Belajar
9. FASILITAS PPN
9
A. Indikator
a. Perserta pelatihan dapat menjelaskan dasar hukum, tujuan dan jenis fasilitas
b. Perserta pelatihan dapat menjelaskan Fasilitas PPN Tidak Dipungut
c. Perserta pelatihan dapat menjelaskan Fasilitas PPN Tidak Dipungut
Dasar hukum pemberian fasilitas PPN diatur dalam pasal 16B Undang Undang PPN. Dalam
ketentuan tersebut diatur bahwa Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau
dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
c. impor Barang Kena Pajak tertentu;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean; dan
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean,
Dalam penjelasan pasal 16B Undang Undang PPN disebutkan bahwa tujuan dan maksud
diberikannya kemudahan pada hakikatnya untuk memberikan fasilitas perpajakan yang
benarbenar diperlukan terutama untuk berhasilnya sektor kegiatan ekonomi yang
berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan dunia usaha dan
meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar
pembangunan nasional.
Ketentuan tentang fasilitas ini kemudian diubah sebagaimana diatur dalam Pasal 16B UU 7/2021
dengan adanya tambahan ayat (1a). Ketentuan dalam ayat ini mengatur bahwa PPN terutang
tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak baik untuk
sementara waktu maupun selamanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terbatas
untuk tujuan:
a. mendorong ekspor dan hilirisasi industri yang merupakan prioritas nasional;
b. menampung kemungkinan perjanjian dengan negara lain dalam bidang perdagangan
dan investasi, konvensi internasional yang telah diratifikasi, serta kelaziman
internasional lainnya;
c. mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengadaan vaksin dalam
rangka program vaksinasi nasional;
d. meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa dengan membantu tersedianya
buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama dengan harga yang relatif
terjangkau masyarakat;
e. mendorong pembangunan tempat ibadah;
f. menjamin terlaksananya proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah dan/atau dana
pinjaman luar negeri;
g. mengakomodasi kelaziman internasional dalam importasi Barang Kena Pajak tertentu
yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk;
h. membantu tersedianya Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang diperlukan
dalam rangka penanganan bencana alam dan bencana nonalam yang ditetapkan
sebagai bencana alam nasional dan bencana nonalam nasional;
i. menjamin tersedianya angkutan umum di udara untuk mendorong kelancaran
perpindahan arus barang dan orang di daerah tertentu yang tidak tersedia sarana
transportasi lainnya yang memadai, yang perbandingan antara volume barang
dan orang yang harus dipindahkan dengan sarana transportasi yang tersedia sangat
tinggi; dan/atau
j. mendukung tersedianya barang dan jasa tertentu yang bersifat strategis dalam rangka
pembangunan nasional, antara lain:
1) barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
2) jasa pelayanan kesehatan medis tertentu dan yang berada dalam sistem program
jaminan kesehatan nasional;
3) jasa pelayanan sosial;
4) jasa keuangan;
5) jasa asuransi;
6) jasa pendidikan;
7) jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri; dan
8) jasa tenaga kerja.
Perbedaaan kedua fasilitas ini dari sisi perlakuan pajak masukan, yaitu: Pajak Masukan yang
dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas
penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dapat dikreditkan. Sedangkan Pajak
Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak
yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat
dikreditkan.
Adanya perlakuan khusus berupa Pajak Pertambahan Nilai yang terutang, tetapi tidak
dipungut, diartikan bahwa Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang mendapat perlakuan khusus dimaksud tetap dapat
dikreditkan. Dengan demikian, Pajak Pertambahan Nilai tetap terutang, tetapi tidak dipungut.
Contoh: Pengusaha Kena Pajak A memproduksi Barang Kena Pajak yang mendapat fasilitas dari
negara, yaitu Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak
tersebut tidak dipungut selamanya (tidak sekadar ditunda). Untuk memproduksi Barang Kena
Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak A menggunakan Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa
Kena Pajak sebagai bahan baku, bahan pembantu, barang modal, ataupun sebagai komponen
biaya lain. Pada waktu membeli Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut,
Pengusaha Kena Pajak A membayar Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Kena Pajak
yang menjual atau menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut.
Jika Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Pengusaha
Kena Pajak pemasok tersebut merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak
Keluaran, Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran walaupun Pajak
Keluaran tersebut nihil karena menikmati fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut dari
negara
Berbeda dengan fasilitas PPN tidak dipungut, adanya perlakuan khusus berupa
pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengakibatkan tidak adanya Pajak
Keluaran, sehingga Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang memperoleh pembebasan tersebut tidak dapat dikreditkan.
Contoh: Pengusaha Kena Pajak B memproduksi Barang Kena Pajak yang mendapat fasilitas dari
negara, yaitu atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai. Untuk memproduksi Barang Kena Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak B
menggunakan Barang Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak sebagai bahan baku, bahan
pembantu, barang modal, ataupun sebagai komponen biaya lain. Pada waktu membeli Barang
Kena Pajak lain dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut, Pengusaha Kena Pajak B membayar Pajak
Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Kena Pajak yang menjual atau menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut. Meskipun Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar
oleh Pengusaha Kena Pajak B kepada Pengusaha Kena Pajak pemasok tersebut merupakan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, karena tidak ada Pajak Keluaran berhubung diberikannya
fasilitas dibebaskan dari pengenaan pajak Pajak Masukan tersebut menjadi tidak dapat
dikreditkan.
KMK 231/KMK.03/2001 Perlakuan PPN dan PPnBM atas Impor Barang Kena Pajak
sebagaimana telah diubah yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk
terakhir dengan PMK
198/PMK.010/2019
PMK 177/PMK.04/2016 pembebasan Bea Masuk dan tidak dipungut PPN dan PPnBM
sebagaimana telah diubah atas impor barang dan/atau bahan, dan/atau mesin yang
terakhir dengan PMK dilakukan oleh industri kecil dan menengah dengan tujuan
110/PMK.04/2019 ekspor
PMK 160/PMK.04/2018 pembebasan Bea Masuk dan tidak dipungut PPN dan PPnBM
atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor
C. Latihan
D. Tes Formatif 9
1. Penyerahan rumah sederhana mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
2. Penyerahan Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional
mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
3. Penyerahan buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
4. Penyerahan kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan
suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang
diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional mendapat
fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
5. Penyerahan Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan Rumah
sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya dan pembangunan tempat yang semata-
mata untuk keperluan ibadah mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
6. Penyerahan jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah
sangat sederhana mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
7. Penyerahan barang hasil pertanian oleh petani mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
8. Penyerahan air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum mendapat
fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
9. Impor barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b
10. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum mendapat fasilitas ....
a. PPN tidak dipungut
b. PPN dibebaskan
c. PPN ditanggung pemerintah
d. Tidak terutang PPN
Jawaban: b