PROSES AKUNTANSI:
1. Pencatatan/perekaman transaksi ke dalam bukti transaksi.
2. Identifikasi/analisis transaksi.
3. Pencatatan/klasifikasi transaksi ke dalam buku jurnal.
4. Pengelompokan transaksi ke dalam buku pembantu dan buku besar.
5. Pelaporan transaksi dalam bentuk: laporan manajerial dan laporan
keuangan.
6. Acuan: laporan manajerial mengacu pada kebijakan manajemen,
laporan keuangan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK).
PROSES AUDITING:
1. Penerimaan penugasan audit.
2. Perencanaan audit.
3. Pengumpulan bukti audit.
4. Pengujian audit.
5. Pelaporan hasil audit.
6. Acuan: SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik)
B. Proses Akuntansi
Proses akuntansi berurutan mulai dari bukti transaksi hingga laporan
keuangan. Proses auditing bisa dilakukan dengan dua arah:
1. Dari laporan keuangan ke bukti transaksi, namanya Vouching.
2. Dari bukti transaksi ke laporan keuangan, namanya Tracing.
Audit hanya bisa dilakukan jika terdapat kriteria atau standar untuk
menyimpulkan hasil audit. Pelaksanaan audit untuk setiap jenis audit akan
selalu mengacu pada kriteria atau standar untuk penilaian hasil audit.
Contoh kriteria adalah: (1) Standar Akuntansi Keuangan atau SAK, (2)
Kebijakan dan Prosedur, (3) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Terdapat tiga jenis audit: (1) Audit Operasional, (2) Audit Kepatuhan,
(3) Audit Laporan Keuangan, (4) Audit SPI.
1. Audit Operasional, adalah audit untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektifitas proses bisnis.
Contoh: evaluasi efisiensi dan efektifitas sistem penggajian.
Informasi: jumlah data penggajian yang diproses per bulan, biaya
pemrosesan, dan jumlah kesalahan.
Kriteria: standar efisiensi dan efektivitas pemrosesan data
penggajian.
Bukti tersedia: laporan kesalahan data/informasi, data gaji, dan
biaya pemrosesan gaji.
2. Audit Kepatuhan, adalah audit untuk menguji kepatuhan praktik
terhadap aturan atau prosedur yang berlaku.
Contoh: menentukan apakah setiap faktur pembelian dilampiri
dokumen permintaan pembelian yang diotorisasi.
Informasi: praktik pengadaan barang dan jasa.
Kriteria: ketentuan tentang kelengkapan faktur pembelian.
Bukti tersedia: arsip faktur pembelian.
3. Audit Laporan Keuangan, adalah audit untuk menguji kewajaran
laporan keuangan.
Contoh: audit laporan keuangan PT Garuda Indonesia.
Informasi: laporan keuangan PT Garuda Indonesia.
Kriteria: framework pelaporan keuangan (SAK dan peraturan lain
yang berlaku)
Bukti tersedia: dokumen transaksi, dokumen pembukuan, bukti-
bukti lain yang relevan.
BAB III
LAPORAN AUDIT
OPINI AUDITOR
Bentuk laporan audit ditentukan oleh jenis opini auditor atas laporan keuangan
yang diaudit. Terdapat 4 (empat) jenis opini auditor:
Opini tidak wajar, diberikan pada saat laporan keuangan yang diaudit
mengandung salah saji material secara ekstrim, karena penyimpangan terhadap
SAK/IFRS.
Catatan:
Salah saji yang mengakibatkan pengecualian dari opini wajar atau opini
tidak wajar, adalah salah saji yang tidak memungkinkan lagi untuk dibuatkan
usulan revisi oleh auditor, karena kesalahannya bersifat pervasive atau akut.
1. Laporan audit bentuk standar dibuat pada saat opini auditor Wajar
Tanpa Pengecualian paragraf dan kalimat dalam laporan audit bersifat
standar.
