KEGIATAN
BELAJAR 8
PENAGIHAN PAJAK
7
Penagihan pajak selain diatur dalam Undang-Undang KUP juga diatur dalam
Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Kedudukan penagihan
pajak dalam CircumNavigation UU KUP dapat dijelasakan sebagaimana dalam
Gambar 0-1.
Bab ini akan membahas penagihan yang diatur dalam Pasal 18, Pasal 19, Pasal
20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24Undang-Undang KUP. Pasal 23
berkaitan dengan penagihan tetapi akan dibahas dalamkegiatan belajar upaya
hukum. Selain itu, penagihan juga diatur dalam Undang-Undang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.
Tindakan penagihan pajak dimulai dari dasar penagihan pajak yang sudah jatuh
tempo kemudian dilanjutkan dengan mengirimkan Surat Teguran,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.
Masing-masing kegiatan tersebut mempunyai jangka waktu yang sudah ditentukan
oleh Undang-Undang PPSP. Untuk memudahkan memahami tindakan penagihan
dapat dijelasakan sebagaimana
147
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Gambar 0-2.
Pada dasarnya yang menjadi dasar penagihan pajak adalah utang pajak yang
sampai dengan jatuh tempo pembayaran belum dilunasi. Pasal 1 angka 8 Undang-
Undang PPSP mendefinisikan utang Pajak adalah pajak yang masih harus
dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Apa yang menjadi dasar
penagihan pajak tidak diatur dalam Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa tetapi diatur dalam Undang-Undang KUP.
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa STP, SKPKB, serta
SKPKB Tambahan, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak.
2. SKPKB,
149
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
mengurangi apa yang sudah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang KUP,
hanya lebih menjelaskan dan menunjukkan tercantum atau diatur dalam pasal
berapa.
Contoh 0-1:
Terhadap Wajib Pajak diterbitkan SKPKB yang menunjukkan pajak yang masih
harus dibayar sebesar Rp 80.000.000,00
• Wajib Pajak setuju dalam SPHP Rp 50.000.000,00
Contoh selanjutnya (sama dengan yang di atas), apabila Wajib Pajak melakukan
upaya banding dengan hasil:
• Putusan Banding Rp 60.000.000,00
• Pembayaran sebelum mengajukan keberatan Rp 50.000.000,00
Kekurangan pajak yang masih harus dibayar Rp 10.000.000,00
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa atas jumlah pajak yang
masih harus dibayar, yang menjadi dasar penagihan yang tidak dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) Undang-Undang KUP dilaksanakan penagihan
pajak dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Yang dimaksud peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal ini adalah Undang-Undang KUP dan Undang-Undang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa beserta aturan pelaksanaannya.
151
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Undang KUP dilakukan paling lama satu bulan sejak tanggal penerbitan SK
Keberatan.259
4. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam SPHP,pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar
dilakukan paling lama satu bulan sejak tanggal penerbitan surat ketetapan
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang
KUP.261
5. Dalam hal Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu
menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam SPHP,
pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar dilakukan paling lama
dua bulan sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3a) Undang-Undang KUP.262
259Pasal 48 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
260Pasal 48 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
261Pasal 48 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
262Pasal 48 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
5. Penanggung Pajak
a. orang pribadi bersangkutan yang bertanggung jawab atas seluruh Utang Pajak
dan Biaya Penagihan Pajak;
b. istri dari Wajib Pajak orang pribadi bersangkutan yang bertanggung jawab atas
seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan sebagai satu
kesatuan;
c. salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau pihak yang mengurus harta
peninggalan, yang bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak paling banyak sebesar jumlah harta warisan yang belum terbagi, dalam
hal Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum terbagi;
d. para ahli waris yang bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak paling banyak sebesar porsi harta warisan yang diterima oleh masing-
masing ahli waris, dalam hal Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi;
263
Pasal 6 PMK 189/PMK.03/2020
153
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
e. wali bagi anak yang belum dewasa yang bertanggung jawab atas Utang Pajak
dan Biaya Penagihan Pajak sebesar:
1. paling banyak sebesar jumlah harta anak yang belum dewasa yang
berada dalam perwaliannya; atau
2. seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal Pejabat
dapat membuktikan bahwa wali yang bersangkutan mendapat manfaat
dari pelaksanaan kepengurusan harta tersebut;
f. pengampu bagi orang yang berada dalam pengampuan yang bertanggung
jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak sebesar:
1. paling banyak sebesar jumlah harta orang yang berada dalam
pengampuannya; atau
2. seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal Pejabat
dapat membuktikan bahwa pengampu yang bersangkutan mendapat
manfaat dari pelaksanaan kepengurusan harta tersebut.
bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak secara
proporsional berdasarkan porsi kepemilikan saham terhadap Utang Pajak
Wajib Pajak Badan
266
Pasal 7 ayat 2 huruf b PMK 189/PMK.03/2020
155
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
267
Pasal 7 ayat 2 huruf c PMK 189/PMK.03/2020
a. pengurus;
b. pengawas; dan/atau
c. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada koperasi,
157
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.
c. pemilik modal bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak
secara proporsional berdasarkan porsi kepemilikan saham atau modal
terhadap Utang Pajak Wajib Pajak Badan.
bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.
159
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Dalam UU KUP mengenai hal ini juga diatur yang dalam penjelasannya disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “penagihan seketika dan sekaligus” adalah
tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
161
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
7. Hak Mendahulu
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa negara mempunyai hak
mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa ayat ini menetapkan kedudukan negara
sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas
barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
Pada prinsipnya penagihan pajak terjadi karena Wajib Pajak masih mempunyai
utang pajak yang sampai dengan jatuh tempo pembayaran belum dilunasi.
Sehingga secara hukum perdata terdapat hutang piutang dari Wajib Pajak kepada
negara. Tidak menutup kemungkinan Wajib Pajak juga mempunyai hutang kepada
pihak lain. Jika terjadi lelang atas harta Wajib Pajak untuk melunasi hutang-
hutangnya maka Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas
barang-barang milik Penanggung Pajak. Dalam hal ini secara hukum perdata
kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di
muka umum. Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak
dilunasi.
Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa ketentuan tentang hak
mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, sanksi
administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.
Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa hak mendahulu untuk
utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:
Pasal 21 ayat (3a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang
Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa hak mendahulu hilang
setelah melampaui waktu lima tahun sejak tanggal diterbitkan STP, SKPKB,
SKPKB Tambahan, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.277
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka
jangka waktu lima tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa; atau
b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran
pembayaran maka jangka waktu lima tahun tersebut dihitung sejak batas akhir
penundaan diberikan atau sejak tanggal jatuh tempo angsuran terakhir.
8. Daluwarsa Penagihan
Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak,
daluwarsa setelah melampaui waktu lima tahun terhitung sejak penerbitan
STP, SKPKB, serta SKPKB Tambahan, dan SK Pembetulan, SK Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Saat daluwarsa penagihan
pajak perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang pajak
tersebut tidak dapat ditagih lagi.
163
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;
Pengakuan Utang Pajak secara tidak langsung dalam hal Wajib Pajak:279
165
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
besarnya jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena
Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau
kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah selesai proses pailitnya, atau Wajib Pajak
yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak dan hak untuk melakukan
penagihan pajak telah daluwarsa. Melalui cara ini dapat diperkirakan secara efektif
besarnya saldo piutang pajak yang akan dapat ditagih atau dicairkan.281 Piutang
pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam:282
b. SKPKB;
c. SKPKBT;
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:283
d. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau
281 PMK-68/PMK.03/2012
282 Pasal 1 ayat (1) PMK 68/PMK.03/2012
283 Pasal 1 ayat (2) PMK 68/PMK.03/2012
167
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak badan adalah piutang
pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:284
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;
c. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau
Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat
ditagih lagi, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh
Kantor Pelayanan Pajak.285 Penelitian dilakukan oleh Jurusita Pajak dan hasilnya
dituangkan dalam laporan hasil penelitian.286 Laporan hasil penelitian harus
menguraikan keadaan Wajib Pajak dan piutang pajak yang bersangkutan sebagai
dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan
diusulkan untuk dihapuskan.287
169
PUSDIKLAT PAJAK