Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Audit pada sector public adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyedian barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaaan
pajak penerimaan Negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang
ditemukan dengan kriteri yang ditetapkan (Igusti Agung R, 2008 : 29) audit sektor publik di
Indonesia dikenal sebagai audit keuangan nega yang diatur dalam uu no 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawaban keuangan Negara. Audit pada laporan keuangan
diperlukan untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi dengan criteria yang telah
ditentukan serta penyampaian hasilnya kepada pisak yang berkepentingan. Derajat kesuaian ini
dapat berupa kuantitas maupun kualitatif, seperti kewajaran laporan keuangan. Hal ini yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada pemberian opini audit apabila sersi-sersi dan criteria yang telah
ditentukan tidak sesuai maka opini yang diberikan oleh auditor akan bagus, begitupn sebaliknya
apabila asersi dankriteria tersebut tidak sesuai maka opini yang dikeluarkanpun akan kurang
bagus.

Opini yang ditentukan oleh auditor selain dari kesuaian oleh asersi dan criteria yang telah
ditetapkan juga harus memperhatikan tingkat materialitas pada laporan keuangan tersebut dalam
pelaksanaan audit, seoarang auditor harus terlebih dahulu melakukan pertimbangan awal tingkat
material. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam standar professional akuntan public (2001 SA
Seksi 312:Paragraf 10), Bahwa pertimbangan auditor dalam menentukan materialitas merupakan
pertimbangan professional auditor dan dioengaruhi oleh persepsi atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakan kepercayaan terhadap laporan
kuangan.

Materialitas merupakan suatu pertimbngan penting dalam menentukan jenis laporan yang
tepat untuk ditrbitkan dalam situasi tak tertentu. Sedangkan materialitas yang diterapkan dalam
bidang akuntansi dan selanjutnya berlaku dalam pelaporan audit merupakan salah saji dalam
laporan keuangan dapat dianggap material apabila pengetahuan akan salah saji tersebut
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan tersebut (Alfin A, Arens, 2002:72)
Materialitas berhubungan dengan jugment, ketika dikaitan dengan evaluasi resiko
pertimbangan inilah yang akan mempengaruhi cara-cara pencapaian tujuan audit, ruang lingkup
dan arah pekerjaan terperinci serta disposisi kesalahan dan kelalaian. Dalam perencanaan audit
yang harus dipertimbangkan oleh auditor external adalah amsalah penetapan tingkat resiko
pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit.

Pertimbangan auditor tentang materialitas berupa masalah kebijakan professional dan


dipengaruhi oleh persepsi oleh auditor tentang kebuthan yang beralasan dari laporan keuangan.
Tingkat materialitas laporan keuangan suatu entitas tidak akan sama dengan entitas lain
tergantung pada ukuran entitas tersebut. Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah
laporan keuangan mengandung kesalahan material jika auditor menetukan kesalahanyang
material, dia akan meminta perhatian klien supaya melakukan tindakan perbaikan. Jika klien
menolak untuk memperbaiki laporan keuangan, pendapat dengan kualifiikasi atau pendapat tidak
wajar akan dikeluarkan oleh auditor, tergantung sejauh mana material kesalahan penyajian.

Dalam menentukan materialitas, terdapat perbedaan antara audit dipemerintahan dengan


audit disektor swasta, diantaranya karna ruang lingkup audit disektor swasta meliputi pendapat
mengenai laporan keuangan pada tingkat lebih rendah dan kecukupan struktur pengendalian
internal. Sedangkan audit pemerintah emiliki lingkup yang lebih luas termasuk pendapat tentang
apakah entitas mematuhi hokum dan peraturan, apakah entitas yangmengelola sumber daya
secara ekonomi dan efisien dan apakah hasil yang diinginkan atau manfaat yang dicapai.

Kerangka konseptual akuntansi audit sektor publik disusun dengan berbagai tujuan,yaitu
acuan bagi:

1. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktik akuntansi menurut prinsip akuntansi
secara lazim dan standart keuangan sektor publik.

3. Auditor (BPK), dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

4. Para pemakai laporan keuangan sektor publik, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akntansi keuangan sektor publik.
Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sektor publik.
Ketika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi keuangan sektor
publik, ketentuan standar akuntansi keuangan sektor publik akan diuji menurut unsure kerangka
konseptual yang relevan. Meskipun demikian, penggunaan kerangka konseptual ini sebagai
acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam pengembangan
standar akuntansi keuangan sektor publik di masa depan, dan dalam peninjauan kembali terhadap
standar akuntansi keuangan sektor publik yang berlaku, akan mengurangi konflik tersebut.
Revisi kerangka konseptual bias dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan pengalaman
komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam penggunakan kerangka
konseptual tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Kerangka Konseptual Akuntansi Audit Sektor Publik?

