Anda di halaman 1dari 8

Surat Tagihan Pajak (STP)

Penagihan Pajak

• Penagihan Pajak adalah serangkaian


tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang
yang telah disita.
UU KUP sebagai undang-undang formal perpajakan mengatur
mengenai tindakan penagihan pajak pada Pasal 18 sampai dengan
Pasal 24. Dalam pasal-pasal tersebut, diatur beberapa hal penting:

1. Dasar dilakukan penagihan pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan
Surat Keputusan (SK) Pembetulan, Surat Keputusan (SK) Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali (PK), yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar
bertambah (Pasal 18 ayat (1) UU KUP).

2. Apabila SKPKB atau SKPKBT, serta SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding atau Putusan
PK, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo
pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan (Pasal 19 ayat (1) UU KUP).
Misal: Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan SKPKB
sebesar Rp10.000.000,00 yang diterbitkan tanggal 7 Oktober 2018,
dengan batas akhir pelunasan tanggal 6 November 2018. Jumlah
pembayaran sampai tanggal 6 November 2018 Rp 6.000.000,00.
Pada tanggal 1 Desember 2018 diterbitkan STP dengan
perhitungan sebagai berikut :
Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
tersebut pada huruf a, Wajib Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada
tanggal 3 Desember 2018 dan pada tanggal 5 Desember 2018 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak, sanksi administrasi berupa bunga dihitung sebagai
berikut:
3. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak
juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan (Pasal 19 ayat (2) UU KUP).

4. Atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, yang berdasarkan STP, SKPKB, serta
SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan PK yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh
Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) atau ayat (3a) UU KUP dilaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 20 ayat (1) UU
KUP).

Catatan: Yang dimaksud dengan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 angka 28 UU KUP).
6. Negara mempunyai hak mendahulu (sebagai kreditur preferen) untuk utang pajak atas barang-
barang milik Penanggung Pajak yang meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga,
denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak. Oleh karena itu, jika Penanggung Pajak mempunyai
utang atau kewajiban kepada kreditur lain, pembayaran kepada kreditur lainnya tersebut
diselesaikan setelah utang pajak dilunasi (Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) UU KUP).

7. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB,
serta SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan PK.
Daluwarsa tersebut tertangguh apabila (Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) UU KUP):
a. diterbitkan Surat Paksa;
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
c. diterbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), atau SKPKBT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) UU KUP; atau
d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai