Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan

Belajar

10 10. RESTITUSI PPN

A. Indikator
a. Peserta pelatihan dapat menjelaskan sebab-sebab restitusi PPN
b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan mekanisme restitusi
c. Peserta pelatihan dapat menjelaskan restitusi turis asing

B. Uraian dan Contoh

a. Sebab-Sebab Restitusi PPN

Penyebab terjadinya restitusi PPN adalah karena kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan
pembayaran pajak dapat terjadi karena dua hal yaitu :
a. Dalam suatu masa pajak jumlah pajak masukan lebih besar dari jumlah pajak keluaran
b. Adanya pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang (kesalahan pemungutan
pajak)

Jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada jumlah Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak
dapat timbul karena :
a. Kegiatan usaha PKP adalah ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud atau
ekspor JKP. Dalam kasus ekspor atas penyerahannya terutang PPN 0% sehingga pajak
keluaran 0, sedangkan pajak masukan yang terkait dengan ekspor dapat dikreditkan
sehingga akan terjadi pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran
b. PKP banyak melakukan penyerahan BKP atau JKP kepada Pemungut PPN. Dalam kasus
penyerahan ke pemungut, pajak keluaran dipungut dan disetor sendiri oleh pemungut,
sehingga bagi PKP tidak ada pajak keluaran yang harus dipungut atau disetor sendiri,
sedangkan pajak masukan dapat dikreditkan, akibatnya akan terjadi pajak masukan yang
lebih besar dari pajak keluaran.
c. PKP banyak melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut.
Dalam kasus penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut, pajak
keluaran tidak ada yang harus dipungut sendiri oleh PKP sedangkan pajak masukan
dapat dikreditkan, sehingga berakibat pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran
d. PKP yang belum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, membeli Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah, yang akan menghasilkan BKP atau JKP. Dalam hal ini belum
ada pajak keluaran, namun pajak masukan terkait produksinya dapat dikreditkan,
akibatnya akan terjadi lebih bayar.
b. Mekanisme restitusi

Kelebihan Pembayaran Pajak Akibat Pajak Masukan Lebih Besar dari Pajak Keluaran

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada
Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya. Atas kelebihan Pajak Masukan tersebut dapat diajukan permohonan pengembalian
pada akhir tahun buku. Untuk pengusaha kena pajak dibawah ini dapat dapat mengajukan
permohonan pengembalian pada setiap Masa Pajak (tidak perlu menunggu akhir tahun buku)
yaitu:
a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;
c. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut;
d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak;

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan sebagamana di atas, yang dapat mengajukan
permohonan pengembalian pada setiap Masa Pajak, disebut Pengusaha Kena Pajak berisiko
rendah. Untuk mendapatkan status Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah tersebut, harus
melalui penetapan oleh Kepala Kantor Pelayan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak terdaftar.
Pengembalian Kelebihan pembayaran pajak atas pengajuan oleh Pengusaha Kena Pajak
berisiko rendah tersebut, diproses melalui proses Pengembalian Pendahuluan berdasarkan
Pasal 17 C ayat (1) UU KUP dan perubahannya. Hasil proses pengembalian pendahuluan ini
akan diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP).
Jangka waktu penerbitan SKPPKP paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai.

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sehingga menimbulkan lebih bayar yang dapat diminta
kembali oleh PKP adalah :
a. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan BKP dan/atau JKP dari BKP yang diekspor.
b. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan BKP dan/atau JKP dari BKP dan/atau JKP
yang diserahkan kepada Pemungut PPN tersebut.
c. Seluruh Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau JKP yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan penyerahan kena pajak.
d. Dalam hal ekspor BKP Yang Tergolong Mewah, selain kelebihan Pajak Masukan, juga
dapat diminta kembali PPnBM yang telah dibayar atas perolehan BKP Yang Tergolong
Mewah yang diekspor

Pengajuan Permohonan Pengembalian (Restitusi) dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan
menggunakan :
b. SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom "Dikembalikan
(restitusi)"; atau
c. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam SPT Masa
PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan
Pajak.
d. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di tempat PKP
dikukuhkan.
e. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 permohonan untuk 1 (satu)
Masa Pajak.

