Anda di halaman 1dari 24

KUP

KEGIATAN
BELAJAR 8

PENAGIHAN PAJAK

7
Penagihan pajak selain diatur dalam Undang-Undang KUP juga diatur dalam
Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Kedudukan penagihan
pajak dalam CircumNavigation UU KUP dapat dijelasakan sebagaimana dalam
Gambar 0-1.

Gambar 0-1 Kedudukan Penagihan Pajak dalam CircumNavigation UU KUP

Bab ini akan membahas penagihan yang diatur dalam Pasal 18, Pasal 19, Pasal
20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24Undang-Undang KUP. Pasal 23
berkaitan dengan penagihan tetapi akan dibahas dalamkegiatan belajar upaya

146 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

hukum. Selain itu, penagihan juga diatur dalam Undang-Undang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.

1. Pengertian Penagihan Pajak

Meskipun Undang-Undang KUP mengatur tentang penagihan pajak, tetapi tidak


memberi pengertian apa itu penagihan pajak, pengertian penagihan pajak diatur
dalam Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Pasal 1 angka 20
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa mendefinisikan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Tahun 2000 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak


Dengan Surat Paksa diamandemen dengan Undang-Undang Republik
IndonesiaNomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Undang-Undang
PPSP). Tidak terdapat perubahan pengertian penagihan pajak, hanya
pengaturannya menjadi pada Pasal 1 angka 9, “Penagihan Pajak adalah
serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual
barang yang telah disita.

2. Tindakan Penagihan Pajak

Tindakan penagihan pajak dimulai dari dasar penagihan pajak yang sudah jatuh
tempo kemudian dilanjutkan dengan mengirimkan Surat Teguran,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.
Masing-masing kegiatan tersebut mempunyai jangka waktu yang sudah ditentukan
oleh Undang-Undang PPSP. Untuk memudahkan memahami tindakan penagihan
dapat dijelasakan sebagaimana

147

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Gambar 0-2.

Gambar 0-2 Tindakan Penagihan Pajak

148 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

3. Dasar penagihan pajak

Pada dasarnya yang menjadi dasar penagihan pajak adalah utang pajak yang
sampai dengan jatuh tempo pembayaran belum dilunasi. Pasal 1 angka 8 Undang-
Undang PPSP mendefinisikan utang Pajak adalah pajak yang masih harus
dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Apa yang menjadi dasar
penagihan pajak tidak diatur dalam Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa tetapi diatur dalam Undang-Undang KUP.

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa STP, SKPKB, serta
SKPKB Tambahan, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak.

Untuk memudahkan memahami, dasar penagihan pajak dapat dikelompokkan


menjadi empat yaitu:

1. Surat Tagihan Pajak,

2. SKPKB,

3. SKPKB Tambahan, dan

4. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan


Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah. SK yang tidak menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah bukan merupakan dasar penagihan, misalnya SK
Keberatan yang menjadi lebih bayar.

Pasal 46 ayat (1) PP Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021menjabarkan


lebih lanjut yang merupakan dasar pengenaan pajak adalah jumlah pajak yang
masih harus dibayar bertambah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3),
Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 21 ayat (4), dan
Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang KUP termasuk pajak yang seharusnya tidak
dikembalikan kepada Wajib Pajak, atau jumlah sanksi administrasi berupa bunga,
denda, atau kenaikan bertambah. Ketentuan ini sebenarnya tidak menambah atau

149

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

mengurangi apa yang sudah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang KUP,
hanya lebih menjelaskan dan menunjukkan tercantum atau diatur dalam pasal
berapa.

Contoh 0-1:

Terhadap Wajib Pajak diterbitkan SKPKB yang menunjukkan pajak yang masih
harus dibayar sebesar Rp 80.000.000,00
• Wajib Pajak setuju dalam SPHP Rp 50.000.000,00

Wajib Pajak mengajukan keberatan


• SK Keberatan menjadi pajak yang masih harus
dibayar sebesar Rp 70.000.000,00

Apabila Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding, maka:


• SK Keberatan Rp 70.000.000,00
• Pembayaran sebelum mengajukan keberatan Rp 50.000.000,00
Kekurangan pajak yang masih harus dibayar Rp 20.000.000,00

Kekurangan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 20.000.000,00 harus


sudah dilunasi satu bulan setelah SK Keberatan diterbitkan/diterima/dikirimkan.
Apabila setelah jangka waktu tersebut Wajib Pajak belum melakukan pelunasan,
maka Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan penagihan sesuai ketentuan
yang berlaku.

Contoh selanjutnya (sama dengan yang di atas), apabila Wajib Pajak melakukan
upaya banding dengan hasil:
• Putusan Banding Rp 60.000.000,00
• Pembayaran sebelum mengajukan keberatan Rp 50.000.000,00
Kekurangan pajak yang masih harus dibayar Rp 10.000.000,00

Kekurangan pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 10.000.000,00 harus


sudah dilunasi satu bulan setelah Putusan Banding diterima/dikirimkan. Apabila
setelah jangka waktu tersebut Wajib Pajak belum melakukan pelunasan, maka
Jurusita Pajak dapat melakukan tindakan penagihan sesuai ketentuan yang
berlaku.

Bagaimana dengan sanksi berupa denda sebagaimana diatur dalam Pasal 27


UU KUP?

150 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa atas jumlah pajak yang
masih harus dibayar, yang menjadi dasar penagihan yang tidak dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) Undang-Undang KUP dilaksanakan penagihan
pajak dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Yang dimaksud peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal ini adalah Undang-Undang KUP dan Undang-Undang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa beserta aturan pelaksanaannya.

4. Jatuh Tempo Pelunasan Dasar Penagihan Pajak

Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa STP,SKPKB, serta


SKPKB Tambahan, dan SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal
diterbitkan. Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang KUP Undang-Undang KUP
mengatur bahwa bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu,
jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang
paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan PMK. Ketentuan ini juga sudah dibahas dalam subbab pembayaran
pajak.

Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 menjabarkan lebih lanjut


ketentuan batas waktu pelunasan utang pajak, sebagai berikut:

1. Dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran


pembayaran, jangka waktu hak mendahulu selama lima tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) huruf b Undang-Undang KUP, dihitung
sejak batas akhir penundaan diberikan atau sejak tanggal jatuh tempo
angsuran terakhir.258

2. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan dan tidak mengajukan


permohonan banding, pelunasan atas jumlah pajak yang belum dibayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) Undang-

258Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021

151

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Undang KUP dilakukan paling lama satu bulan sejak tanggal penerbitan SK
Keberatan.259

3. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, pelunasan atas


jumlah pajak yang belum dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(3) atau ayat (3a) Undang-Undang KUP dilakukan paling lama satu bulan
sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.260

4. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam SPHP,pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar
dilakukan paling lama satu bulan sejak tanggal penerbitan surat ketetapan
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang
KUP.261

5. Dalam hal Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu
menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam SPHP,
pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus dibayar dilakukan paling lama
dua bulan sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3a) Undang-Undang KUP.262

Disamping dilaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa apabila SKPKB


atau SKPKB Tambahan, serta SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding
atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang
dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan
Pajak, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Hal ini sering disebut STP Bunga Penagihan
yang diatur dalam Pasal 19 ayat 1 UU KUP.

259Pasal 48 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
260Pasal 48 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
261Pasal 48 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021
262Pasal 48 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 stdd PP 9 Tahun 2021

152 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

5. Penanggung Pajak

Penanggung pajak adalah subyek dalam penagihan pajak, ia harus melunasi


utang pajak. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa mendefinisikan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Definisi Penangung Pajak didefinisikan lebih luas
daripada definisi Wajib Pajak yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
Undang KUP bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Dapat disimpulkan bahwa penanggung pajak adalah Wajib
Pajak termasuk wakil berdasarkan ketentuan Pasal 32 Undang-Undang KUP.

Pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap Penanggung Pajak atas Wajib


Pajak orang pribadi dilakukan terhadap:263

a. orang pribadi bersangkutan yang bertanggung jawab atas seluruh Utang Pajak
dan Biaya Penagihan Pajak;
b. istri dari Wajib Pajak orang pribadi bersangkutan yang bertanggung jawab atas
seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan sebagai satu
kesatuan;
c. salah seorang ahli waris, pelaksana wasiat, atau pihak yang mengurus harta
peninggalan, yang bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak paling banyak sebesar jumlah harta warisan yang belum terbagi, dalam
hal Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum terbagi;
d. para ahli waris yang bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak paling banyak sebesar porsi harta warisan yang diterima oleh masing-
masing ahli waris, dalam hal Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi;

263
Pasal 6 PMK 189/PMK.03/2020

153

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

e. wali bagi anak yang belum dewasa yang bertanggung jawab atas Utang Pajak
dan Biaya Penagihan Pajak sebesar:
1. paling banyak sebesar jumlah harta anak yang belum dewasa yang
berada dalam perwaliannya; atau
2. seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal Pejabat
dapat membuktikan bahwa wali yang bersangkutan mendapat manfaat
dari pelaksanaan kepengurusan harta tersebut;
f. pengampu bagi orang yang berada dalam pengampuan yang bertanggung
jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak sebesar:
1. paling banyak sebesar jumlah harta orang yang berada dalam
pengampuannya; atau
2. seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, dalam hal Pejabat
dapat membuktikan bahwa pengampu yang bersangkutan mendapat
manfaat dari pelaksanaan kepengurusan harta tersebut.

Pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap Penanggung Pajak atas Wajib


Pajak Badan dilakukan terhadap:264
a. Wajib Pajak Badan bersangkutan yang bertanggung jawab atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak; dan
b. pengurus dari Wajib Pajak Badan.

Untuk perseroan terbatas, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap


pengurus dilakukan terhadap:265

a. direksi yang meliputi:


1. direktur utama, presiden direktur atau jabatan yang setingkat;
2. wakil direktur utama atau jabatan yang setingkat; dan/atau
3. direktur yang mempunyai wewenang dalam menentukan kebijaksanaan
dan/atau mengambil keputusan di bidang keuangan,

bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;

264 Pasal 7 ayat 1 PMK 189/PMK.03/2020


265
Pasal 7 ayat 2 huruf a PMK 189/PMK.03/2020

154 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

b. dewan komisaris yang meliputi:


1. komisaris utama atau presiden komisaris atau jabatan yang setingkat;
2. wakil komisaris utama atau jabatan yang setingkat; dan/atau
3. komisaris lainnya,

bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;

c. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan


kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada perseroan terbatas, bertanggung jawab secara pribadi dan/atau
secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
d. pemegang saham dengan ketentuan sebagai berikut:
1. untuk perseroan terbatas terbuka, meliputi:
a) Pemegang Saham Mayoritas dan/atau Pemegang Saham Pengendali,
yang atas sahamnya tidak tercatat dan tidak diperdagangkan di bursa
efek;
b) Pemegang saham lainnya selain pemegang saham sebagaimana
dimaksud dalam angka 1), yang atas sahamnya tidak tercatat dan tidak
diperdagangkan di bursa efek; dan/atau
c) Pemegang Saham Mayoritas tidak langsung dan/atau Pemegang
Saham Pengendali tidak langsung;
2. untuk perseroan terbatas tertutup meliputi:
a) seluruh pemegang saham dari perseroan terbatas; dan/atau
b) Pemegang Saham Mayoritas tidak langsung dan/atau Pemegang
Saham Pengendali tidak langsung,

bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak secara
proporsional berdasarkan porsi kepemilikan saham terhadap Utang Pajak
Wajib Pajak Badan

Untuk bentuk usaha tetap (BUT), pelaksanaan tindakan penagihan Pajak


terhadap pengurus dilakukan terhadap:266

266
Pasal 7 ayat 2 huruf b PMK 189/PMK.03/2020

155

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

a. kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, atau jabatan yang


setingkat, bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas
seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
b. perusahaan induk dari bentuk usaha tetap bertanggung jawab secara pribadi
dan/atau secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak;
c. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada bentuk usaha tetap, bertanggung jawab secara pribadi dan/atau
secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
dan/atau
d. pemilik modal bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak secara proporsional berdasarkan porsi kepemilikan modal terhadap
Utang Pajak Wajib Pajak Badan.

Untuk persekutuan komanditer, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak


terhadap pengurus dilakukan terhadap:267

a. sekutu komplementer/sekutu aktif/sekutu pengurus bertanggung jawab secara


pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak;
b. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada persekutuan komanditer, bertanggung jawab secara pribadi
dan/atau secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
dan/atau
c. sekutu komanditer/sekutu pasif bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak secara proporsional berdasarkan porsi kepemilikan modal
terhadap Utang Pajak Wajib Pajak Badan.

267
Pasal 7 ayat 2 huruf c PMK 189/PMK.03/2020

156 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

Untuk persekutuan perdata dan persekutuan firma, pelaksanaan tindakan


penagihan Pajak terhadap pengurus dilakukan terhadap:268

a. para sekutu; dan/atau


b. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada persekutuan perdata dan persekutuan firma,

bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara


renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.

Untuk koperasi, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap pengurus


dilakukan terhadap:269

a. pengurus;
b. pengawas; dan/atau
c. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada koperasi,

bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara


renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.

Untuk yayasan, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap pengurus


dilakukan terhadap:270

a. ketua atau jabatan yang setingkat;


b. sekretaris;
c. bendahara;
d. pembina;
e. pengawas; dan/atau

268 Pasal 7 ayat 2 huruf d PMK 189/PMK.03/2020


269 Pasal 7 ayat 2 huruf e PMK 189/PMK.03/2020
270 Pasal 7 ayat 2 huruf f PMK 189/PMK.03/2020

157

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

f. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan


kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada yayasan,

bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.

Untuk kerjasama operasi, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap


pengurus dilakukan terhadap:271

a. pimpinan atau jabatan yang setingkat, bertanggung jawab secara pribadi


dan/atau secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
b. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
usaha pada kerja sama operasi (joint operation), bertanggung jawab secara
pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak; dan/atau
c. pemilik modal bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak
secara proporsional berdasarkan porsi kepemilikan modal terhadap Utang
Pajak Wajib Pajak Badan.

Untuk badan lainnya, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap pengurus


dilakukan terhadap:272

a. pimpinan atau jabatan yang setingkat, bertanggung jawab secara pribadi


dan/atau secara renteng atas seluruh Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
b. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan
Badan, bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh
Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak; dan/atau

271 Pasal 7 ayat 2 huruf g PMK 189/PMK.03/2020


272
Pasal 7 ayat 2 huruf h PMK 189/PMK.03/2020

158 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

c. pemilik modal bertanggung jawab atas Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak
secara proporsional berdasarkan porsi kepemilikan saham atau modal
terhadap Utang Pajak Wajib Pajak Badan.

Untuk instansi pemerintah, pelaksanaan tindakan penagihan Pajak terhadap


pengurus dilakukan terhadap:273

a. bendahara yang bersangkutan;


b. pimpinan satuan kerja; dan/atau
c. orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam satuan kerja,

bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.

Termasuk orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan


kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam satuan kerja adalah:274
a. orang yang berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga dan/atau
menandatangani cek;
b. orang yang berwenang mengangkat, menggantikan, atau memberhentikan
anggota direksi, anggota dewan komisaris, kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pengurus, pengawas, pimpinan, atau jabatan setingkat;
c. orang yang berwenang atau berkuasa untuk mempengaruhi atau
mengendalikan Wajib Pajak Badan tanpa harus mendapat otorisasi dari pihak
manapun; dan/atau
d. orang yang merupakan pemilik sebenarnya atas saham atau modal pada Wajib
Pajak Badan.