2. Bagaimana Tujuan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik ?

3. Bagaimana Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Kualitas?

4. Bagaimana Peran Komite Audit ?

5. Bagaimana Pengujian Audit Sektor Publik ?


BAB II
PEMBAHASAN

2. Kerangka Konseptual Akuntansi Sector Publik

A. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sector Publik

Kerangka konseptual akuntansi sector public merumuskan konsep yang mendasari


penyusunan danpelaksanaan siklus akuntansi sector publik. Konsep ini meliputi perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, serta
pertanggungjawaban organisa sisektor public seperti pemerintahan pusat, pemerintahan
daerah, partai politik, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga peribadatan.

B. Tujuan dan peranan kerangka konseptual akuntansi sector public

Kerangka konseptual akuntansi sector public disusun dengan berbagai Tujuan, yaitu acuan
bagi:
a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sector public untuk melaksanakan tugasnya
termasuk tim penyusun standar akuntansi pemerintahan.
b. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi
yang diterima umum dan standar akuntansi keuangan sector publik.
c. Auditor seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
d. Para pemakai laporan keuangan sector public untuk menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di sector publik.

C. Lingkup kerangka konseptual akuntansi sector publik


Kerangka konseptual akuntansi sector public ini akan meliputi:
a.Perencanaan publik.
b.Penganggaran publik.
c.Realisasi anggaran publik.
d.Pengadaan barang dan jasa publik.
e.Pelaporan sector publik.
f.Audit sector publik.
g.Pertanggungjawaban sector publik.

2.1 Kebijakan dan Prsedur Pengendalian Kualitas Audit

Terkait pembahasan bab ini bahwa pengendalian kualitas disini yang dimaksut adalah
kualitas audit sector publik. Dalam pelaksanaan audit terdapat standar yang dibuat sebagai
pengendali berjalannya proses audit.

Berdasarkan General Standards in Government Auditing and Standards With Ethical


Significance (INTOSAI), bahwa karena tugas dan tanggung jawab lembaga audit tertinggi
adalah penting untuk konsep akuntabilitas publik, lembaga audit harus berlaku untuk memenuhi
metodologi audit dan praktik dengan kualitas terbaik. Tugas merumuskan prosedur untuk
mengamankan pelaksanaan yang efektif dari tanggung jawab untuk laporan audit, tidak
terganggu oleh kurangnya kepatuhan terhadap strandar oleh personil atau ahli dari luar,
prosedur perencanaan, metodologi dan pengawasan.

Kinerja dan penerapan keterampilan teknis harus berkualitas sesuai dengan


kompleksitas audit tertentu. Auditor harus waspada untuk situasi, kelemahan pengendalian,
kekuarangan dalam pencatatan, kesalahan dan transaksi yang tidak biasa atau hasil yang bisa
menjadi indikasi penipuan, pengeluaran yang tidak benar atau melanggar hukum, operasi tidak
sah, pemborosan, inefisiensi atau kurangnya kejujuran. Apabila lembaga audit dalam
melaksanakan fungsinya perlu mencari nasihat dari spesialis eksternal, standar untuk
penerapan tersebut memiliki dasar pada pemeliharaan kualitas kinerja.

Sebagai contoh di Indonesia, standar pengendalian mutu atau kualitas kantor akuntan
publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan
pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar
yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh
IAPI.

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua
jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. Independensi. Meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi.
b. Penugasan personel. Meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf
professional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan
dimaksud.
c. Konsultasi. Meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai
yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi,
pertimbangan (Judgment), dan wewenang memadai.
d. Supervisi. Meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh KAP.
e. Pemekerjaan (hiring). Meyakinkn bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan
secara kompeten.
f. Pengembangan professional. Meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan
memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggungjawabnya. Pendidikan
professional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk
memberikan penfetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab
mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP.
g. Promosi (advancement). Meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk
promosi kualifikasi seperti yang diisyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih
tinggi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien. Menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi. Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.