2. Laporan audit yang menyimpang dari bentuk standar dibuat pada saat
opini auditor selain Wajar Tanpa Pengecualian (Wajar Dengan
Pengecualian, Tidak Wajar, atau Menolak Memberikan Opini) paragraf
dan penjelasan atas laporan audit tidak dibuat dalam bentuk standar.
1. Judul laporan
3. Paragraf pembuka
Jika auditor gagal dalam memenuhi komitmen dalam kontrak audit, atau
tidak menjalankan tugas dengan kehati-hatian profesional, auditor
dikatakan telah melakukan kecerobohan (negligence) dan atau pelanggaran
komitmen kontrak audit.
Tuntutan terhadap auditor pada dasarnya hanya bisa dilakukan pada saat yang
terjadi adalah audit failure. KAP atau auditor independen bertanggungjawab
terhadap seluruh aspek pekerjaan akuntan publik, yang bisa mencakup jasa
audit, perpajakan, konsultasi manajemen, dan jasa pembukuan/akuntansi.
2. Menjaga independensi
1. Prinsip integritas
2. Prinsip objektivitas
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Struktur kode etik profesional AICPA (the American Institute of Certified Public
Accountants) terdiri dari:
1. Bertanggungjawab (responsibilities)
3. Berintegritas (integrity)
Bukti audit adalah bukti yang dikumpulkan dan diuji oleh auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar pelaporan
keuangan yang berlaku (sesuai dengan SAK/sesuai dengan framework pelaporan
keuangan – financial reporting framework).
Bukti audit laporan keuangan terdiri dari:
1. Bukti pembukuan (accounting records), seperti jurnal, buku pembantu, dan
buku besar, atau file transaksi dan file induk (master file).
Bukti pendukung (corroborating information), seperti bukti transaksi dan bukti-
bukti pendukung pembukuan yang lain
Untuk menjamin pencapaian tujuan audit secara efektif, yaitu memberikan
opini auditor dengan tepat, auditor diwajibkan mengumpulkan bukti audit yang
kompeten (tepat/appropriate) dalam jumlah yang cukup (sufficient), atau
sufficient appropriate evidence. Kompetensi atau ketepatan bukti berhubungan
dengan kualitas bukti, sedangkan kecukupan bukti berhubungan dengan
jumlah atau kuantitas bukti.
Kompetensi bukti dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
1. Relevansi bukti
2. Sumber bukti
3. Kemutakhiran bukti
4. Objektivitas bukti
5. Sirkulasi bukti
Kecukupan jumlah bukti dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Potensi salah saji: dipengaruhi oleh risiko bawaan dan risiko
pengendalian serta materialitas salah saji.
2. Pertimbangan ekonomis: penambahan sampel dipandang tidak akan
mempengaruhi kesimpulan auditor.
3. Variabilitas atau heteroginitas populasi bukti.
4. Risiko bawaan: adalah risiko salah saji yang disebabkan oleh
karakteristik objek audit, bukan karena kelemahan sistem pengendalian,
misalnya kesalahan karena faktor kerumitan standar akuntansi, faktor
volume transaksi dst.
5. Risiko pengendalian: adalah risiko salah saji yang disebabkan oleh
kegagalan sistem pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi salah saji
dengan segera.
6. Materialitas salah saji: adalah ukuran tingkat kesalahan yang
mempengaruhi kesimpulan tentang kewajaran saldo akun. Ukuran
materialitas salah saji dipengaruhi oleh risiko bawaan dan risiko
pengendalian.
Prosedur audit adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh auditor untuk
mengumpulkan dan menguji bukti audit.Kategori prosedur audit:
1. Prosedur pemahaman SPI (Sistem Pengendalian Internal)
2. Prosedur pengujian SPI
3. Prosedur pengujian substantif
Prosedur pemahaman SPI dan pengujian SPI ditujukan untuk mengukur
kecukupan dan efektifitas SPI dalam mencegah potensi salah saji. Hasil
pemahaman dan pengujian SPI digunakan untuk menentukan: sifat, saat, dan
luas pengujian substantif. Sifat audit berhubungan dengan kedalaman audit, saat
audit berhubungan dengan waktu pelaksanaan audit, dan luas audit berhubungan
dengan jumlah bukti audit.