273 Pasal 7 ayat 2 huruf i PMK 189/PMK.03/2020


274
Pasal 7 ayat 3 PMK 189/PMK.03/2020

159

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

6. Penagihan Seketika dan Sekaligus

Tindakan penagihan pajak diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 19


Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Secara garis besar
tindakan penagihan dapat disajikan dalam tabel sebagaimana Tabel 0-1.

Tabel 0-1 Tindakan Penagihan

No. Kegiatan Jangka Waktu Keterangan


Penerbitan Dasar 1 Bulan
1
Penagihan
Penerbitan Surat Minimal 7 hari setelah tanggal
2 Teguran jatuh tempo dasar penagihan
3 Penerbitan Surat Paksa 21 hari setelah Surat Teguran Wajib Pajak
Surat Perintah Lewat 2 x 24 Jam setelah SP tidak atau
4 kurang
Melakukan Penyitaan diberitahukan
membayar
Pengumuman Lelang Paling cepat 14 hari setelah
5 pajak terutang
penyitaan
Pelaksanaan lelang Paling cepat 14 hari setelah
6
pengumuman lelang

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang PPSP mengatur mengenai penagihan seketika


dan sekaligus yang dilakukan dilakukan Jurusita Pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan
Sekaligus yang diterbitkan Pejabat apabila:

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau


berniat untuk itu;

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang


dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan
atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;

c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan


usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya;

d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau

160 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.

Dalam UU KUP mengenai hal ini juga diatur yang dalam penjelasannya disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “penagihan seketika dan sekaligus” adalah
tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang
meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.

Jurusita Pajak melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan


surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, dalam hal:275

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau


berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan Barang yang dimiliki atau yang
dikuasai untuk menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau
pekerjaan yang dilakukan di Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Badan akan dibubarkan, digabungkan,
dimekarkan, dipindahtangankan, atau dilakukan perubahan bentuk lainnya;
d. Badan akan dibubarkan oleh negara;
e. terjadi Penyitaan atas Barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga; atau
f. terdapat tanda-tanda kepailitan.

Surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dapat diterbitkan:276


a. sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran;
b. tanpa didahului Surat Teguran;
c. sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguran
disampaikan; atau
d. sebelum penerbitan Surat Paksa.

275 Pasal 8 PMK 189/PMK.03/2020


276 Pasal 9 ayat 1 PMK 189/PMK.03/2020

161

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

7. Hak Mendahulu

Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa negara mempunyai hak
mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa ayat ini menetapkan kedudukan negara
sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas
barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.

Pada prinsipnya penagihan pajak terjadi karena Wajib Pajak masih mempunyai
utang pajak yang sampai dengan jatuh tempo pembayaran belum dilunasi.
Sehingga secara hukum perdata terdapat hutang piutang dari Wajib Pajak kepada
negara. Tidak menutup kemungkinan Wajib Pajak juga mempunyai hutang kepada
pihak lain. Jika terjadi lelang atas harta Wajib Pajak untuk melunasi hutang-
hutangnya maka Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas
barang-barang milik Penanggung Pajak. Dalam hal ini secara hukum perdata
kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di
muka umum. Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak
dilunasi.

Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa ketentuan tentang hak
mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, sanksi
administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak.

Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa hak mendahulu untuk
utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:

a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk


melelang suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak;

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;


dan/atau

c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian


suatu warisan.

Pasal 21 ayat (3a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang

162 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

ataubadan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan


harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang
saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebutuntuk
membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut. Ketentuan ini maksudnya harta
Wajib Pajak harus digunakan untuk melunasi uatang pajaknya karena negara
mempunyai hak mendahulu dan jika Wajib Pajak tersebut sudah dibubarkan maka
akan kehilangan kewajiban subyektifnya sehingga menyulitkan tindakan
penagihannya.

Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa hak mendahulu hilang
setelah melampaui waktu lima tahun sejak tanggal diterbitkan STP, SKPKB,
SKPKB Tambahan, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.277

Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa perhitungan jangka


waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:

a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka
jangka waktu lima tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa; atau
b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran
pembayaran maka jangka waktu lima tahun tersebut dihitung sejak batas akhir
penundaan diberikan atau sejak tanggal jatuh tempo angsuran terakhir.

8. Daluwarsa Penagihan

Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak,
daluwarsa setelah melampaui waktu lima tahun terhitung sejak penerbitan
STP, SKPKB, serta SKPKB Tambahan, dan SK Pembetulan, SK Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Saat daluwarsa penagihan
pajak perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang pajak
tersebut tidak dapat ditagih lagi.

277Pasal 21 ayat (4) UU KUP

163

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan, banding


atau Peninjauan Kembali, daluwarsa penagihan pajak lima tahun dihitung sejak
tanggal penerbitan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali.

Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa daluwarsa penagihan


pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Paksa;

b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung;

c. diterbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau


SKPKBTsebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau

d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Dalam penjelasannya disebutkan bahwa Daluwarsa penagihan pajak dapat


melampaui lima tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila:

a. Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada


Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa
tersebut.

b. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan


permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan
pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh Dirjen Pajak.

c. Terdapat SKPKB atau SKPKBTyang diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena


Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana
lain yang dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti
itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat
ketetapan pajak tersebut. Ketentuan ini berhubungan dengan Pasal 13 ayat
(5) dan Pasal 13 ayat (4) Undang-Undang KUP.

164 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

d. Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan
Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Ketentuan
ini berhubungan dengan Pasal 44 Undang-Undang KUP yang akan dibahas
dalam Kegiatan belajar Ketentuan Pidana Perpajakan.

Dalam Pasal 82 ayat 2 PMK-189/PMK.03/2020, daluwarsa penagihan pajak


tertangguh dalam hal:
a. diterbitkan Surat Paksa;
b. terdapat pengakuan Utang Pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung; atau
c. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Pengakuan Utang Pajak secara langsung dalam hal Wajib Pajak:278

a. menyatakan masih mempunyai Utang Pajak; dan/atau


b. mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran Utang Pajak.

Pengakuan Utang Pajak secara tidak langsung dalam hal Wajib Pajak:279

a. mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;


b. mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak
atau surat tagihan pajak yang tidak benar;
c. mengajukan permohonan pembatalan hasil pemeriksaan; dan/atau
d. mengajukan gugatan kepada pengadilan pajak.

Penentuan saat daluwarsa penagihan:280


a. Jika Wajib Pajak diterbitkan Surat Paksa, daluwarsa penagihan Pajak dihitung
sejak tanggal diberitahukannya Surat Paksa.

278 Pasal 83 ayat 1 PMK 189/PMK.03/2020


279 Pasal 83 ayat 2 PMK 189/PMK.03/2020
280
Pasal 84 PMK 189/PMK.03/2020

165

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

b. Jika Surat Paksa dilakukan pembetulan atau penggantian, daluwarsa


penagihan Pajak dihitung sejak:
1. tanggal diberitahukannya Surat Paksa, dalam hal Surat Paksa telah
diberitahukan; atau
2. tanggal diberitahukannya Surat Paksa pembetulan atau penggantian,
dalam hal Surat Paksa belum diberitahukan.
c. Jika Wajib Pajak menyatakan pengakuan Utang Pajak secara langsung,
daluwarsa penagihan Pajak dihitung sejak tanggal:
1. pernyataan Wajib Pajak masih mempunyai Utang Pajak;
2. permohonan angsuran atau penundaan pembayaran Utang Pajak diterima
oleh Direktur Jenderal Pajak; atau
3. pembayaran sebagian Utang Pajak oleh Wajib Pajak.
d. Jika Wajib Pajak menyatakan pengakuan Utang Pajak secara tidak langsung,
daluwarsa penagihan Pajak dihitung sejak tanggal:
1. diterimanya permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi oleh Direktur Jenderal Pajak;
2. diterimanya permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan
pajak atau surat tagihan pajak yang tidak benar oleh Direktur Jenderal
Pajak;
3. diterimanya permohonan pembatalan hasil pemeriksaan oleh Direktur
Jenderal Pajak; dan/atau
4. diterimanya pengajuan gugatan oleh pengadilan pajak.
e. Jika Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan,
daluwarsa penagihan Pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat perintah
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
f. Jika suatu dasar penagihan Pajak terdapat lebih dari 1 (satu) kondisi yang
menyebabkan daluwarsa penagihan Pajak tertangguh, penangguhan
daluwarsa penagihan Pajak dihitung sejak tanggal terakhir penyebab
tertangguhnya daluwarsa penagihan Pajak.

9. Penghapusan Piutang Pajak

Pasal 24 Undang-Undang KUP mendelegasikan tata cara penghapusan piutang


pajak dan penetapan besarnya penghapusan diatur dengan atau berdasarkan
PMK. Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan dan menentukan

166 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

besarnya jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena
Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau
kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah selesai proses pailitnya, atau Wajib Pajak
yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak dan hak untuk melakukan
penagihan pajak telah daluwarsa. Melalui cara ini dapat diperkirakan secara efektif
besarnya saldo piutang pajak yang akan dapat ditagih atau dicairkan.281 Piutang
pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam:282

a. Surat Tagihan Pajak;

b. SKPKB;

c. SKPKBT;

d. SPT Pajak Terhutang PBB;

e. Surat Ketetapan Pajak;

f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan;

g. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan


Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah.

Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:283

a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak


mempunyai harta warisan atau kekayaan;

b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;

c. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

d. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau

281 PMK-68/PMK.03/2012
282 Pasal 1 ayat (1) PMK 68/PMK.03/2012
283 Pasal 1 ayat (2) PMK 68/PMK.03/2012

167

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

e. hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan


karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak badan adalah piutang
pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:284

a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;

b. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

c. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di bidang perpajakan; atau

d. hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan


karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat
ditagih lagi, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh
Kantor Pelayanan Pajak.285 Penelitian dilakukan oleh Jurusita Pajak dan hasilnya
dituangkan dalam laporan hasil penelitian.286 Laporan hasil penelitian harus
menguraikan keadaan Wajib Pajak dan piutang pajak yang bersangkutan sebagai
dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan
diusulkan untuk dihapuskan.287

Berdasarkan laporan hasil penelitian, Kepala KPP menyusun daftar usulan


penghapusan piutang pajak.288 Daftar usulan penghapusan piutang pajak
disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP atasannya.289 Kepala Kantor
Wilayah DJP menyampaikan daftar usulan penghapusan piutang pajak yang telah

284 Pasal 1 ayat (3) PMK 68/PMK.03/2012


285 Pasal 2 ayat (1) PMK 68/PMK.03/2012
286 Pasal 2 ayat (2) PMK 68/PMK.03/2012
287 Pasal 2 ayat (3) PMK 68/PMK.03/2012
288 Pasal 3 ayat (1) PMK 68/PMK.03/2012
289 Pasal 3 ayat (2) PMK 68/PMK.03/2012

168 PUSDIKLAT PAJAK


KUP

dilakukan penelitian kepada Dirjen Pajak.290 Dirjen Pajak mengusulkan


penghapusan piutang pajak kepada Menteri Keuangan.291

290 Pasal 3 ayat (3) PMK 68/PMK.03/2012


291 Pasal 3 ayat (4) PMK 68/PMK.03/2012

169

PUSDIKLAT PAJAK

Anda mungkin juga menyukai