2.2 Keberadaan dan Peran Komite Audit

Komite Audit harus mendukung tujuan organisasi. Bagian akuntansi didalam organisasi
dengan mengkaji kelengkapan bukti dalam rangka memenuhi kebutuhan keandalan dan
integritas dari bukti-bukti yang ada. Berikut adalah prinsip penerapan komite audit yang baik.
(Sumber: National Audit Office Online)

(1) Peran komite audit.


Komite audit harus mendukung Dewan dan Pimpinan Bagian Akuntansi dengan
meninjau kelengkapan jaminan dalam memenuhi kebutuhan Dewan dan Pegawai
Bagian Akuntasi, serta mengkaji keandalan dan integritas jaminan.
(2) Keanggotaan, independensi, Objektifitas dan pemahaman.
Komite audit harus independen dan objektif, disamping setiap anggota harus memiliki
pemahaman yang baik tentang tujuan dan prioritas organisasi dan peran mereka
sebagai anggota Komite Audit.
(3) Ketrampilan.
Komite audit seharusnya memiliki campuran ketrampilan yang tepat untuk
memungkinkan untuk melaksanakan fungsi secara keseluruhan.
(4) Lingkup kerja.
Lingkup kerja komite audit harus didefinisikan dalam ketentuan atas Referensi, dan
mencakup semua kebutuhan jaminan dari Dewan dan Pimpinan Bagian Akuntansi.
Dalam hal ini, komite audit harus memiliki keterlibatan tertentu dengan pekerjaan audit
internal, pekerjaan Auditor Eksternal, dan isu-isu Pelaporan Keuangan.
(5) Komunikasi.
Komite audit harus dipastikan memiliki komunikasi yang efektif dengan Dewan, Kepala
Audit Internal, Auditor Eksternal, dan pemangku kepentingan lainnya.

Secara lebih terinci, peran komite audit dapat disebutkan sebagai berikut (Sumber: National
Audit Office Online).

(1) Mendukung Dewan Audit


a. Dewan Audit memiliki banyak masalah, salah satu tantangan mereka dan anggota
mereka adalah mengetahui apakah mereka memperhatikan isu-isu yang tepat.
Jaminan adalah kunci untuk mengatasi hal tersebut. Jaminan adalah pendapat yang
dievaluasi berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari review, tata kelola organisasi,
manajemen resiko dan kerangka pengendalian internal.
b. Jaminan pada aspek manajemen risiki, tata kelola dan pengendalian internal
berfungsi secara efektif dan sama pentingnya dengan aspek yang perlu diperhatikan
untuk memperbaiki pelaksaaan audit. Jaminan membantu Dewan untuk menilai
fokus dari isu-isu yang paling penting dalam kaitannya untuk mencapai tujuan
organisasi dan apakah penggunaan terbaik adalah dari sumber daya. Komite Audit
dapat membantu Dewan untuk merumuskan kebutuhan jaminan, dan kemudian
menyarankan pada seberapa baik jaminan yang diterima benar-benar memenuhi
kebutuhan jaminan.
c. Perumusan kebutuhan jaminan adalah kunci untuk menentukan sumber daya yang
perlu didedikasikan untuk pengiriman jaminan dalam organisasi.
(2) Kerangka Acuan
a. Komite audit harus diberikan Terms of Reference resmi oleh Dewan. Ini harus
ditinjau secara teratur dan pada gilirannya harus mewajibkan Komite Audit secara
teratur meninjau keefektifan sendiri.
b. Komite audit harus memiliki wewenang yang tepat untuk meminta setiap anggota
organisasi baik untuk: menghadiri pertemuan komite audit, atau meberikan laoran
tertulis kepada Komite Audit untuk tujuan memberikan informasi untuk membantu
Komite Audit dalam memenuhi perannya menasehati Dewan.
c. Komite audit akan memerlukan akses pendanaan untuk menutupi biaya yang
dikeluarkan dalm memenuhi perannya. Dana tersebut harus cukup untuk: memadai
memenuhi remunerasi da biaya kerja anggotanya; memadai memenuhi kebutuhan
pelatihan yang relevan dari para anggotanya; menyediakan saran spesialis
(eksternal) atau pendapat ketika diperlukan dan (jika disetujui sesuai dalam
organisasi) memberikan review eksternal terharap efektivitas Komite Audit.

