auditor. Ketepatan (precision) dapat didefinisikan
dalam istilah yang lebih luas yang memerlukan bukti yang presuasif daripada konklusif, namun
dapat juga didefinisikan terutama pada konsep tambahan dari materialitas. Sedangkan tingkat
jaminan yang disediakan oleh auditor didefinisikan dalam istilah konsep resiko dalam bentuk
variatif.
Penyesuaian (kualitas)
Penyesuaian atau kualitas bukti audit didefinisikan dalam istilah lebih lanjut sebagai keterkaitan
(relevance) dan keandalan (reliability).
Metode
Metode atau teknik yang digunakan oleh auditor dalam mengumpulkan dana dan mengevaluasi
bukti diidentifikasi sebagai konsep terpisah, kemudian terbagi kedalam metode pemenuhan
(compliance methods) dan metode substantif (substantive methods).
Konsep terakhir terkait informasi dalam fase investigasi audit adalah kelayakan, mencerminkan
secara khusus dalam standar pegujian ketiga yang meminta auditor mempunyai cukup bukti
yang layak untuk menyediakan dasar layak dalam isi laporan.
Pelaporan
Konsep terkait informasi dalam fase pelaporan terbagi dalam enam kategori, yaitu:
Tipe laporan
Kategori pertama yang terkait dengan berbagai tipe laporan keuangan yang ada.
Lingkup laporan
Kategori kedua adalah lingkup laporan audit, meminta auditor untuk mengidentifikasi
laporan keuangan yang telah dilaporkan kepada Negara yang pengujiannya dilakukan dengan
mengacu standar audit brterima umum serta dilaksanakan melalui tes dan prosedur tertentu.
Opini
Konsep ketiga terkait opini auditor yaitu permintaa auditor yang menggambarkan
apakah informasi laporan disajikan dengan secara wajar sesuai dengan dasar pengungkapan
akuntansi dan apakah penerapan dasar akuntansi telah konsisten dengan periode terdahulu.
Konsep terpenting dalam kewajaran adalah ditemukan hubungan dengan opini audit
pandangan umum tentang kewajaran adalah pelaksanaan yang sesuai dengan penilaian
professional yang sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Reservasi
Konsep keempat mengidentifikasi beragam untuk reservasi yang dapat digunakan auditor
dalam laporan audit.
Pengendalian internal/manajemen
Konsep kelima terkait dengan kebebasan menentukan tujuan atas rekomendasi yng
diberikan perbaikan pengendalian internal.
Konsep terakhir adalah terkait dengan pertanyaan bagaimana tindak lanjut audit.
Konsep-konsep kelayakan dan kewajaran mengacu pada informasi pada fase investigasi dan
bayangan pada fase pelaporan audit selanjutnya yang berdasarkan pada akar standar umum.
Akun Pendapatan
Tujuan adanya audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya
salah saji yang material dalam pos pendapatan organisasi, Dana Transfer, dan lain-lain
pendapatan yang sah.
Akun Belanja
Audit terhadap siklus belanja organisasi sektor public terdiri dari audit terhadap belanja
aparat/pegawai/SDM dan belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja pelayanan
public terdiri dari belanja adminstrasi umum, belanja opersi dan pemeliharaan dan belanja
modal/pembangunan.
Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi
signifikan berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja. Tujuan audit ditentukan berdasar
atas kelima kategori asersi laporan keuangan, yakni:
1. Siklus belanja organisasi sektor publik mencakup berbagai proses dan keputusan untuk
memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi
sektor public termasuk didalamnya unit-unit organisasi.
2. Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor public pada banyak organisasi adalah
tinggi. Ada berbagai factor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus belanja ini,
antara lain:
a. Volume transaksi yang selalu tinggi
b. Pembeanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
c. Pembelian asset yang tidak perlu.
d. Masalah akuntansi yang berkembang.
3. Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji.
Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan
transaksi tersebut.
4. Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor public
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus belanja, untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji.
5. Factor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi audit adalah
pertimbangan manfaat biaya. Pengujian pengendalian tergantung pertimbangan
manfaat biaya. Auditor perlu membandingkan biaya dalam melakukan pengujian
pengendalian internal dengan penghematan yang diperoleh dengan berkurangnya
pengujian subtantif.
Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor public yang
digunaka dalam kegiatan opersional organsisasi dan tidak untuk dijual-dibelikan serta
digunakan lebih dari satu tahun (periode akuntansi) dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi.
Siklus jasa personalia sangat penting karena masalah gaji, pajak penghasilan pegawai,
dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya utama hampir disemua entitas.
Invstasi ini pada umumnya merupkan bagian dari strategi jangka panjang suatu
organisasi sektor publik. Investasi dalam surat berharga dapat berupa penanaman dalam surat
berharga yang temasuk aktiva lancer maupun bukan aktiva lancar. Investasi surat berharga
sebagai aktiva lancar merupakan investasi sementara yang bertujuan untuk memanfaatkan
dana yang tidak dipergunakan dalam jangka pendek untuk memperoleh laba seperti capital
gain. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode akuntansi. Disamping
investasi sementara, investasi dapat dilakukan dalam bentuk penanaman modal dengan wujud
surat berharga jangka panjang.
Tahapan selanjutnya dalam siklus audit sektor publik ini adalah survey awal terhadap
karakter industry/organisasi yang aan diaudit.
Pembuatan Progranm Audit dan Penerbitan Surat Tugas Audit
Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah audit yang akan
dilakukannya. langkah-langkah ini tertuang didalam program audit. Suatu program audit akan
berisi:
setelah mendapat surat tugas maka dimulailah salah satu tahapan dalam proses audit
dimana auditor akan mengembangka suatu program audit, menilai keefektifan sistem
pengendalian internal organisasi, dan melakukan pengujian-pengujian yang diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang memadai.
Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut Temuan Laporn hasil
Pemeriksan
Berdasarkan temuan-temuan yang ada dilapangan, auditor melakukan tindak lanjut atau
dengan kata lain memberikan rekomendasi perbaikan kepada organisasi sektor publik.
Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil pemeriksaan
kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi yang telah diaudit tersebut.