Pengujian substantif adalah pengujian kewajaran saldo akun atau asersi
manajemen. Prosedur pengujian substantif bisa diklasifikasi dengan urutan
sebagai berikut:
1. Prosedur awal
2. Prosedur pengujian analitis
3. Prosedur pengujian detil transaksi
4. Prosedur pengujian saldo akun
5. Prosedur pengujian estimasi akuntansi
6. Prosedur pengujian penyajian dan pengungkapan
Prosedur audit dapat diklasifikasi secara detil menjadi sebagai berikut:
1. Prosedur analitis, adalah prosedur pengujian yang dilakukan dengan cara
membandingkan angka objek audit dengan angka pembanding, seperti:
angka periode sebelumnya, angka anggaran, dan angka rata-rata industri.
2. Prosedur tracing, adalah prosedur pengujian dengan cara menelusur dari
bukti transaksi ke bukti pembukuan.
3. Prosedur vouching, adalah prosedur pengujian dengan cara menelusur
dari bukti pembukuan ke bukti transaksi.
4. Prosedur inspeksi, adalah prosedur pengujian/pemeriksaan langsung
terhadap bukti audit, misalnya pemeriksaan fisik aset dan pemeriksaan
fisik dokumen.
5. Prosedur matematis, adalah prosedur pengujian kebenaran perhitungan
matematis, seperti penjumlahan, perkalian, dan pembagian.
6. Prosedur penghitungan, adalah prosedur pengujian dengan cara
melakukan penghitungan ulang objek audit, seperti penghitungan fisik aset
tetap dan penghitungan fisik persediaan.
7. Prosedur konfirmasi, adalah prosedur pengujian dengan cara
mempertanyakan secara tertulis kepada pihak ketiga tentang kebenaran
objek audit, misalnya konfirmasi piutang dan konfirmasi persediaan yang
disimpan di gudang umum.
8. Prosedur observasi, adalah prosedur pengujian dengan cara menyaksikan
suatu proses pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan bukti audit
tertentu, misalnya proses perhitungan fisik persediaan.
9. Prosedur pengerjaan ulang, adalah prosedur pengujian dengan cara
mengerjakan oleh suatu proses yang biasa dilakukan untuk menghasilkan
bukti audit tertentu.
10. Prosedur wawancara, adalah prosedur pengujian bukti audit yang
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan petugas/perjabat yang
terkait. Untuk bisa menjadi bukti audit, wawancara harus dilakukan secara
tertulis.
11. Prosedur audit berbantuan komputer (computer assisted audit
techniques/CAAT), adalah prosedur pengujian yang dilakukan dengan
bantuan komputer terhdap bukti audit yang diproses dengan
menggunakan komputer.
Prosedur audit akan menghasilkan bukti audit.Bukti audit bisa dikelompokkan
menjadi:
1. Bukti analitis, hasil dari prosedur analitis
2. Bukti dokumen, hasil dari prosedur tracing, vouching, dan inspeksi
dokumen
3. Bukti fisik, hasil dari inspeksi fisik dan perhitungan fisik, serta prosedur
observasi.
4. Bukti matematis, hasil dari pengujian matematis, seperti perkalian,
penjumlahan dst.
5. Bukti konfirmasi, hasil dari pengujian konfirmasi.
6. Bukti observasi, hasil dari prosedur observasi atas suatu proses dan
prosedur. Prosedur observasi juga bisa menghasilkan bukti fisik.
7. Bukti pernyataan tertulis, hasil dari prosedur wawancara yang diikuti
dengan permintaan bukti tertulis.
8. Bukti pengerjaan ulang, hasil dari pengerjaan ulang suatu prosedur atau
proses yang biasa dilakukan untuk menghasilkan bukti audit tertentu.
9. Bukti elektronik, hasil dari pengujian proses prosedur yang dilakukan
secara elektronik serta hasil dari pengujian audit berbantuan komputer.