2.3 Pengujian Audit Sektor Publik

Teori dan konsep terkait pengujian audit sektor publik dibagi menjadi dua kategori, yakni
konsep teori dan konsep proses. Dalam bab ini, kategori konsep lebih jauh akan dibahas
sebagai kerangka konseptual audit sektor publik. Konsep dibagi menjadi tiga fase, yakni term of
reference, investigasi dan pelaporan.

Nilai Sosial

Konsep pertama mencerminkan akar audit bukti dalam nilai social yang menganggap
penting konsistensi dan integritas dalam persiapan dan penyajian laporan keuangan.

Keterkaitan Dengan Perencanaan, Anggaran, Dan Pengendalian Manajemen


Konsep kedua mencerminkan hubungan antara audit internal dan eksternal, dengan komponen
lain siklus manajemen: perencanaan, penganggaran, dan pengendalian manajemen

Akuntabilitas

Konsep ketiga menetapkan istilah akuntabilitas acuan secara eksplisit untuk hubungan
klien atau auditee, dimana meminta seluruh aktivitas keuangan untuk dibukukan, dan di sajikan
dalam bentuk laporan keuangan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan yakni
Prinsi Akuntansi Berterima Umum.

Kriteria

Kriteria pelaporan keuangan dicirikan sebagai empat konsep dalam aturan term of reference.

Lingkup Investigasi

Akuntabilitas term of reference dan terkait kriteria yang dapat dikelompokkan sebagai
lingkup audit, dan hal ini diidentifikasikan sebagai konsep kelima dalam konsep ini.

Tujuan

Aturan tujuan audit mengikuti secara langsung dari lingkup dan termasuk tujuan wajib
untuk menyatakan opini laporan keuangan, dan tujuan discrectionary dalam menyediakan
rekomendasi melalui pengendalian internal/manajemen setelahnya.

Batasan-Batasan

Konsep ketujuh adalah aturan batasan-batasan dari berbagai macam subjek audit. Batasan
yang dapat diidentifikasi termasuk batasan dalam Undang-Undang dan kontrak, yang
ditetapkan lingkungan pragmatis dimana audit bukti dilakukan-ketepatan waktu (timeliness),
efektivitas biaya (cost effectiveness), dan kelayakan praktik (practice feasibility).

Investigasi

Konsep dasar mengidentifikasikan bahwa fase investigasi dan pelaporan berada dalam
Uniform Rules of Professional Conduct, yang diterjemahkan dengan khusus pada audit bukti
sebagai Standar Audit Berterima Umum (Generally Accepted Auditing Standard/GAAS). Tiga
tipe standar dalam Standar Audit Berterima Umum berperan dalam kerangka konsep ini, yakni:
Pertama, standar umum menyediakan dasar konsep yang sudah teridentifikasi terkait kapasitas
dan perilaku auditor dalam pengumpulan informasi dan kegiatan evaluasi dalam fase investigasi
dan kegiatan pelaporan informasi pada fase pelaporan. Kedua, aturan standar pengujian
menyediakan dasar konsep terkait pengumpulan informasi dan kegiatan aktivitas pada fase
investigasi. Ketiga, aturan aturan standar pelaporan menyediakan dasar konsep terkait konsep
pelaporan informasi pada fase pelaporan.

Perbedaan antara aturan konsep terkait pengumpulan informasi dan evaluasi pada fase
investigasi dan pelaporan informasi pada fase pelaporan, serta aturan konsep terkait kapasitas
dan tingkah laku auditor dalam tahapan fase investigasi dan pelaporan.

Aturan konsep informasi pada fase investigasi teridentifikasi dalam fase investigasi audit
menurut Cutt, james (1998) ada pada 9 konsep dan konsep kesepuluh berikut yang
menghubungkan dari fase investigasi kepada fase pelaporan.

Pengetahuan akan lembaga yang akan di audit

Konsep pertama ini meminta auditor untuk mencapai kedekatan yang cukup dengan
usaha klien dalam melakukan audit.

Kepercayaan

Konsep kedua ini meminta adanya identifikasi auditor pengendalian internal oganisasi di
mana dia fokus dan dapat dipercaya dalam melaksanakan audit.

Bukti

Konsep ketiga ini mengidentifikasi hakikat dan sumber bukti.

Verifikasi

Konsep keempat adalah konsep pengendalian pada fase infestigasi dan teridentifikasi
sebagai verifikasi (pengumpulan dan evaluasi bukti audit dengan pandangan penyediaan opini
audit). Lebih lanjut, proses verifikasi di dalamnya termasuk konsep ketercukupan (sufficiency)
dan kesesuaian (appropriateness) bukti.