Secara umum restitusi diberikan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan untuk
menetapkan jumlah pajak yang lebih bayar melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB). Namun dalam hal-hal tertentu dapat dilakukan penelitian yaitu melalui mekanisme
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak diberikan untuk :
1. Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak memenuhi kriteria tertentu1,
yaitu
a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, meliputi :
1) penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga) tahun
terakhir
2) penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun terakhir
untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) Masa
Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;dan
3) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat dari
batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Masa Pajak
berikutnya;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan
pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak,
meliputi keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai
Wajib Pajak Kriteria tertentu dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati
batas akhir pelunasan.
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3
(tiga) tahun berturut-turut, dengan ketentuan :
1) Laporan Keuangan yang diaudit harus disusun dalam bentuk panjang (long
form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi
Wajib Pajak yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan;dan
2) Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudit ditandatangani oleh
Akuntan Publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pemerintah
pengawas Akuntan Publik; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
2. Wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu. 2 Wajib Pajak yang memenuhi
persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak meliputi Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih
bayar paling banyak Rp 5.000.000.000,00.
3. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah3. Untuk ditetapkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak berisiko rendah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
(a) perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
(b) perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara langsung oleh pemerintah
pusat dan/atau pemerintah daerah;

1 Pasal 17C UU KUP


2 pasal 17D Undang Undang KUP
3 Pasal 9 ayat (4c) UU No.42 Tahun 2009
(c) Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan sebagai Mitra Utama Kepabeanan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai Mitra Utama Kepabeanan;
(d) Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan sebagai Operator Ekonomi
Bersertifikat (Authorized Economic Operator) sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Operator Ekonomi
Bersertifikat (Authorized Economic Operator);
(e) pabrikan atau produsen selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf d, yang memiliki tempat untuk melakukan
kegiatan produksi; atau
(f) Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu (lebih bayar
maksimal Rp1 miliar

Selain itu untuk dikategorikan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
(a) Pengusaha Kena Pajak merupakan Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi
kriteria (a sd f)
(b) Pengusaha Kena Pajak pabrikan atau produsen menyampaikan SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai selama 12 bulan terakhir dengan tepat waktu;
(c) Pengusaha Kena Pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan
dan/atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan; dan
(d) Pengusaha Kena Pajak tidak pemah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

Pengusaha kena pajak berisiko rendah dapat diberikan pengembalian pendahuluan atas
kelabihan pembayaran apabila:
(a) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
(b) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;
(c) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut;
(d) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
(e) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak

Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan menerbitkan
surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak. Khusus untuk Pengusaha Kena Pajak
risiko rendah apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga 2% perbulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Perubahannya.

Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang


Kelebihan pembayaran pajak dapat terjadi karena adanya pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang (kesalahan pemungutan pajak). Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang
kepada Direktur Jenderal Pajak dalam hal:
a. terdapat pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang bukan merupakan objek pajak yang
terutang atau yang seharusnya tidak terutang. Contoh suatur transaksi di luar daerah
pabean (luar negeri) seharusnya tidak terutang PPN terlanjur dipungut PPN
b. terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan pajak yang
dipotong lebih besar daripada pajak yang seharusnya dipungut. Contoh suatu barang
seharusnya terutang PPn BM dengan tarif 20% ternyata terlanjur dipungut PPn BM
dengan tarif 30%
c. terdapat kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan merupakan objek pajak.
Contoh sebuah barang sebenarnya tidak termasuk dalam kategori barang kena pajak tapi
terlanjur dipungut PPN
d. terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak yang terkait dengan pajak-pajak
dalam rangka impor. Contoh suatu transaksi impor dipungut PPN impor terlalu besar oleh
Ditjen Bea dan Cukai
Permohonan untuk memperoleh pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak
tersebut diajukan atas suatu bukti pembayaran, faktur pajak atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan faktur pajak. Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia. Permohonan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, jika permohonan ditandatangani
oleh bukan Wajib Pajak, permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sesuai
Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP

Restitusi Turis Asing


Berdasarkan pasal 16E Undang Undang No.42 tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar atas pembelian Barang Kena Pajak
yang dibawa ke luar Daerah Pabean oleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat
diminta kembali. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dapat
diminta kembali tersebut harus memenuhi syarat:
a. nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit Rp500.000,00 dan dapat disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah;
b. pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan sebelum
keberangkatan ke luar Daerah Pabean; dan
c. Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5),
kecuali pada kolom Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat pembeli diisi dengan nomor
paspor dan alamat lengkap di negara yang menerbitkan paspor atas penjualan kepada
orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak.

Permintaan kembali Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan
pada saat orang pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia dan disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Direktorat Jenderal Pajak di bandar udara yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dokumen yang harus ditunjukkan pada saat meminta kembali
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah:
a. paspor;
b. pas naik (boarding pass) untuk keberangkatan orang pribadi ke luar Daerah Pabean; dan
c. Faktur Pajak.

C. Latihan
1. Jelaskan penyebab restitusi PPN
2. Jelaskan hal hal yang umumnya membuat Masukan lebih besar dari pada jumlah Pajak
3. Dalam hal apa saja pengusaha kena pajak boleh mengajukan restitusi pada setiap masa
pajak?
4. Dalam hal apa saja pengusaha kena pajak berisiko rendah dapat mengajukan
pengembalian pendahuluan?
5. Jelaskan syarat restitusi PPN turis asing

D. Tes Formatif 10
1. Penyerahan yang mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut umumnya mengakibatkan
kelebihan pembayaran PPN karena
a. Dalam kasus penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut,
pajak keluaran terutang 0% sedangkan pajak masukan dapat dikreditkan,
sehingga berakibat pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran
b. Dalam kasus penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut,
pajak keluaran tidak ada yang harus dipungut sendiri oleh PKP sedangkan pajak
masukan dapat dikreditkan, sehingga berakibat pajak masukan lebih besar dari
pajak keluaran
c. Dalam kasus penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut,
pajak keluaran dibebaskan sedangkan pajak masukan dapat dikreditkan, sehingga
berakibat pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran
d. Dalam kasus penyerahan BKP atau JKP dengan fasilitas PPN tidak dipungut,
pajak keluaran tidak terutang PPN sedangkan pajak masukan dapat dikreditkan,
sehingga berakibat pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran
2. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan
ke Masa Pajak berikutnya. Atas kelebihan Pajak Masukan tersebut dapat diajukan
permohonan pengembalian
a. Pada masa pajak berikutnya
b. Pada masa pajak tersebut
c. Pada akhir tahun buku
d. Kapan saja dapat dimintakan pengembalian
3. Berikut ini pengusaha kena pajak yang dapat meminta pengembalian kelebihan
pembayaran tiap masa pajak…
a. Distributor pulsa
b. Distributor sembako
c. Rekanan pemerintah
d. Eksportir emas batangan
4. Berikut ini pengusaha kena pajak yang dapat meminta pengembalian kelebihan
pembayaran tiap masa pajak…
a. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap sudah melakukan penyerahan BKP
mengkreditkan pajak masukan atas perolehan barang modal saja
b. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum melakukan penyerahan BKP
mengkreditkan pajak masukan atas perolehan barang modal saja
c. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap sudah melakukan penyerahan BKP
mengkreditkan pajak masukan atas perolehan bahan baku dan barang modal
d. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum melakukan penyerahan BKP
mengkreditkan pajak masukan atas perolehan bahan baku dan barang modal
5. Pengusaha kena pajak A semata-mata melakukan penyerahan ke kawasan berikat.
Pengusaha kena pajak. Pernyataan yang benar adalah…
a. Pengusaha kena pajak A tidak dapat mengajukan restitusi tiap masa pajak
b. Pengusaha kena pajak A dapat mengajukan restitusi tiap masa pajak
c. Pengusaha kena pajak A harus mengajukan restitusi akhir tahun buku
d. Untuk mengajukan restitusi harus ditetapkan terlebih dahulu sebagai wajib pajak
kriteria Tertentu
6. Salah satu kriteria wajib pajak kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan PPN adalah…
a. penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 1 tahun terakhir
b. penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 2 tahun terakhir
c. penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 tahun terakhir
d. penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 5 tahun terakhir
7. Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak meliputi Pengusaha Kena Pajak yang
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak
a. Rp 100.000,00.
b. Rp 1.000.000,00.
c. Rp 5.000.000,00.
d. Rp 10.000.000,00.
8. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan
menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak kepada Pengusaha Kena Pajak risiko rendah. Apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
a. bunga 2% perbulan
b. kenaikan 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak
c. kenaikan 50% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak
d. kenaikan 2% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.
9. Berdasarkan pasal 16E Undang Undang No.42 tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar atas pembelian Barang Kena
Pajak yang dibawa ke luar Daerah Pabean oleh orang pribadi pemegang paspor luar
negeri dapat diminta kembali. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang dapat diminta kembali tersebut harus memenuhi syarat nilai Pajak
Pertambahan Nilai paling sedikit
a. Rp5.000,00
b. Rp50.000,00
c. Rp500.000,00
d. Rp5.000.000,00
10. Dokumen yang harus ditunjukkan pada saat meminta kembali Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah:
a. SPT Masa PPN, kartu NPWP, SK Pengukuhan PKP, paspor, boarding pass dan
faktur pajak
b. Kartu NPWP, SK Pengukuhan PKP, paspor, boarding pass dan faktur pajak
c. Kartu NPWP, paspor, boarding pass dan faktur pajak
d. paspor, boarding pass dan faktur pajak

Jawaban Formatif

1. b
2. c
3. c
4. d
5. b
6. c
7. c
8. b
9. c
10. d

Anda mungkin juga menyukai