Asumsi

Konsep verivikasi terlihat terkait dengan konsep kelima dan keenam, dengan asumsi
pada aktivitas verifikasi tertentu.
Asersi

selanjutnya asersi atau pernyataan, keduanya tentang pengendalian internal dan


laporan keuangan, auditor mencari untuk memverifikasi dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti.

Kecukupan (kuantitas)

Kecukupan atau kuantitas bukti terdapat dua konsep lainnya, yakni ketepatan (precision)
dan tingkat jaminan yang disediakan oleh auditor. Ketepatan (precision) dapat didefinisikan
dalam istilah yang lebih luas yang memerlukan bukti yang presuasif daripada konklusif, namun
dapat juga didefinisikan terutama pada konsep tambahan dari materialitas. Sedangkan tingkat
jaminan yang disediakan oleh auditor didefinisikan dalam istilah konsep resiko dalam bentuk
variatif.

Penyesuaian (kualitas)

Penyesuaian atau kualitas bukti audit didefinisikan dalam istilah lebih lanjut sebagai keterkaitan
(relevance) dan keandalan (reliability).

Metode

Metode atau teknik yang digunakan oleh auditor dalam mengumpulkan dana dan mengevaluasi
bukti diidentifikasi sebagai konsep terpisah, kemudian terbagi kedalam metode pemenuhan
(compliance methods) dan metode substantif (substantive methods).

Kelayakan (Cerminan Batasan Umum dan Penyediaan Mata Rantai Pelaporan)

Konsep terakhir terkait informasi dalam fase investigasi audit adalah kelayakan, mencerminkan
secara khusus dalam standar pegujian ketiga yang meminta auditor mempunyai cukup bukti
yang layak untuk menyediakan dasar layak dalam isi laporan.

Pelaporan

Konsep terkait informasi dalam fase pelaporan terbagi dalam enam kategori, yaitu:

Tipe laporan

Kategori pertama yang terkait dengan berbagai tipe laporan keuangan yang ada.
Lingkup laporan

Kategori kedua adalah lingkup laporan audit, meminta auditor untuk mengidentifikasi
laporan keuangan yang telah dilaporkan kepada Negara yang pengujiannya dilakukan dengan
mengacu standar audit brterima umum serta dilaksanakan melalui tes dan prosedur tertentu.

Opini

Konsep ketiga terkait opini auditor yaitu permintaa auditor yang menggambarkan
apakah informasi laporan disajikan dengan secara wajar sesuai dengan dasar pengungkapan
akuntansi dan apakah penerapan dasar akuntansi telah konsisten dengan periode terdahulu.
Konsep terpenting dalam kewajaran adalah ditemukan hubungan dengan opini audit
pandangan umum tentang kewajaran adalah pelaksanaan yang sesuai dengan penilaian
professional yang sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Reservasi

Konsep keempat mengidentifikasi beragam untuk reservasi yang dapat digunakan auditor
dalam laporan audit.

Pengendalian internal/manajemen

Konsep kelima terkait dengan kebebasan menentukan tujuan atas rekomendasi yng
diberikan perbaikan pengendalian internal.

Tindak Lanjut Audit

Konsep terakhir adalah terkait dengan pertanyaan bagaimana tindak lanjut audit.
Konsep-konsep kelayakan dan kewajaran mengacu pada informasi pada fase investigasi dan
bayangan pada fase pelaporan audit selanjutnya yang berdasarkan pada akar standar umum.

AKUN DAN ASERSI DALAM PENGUJIAN AUDIT SEKTOR PUBLIK

Akun Pendapatan

Tujuan adanya audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya
salah saji yang material dalam pos pendapatan organisasi, Dana Transfer, dan lain-lain
pendapatan yang sah.

Pemeriksaan atas siklus pendapatan mencakup pemeriksa atas:


1. Pendapatan organisasi, contohnya: pos pajak daerah, retribusi laba, bagian laba uaha
daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah.
2. Dana perimbangan mencakup atas bagi hasil pajak bukan pajak, dana alokasi umum,
dana alokasi khusus, dan dana perimbangan dari pusat.
3. Pendapatan lain-lain yang sah sesuai dengan lingkup pemeriksaan tersebut, maka
koreksi dilakukan atas salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan.

Akun Belanja

Audit terhadap siklus belanja organisasi sektor public terdiri dari audit terhadap belanja
aparat/pegawai/SDM dan belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja pelayanan
public terdiri dari belanja adminstrasi umum, belanja opersi dan pemeliharaan dan belanja
modal/pembangunan.

Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi
signifikan berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja. Tujuan audit ditentukan berdasar
atas kelima kategori asersi laporan keuangan, yakni:

1. Siklus belanja organisasi sektor publik mencakup berbagai proses dan keputusan untuk
memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi
sektor public termasuk didalamnya unit-unit organisasi.
2. Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor public pada banyak organisasi adalah
tinggi. Ada berbagai factor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus belanja ini,
antara lain:
a. Volume transaksi yang selalu tinggi
b. Pembeanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
c. Pembelian asset yang tidak perlu.
d. Masalah akuntansi yang berkembang.
3. Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji.
Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan
transaksi tersebut.
4. Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor public
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus belanja, untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji.
5. Factor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi audit adalah
pertimbangan manfaat biaya. Pengujian pengendalian tergantung pertimbangan
manfaat biaya. Auditor perlu membandingkan biaya dalam melakukan pengujian
pengendalian internal dengan penghematan yang diperoleh dengan berkurangnya
pengujian subtantif.

Akun Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor public yang
digunaka dalam kegiatan opersional organsisasi dan tidak untuk dijual-dibelikan serta
digunakan lebih dari satu tahun (periode akuntansi) dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi.

Akun Jasa personelia

Siklus jasa personalia sangat penting karena masalah gaji, pajak penghasilan pegawai,
dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya utama hampir disemua entitas.

Akun Pembiayaan (Investasi)

Invstasi ini pada umumnya merupkan bagian dari strategi jangka panjang suatu
organisasi sektor publik. Investasi dalam surat berharga dapat berupa penanaman dalam surat
berharga yang temasuk aktiva lancer maupun bukan aktiva lancar. Investasi surat berharga
sebagai aktiva lancar merupakan investasi sementara yang bertujuan untuk memanfaatkan
dana yang tidak dipergunakan dalam jangka pendek untuk memperoleh laba seperti capital
gain. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode akuntansi. Disamping
investasi sementara, investasi dapat dilakukan dalam bentuk penanaman modal dengan wujud
surat berharga jangka panjang.

Investasi jangka pendek mungkin sangat berpengaruh atas kemampuan membayar


jangka pendek, tetapi pendapatan atas investasi itu tidak selalu signifikan dengan hasil operasi
entitas. Dengan demikian, surat berharga yang dipegang dan dipunyai sebagai investasi jangka
pendek biasanya material bagi neraca, tetapi tidak material bagi laporan surplus defisit
organisasi sektor publik.

Survei Awal Karakter Industri/Bidang/Organisasi yang akan Diaudit

Tahapan selanjutnya dalam siklus audit sektor publik ini adalah survey awal terhadap
karakter industry/organisasi yang aan diaudit.
Pembuatan Progranm Audit dan Penerbitan Surat Tugas Audit

Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah audit yang akan
dilakukannya. langkah-langkah ini tertuang didalam program audit. Suatu program audit akan
berisi:

a. Tujuan audit untuk tiap area.


b. Prosedur audit yang akan dilakukan.
c. Sumber-sumber bukti audit.
d. Deskripsi mengenai kesalahan (error)

Pelaksanaan Audit Sektor Publik

setelah mendapat surat tugas maka dimulailah salah satu tahapan dalam proses audit
dimana auditor akan mengembangka suatu program audit, menilai keefektifan sistem
pengendalian internal organisasi, dan melakukan pengujian-pengujian yang diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang memadai.

Pembuatan Daftar Temuan

Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan-


temuan terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut kemudian di daftar sebgai
bukti dalam penyampaian pendapat nantinya.

Komunikasi Temuan dan Penyusunan Draf Laporan Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan temuan-temuan auditor dilapangan, kemudian auditor melakukan


pembicaraan dengan pimpinan organisasi sektor public, terkait temuan-temuan tersebut. Dalam
tahapan ini, auditor melakukan cross-check hasil temuannya dengan fakta yang terjadi
dilapangan.

Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut Temuan Laporn hasil
Pemeriksan

Berdasarkan temuan-temuan yang ada dilapangan, auditor melakukan tindak lanjut atau
dengan kata lain memberikan rekomendasi perbaikan kepada organisasi sektor publik.
Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil pemeriksaan
kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi yang telah diaudit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai