Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan perbedaan mekanisme PPN atas penyerahan barang/jasa yang pajaknya


dibebaskan, pajak tidak dipungut, dan penyerahan barang/jasa kepada pemungut.
2. Jelaskan peraturan dan isi peraturan dasar, terkait PPnBM kendaraan bermotor! Jelaskan
pula isi perubahan peraturan, termasuk soal DTP terkait objek tersebut, yang diterapkan
pemerintah mulai tahun ini!
3. Jelaskan insentif yang diberikan pemerintah kepada perusahaan, selama 2021, terkait PPN!
Jelaskan pula perubahan insentif PPN yang diberikan tersebut!
4. PT. A pada saat membeli barang baik dalam bentuk persediaan atau aset tetap termasuk
membayar pajak. Jelaskan bagaimana perlakuan akuntansi terkait dengan PPN, PPnBM, dan
pajak/bea lainnya yang dibayarkan entitas pada saat membeli persediaan atau aset tetap!
Jelaskan lengkap mulai faktur pajak hingga pelaporan serta PPnBM yang sudah dibayarkan
melalui penjual!
5. Jelaskan insentif yang diberikan pemerintah kepada perusahaan, selama 2020, terkait PPN!
Jawab

1. Untuk Fasilitas PPN Tidak Dipungut pada umnya sama saja dengan pengenaan PPN dengan
tarif 0%. Keduanyatidak memungut PPN dan juga dibolehkan mengkreditkan Pajak Masukan.
Sehingga konsumen yang membeli barang atau jasa yang diberi fasilitas PPN Tidak Dipungut
sama sekali tidak akan menanggung beban PPN.
Dan untuk Fasilitas PPN dibebaskan. Pembeli/konsumen tetap menanggung beban PPN, yaitu
yang telah terutang pada mata rantai produksi dan distribusi sebelumnya. Beban PPN ini
akhirnya menjadi tanggungan pembeli karena digeser secara bertahap dalam tiap mata rantai
produksi dan distribusi. Keuntungan dari fasilitas PPN Dibebaskan yang diterima hanya sebesar
PPN atas nilai tambah pada level pemberian fasilitas itu saja.
Perbedaannya Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak/perolehan Jasa
Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dapat dikreditkan.
Sedangkan pajak masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak/perolehan Jasa
Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak
dapat dikreditkan.
2. Peraturan yang terkait dengan PPnBM kendaraan bermotor yakni PMK 31/PMK/010 2021
PPnBM yang digunakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor untuk
meningkatkan perekonomian di sektor industri

Adapun insentif perubahan perubahan terhadap PMK sebelumnya dan digantikan sebagai berikut

Keputusan memperluas insentif tersebut membuat kini terdapat empat jenis kendaraan bermotor
yang diberikan insentif PPnBM DTP. Pertama, kendaraan bermotor sedan atau station wagon
dengan kapasitas isi silinder hingga 1.500 cc
Kedua, kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) dan berkapasitas isi
silinder sampai dengan 1.500 cc
Ketiga, kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
Insentif untuk kendaraan 4x2 diberikan dalam dua tahap yaitu diskon 50% dari PPnBM yang
terutang untuk masa pajak April—Agustus 2021 dan diskon sebesar 25% dari PPnBM yang
terutang untuk masa pajak September—Desember 2021
Keempat, kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4) dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc
Insentif PPnBM DTP untuk kendaraan 4x4 ini juga diberikan dalam dua tahap yaitu diskon 25%
dari PPnBM yang terutang untuk masa pajak April—Agustus 2021 dan diskon 12,5% untuk
masa pajak September—Desember 2021

3. Pengusaha kena pajak (PKP) berisiko rendah yang bergerak di salah satu dari 725 bidang
usaha tertentu (sebelumnya 716 bidang usaha), perusahaan KITE, atau perusahaan di
kawasan berikat mendapat insentif restitusi dipercepat hingga jumlah lebih bayar paling banyak
Rp 5 miliar
Pengusaha Kena Pajak (“PKP”) dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak sebagai PKP berisiko rendah, yang diberikan untuk masa pajak dari Januari
2021 sampai Juni 2021
PKP yang memenuhi kriteria dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak sebagai PKP berisiko rendah dengan ketentuan:[11]
a. PKP tidak perlu menyampaikan permohonan penetapan sebagai PKP berisiko rendah;
b. Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan keputusan penetapan secara jabatan sebagai
PKP berisiko rendah; dan
c. PKP memiliki Klasifikasi Lapangan Usaha sesuai dengan lampiran yang tercantum dalam
Lampiran PMK 9/2021, fasilitas KITE atau izin penyelenggara kawasan berikat, izin pengusaha
kawasan berikat, atau izin PDKB yang diberikan kepada PKP masih berlaku pada saat
penyampaian surat pemberitahuan lebih bayar restitusi.
 
Selain itu, PKP harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp5 miliar rupiah,[12] yang meliputi Surat
Pemberitahuan Masa PPN termasuk pembetulan Surat Pemberitahuan Masa PPN yang
disampaikan paling lama akhir bulan setelah masa pajak pemberian insentif berakhir

4. Perlakuan akuntansi terhadap PPN,PPnBM dan pajak bea dalam membelinya


Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dipungut/dipotong oleh pengusahan kena pajak (PKP) yang
berkaitan dengan transaksi penyerahan (penjualan atau pembelian atau transasksi lainnya) barang/jasa
kena pajak didalam daerah pabean yang dilakuakn oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi.

Jadi setiap transasksi yang berhubungan dengan penyerahan(penjualan atau pembelian atau transaksi
lainnya) barang/jasa kena paja, maka akan dikenakan PPN atas barang/jasa tersebut. Pengenaan PPN
atas transaski tersebut biasanya diikuti dengan pembuatan faktur pajak.

Akuntansi PPN dan PPNBM merupakan pencatatan suatu transaksi penjualan dan pembelian barang dan
atau jasa yang dikenakan pajak baik ppn maupun ppnbm. Pada perusahaan dagang dan perusahaan
jasa, barang atau jasaini dianggap sebagai komoditi yang diperjualbelikan, sehingga perusahaan harus
mengakui harga perolehannya berdasarkan metode akuntansi yang berlaku secara umum.

Dan pelaporan dari faktur hingga pelaporan PPnBM yang sudah dibayarkan

5. Pada tahun 2020 Pemerintah menerbitkan, pemberian insentif PPN untuk perusahaan
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2020 tentang Pemberian
Fasilitas Pajak terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan dalam Rangka Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 .Terdapat tiga jenis insentif PPN yang diatur
dalam Peraturan tersebut pada Pasal 2 ayat (5) sebagaimana dinyatakan sebagai
berikut.

“PPN yang terutang atas:

1. impor barang kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh pihak tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. penyerahan barang kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan jasa kena
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) oleh pengusaha kena pajak kepada pihak tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditanggung pemerintah; dan
3. pemanfaatan jasa kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean oleh pihak tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditanggung pemerintah.”

Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan


memperoleh insentif PPN tetapi bukan berupa pembebasan PPN melainkan
berupa PPN tidak dipungut atas impor BKP oleh pihak tertentu dan PPN
ditanggung pemerintah atas penyerahan BKP oleh pengusaha kena pajak (PKP)
kepada pihak tertentu

1. Dalam mekanisme ppn untuk PPn yang tidak di pungut sama hal nya dengan tarif 0% dan bisa
di kreditkan pajak masukannya . Dan konsumen yang membeli barang atau jasa yang di beri
fasilitas PPN tidak dipungut tidak akan menanggung beban PPNnya . Kemudian untuk PPn
dibebaskan pembeli atau konsumen tetap menanggung Ppnnya yakni yang sudah terutang sejak
masa produksi atau distribusi sebelumnya , dan Beban PPn ini akan menjadi tanggungan
pembeli.Keuntungan atas PPn dibebaskan hanya menerima sebesar PPN atas nilai tambah saja
Dan Perbedaan Pajak masukan untuk BKP atau JKP atas tidak dipungut PPN nilainya dapat
dikreditkan , sedangkan Pajak masukan untuk BKP atau JKP PPN yang dibebaskan tidak dapat
dikreditkan nilainya
2.Penjelasanan mengenai terkait PPnBM kendaraaan bermotor terdapat dalam PMK
31/PMK/010 2021 PPnBM ini bertujuan untuk meningkatkna daya jual beli masyarakat di sektor
perindustrian . Adapaun perubahan insentif dari PMK sebelumnya yakni Mencabut Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.010/2021. Dan peraturan saat ini memperluas insentif yang
dibagi beberapa jenis
1. kendaraan sedan atau wagon dengan kapasitas isi silinder 1.500 cc
2. kendaraan angkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan dan wagon ,
dengan sistem 1 gardan penggerak 4x2 kapasitas 1.500 cc
3. kendaraan angkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan dan wagon ,
dengan sistem 1 gardan penggerak 4x2 kapasitas 1.500 cc sampai 2.500 cc
4. kendaraan angkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan dan wagon ,
dengan sistem 2 gardan penggerak 4x4 kapasitas 1.500 cc sampai 2.500 cc
Untuk jenis sedan dan wagon diberikan dalam 3 tahap yaitu diskon 100% dari PPnBM terutang
untuk masa pajak April—Mei 2021, diskon 50% untuk Juni—Agustus 2021, dan diskon 25%
untuk September—Desember 2021 . Sedangkan Insentif untuk kendaraan 4x2 diberikan dalam
dua tahap yaitu diskon 50% dari PPnBM yang terutang untuk masa pajak April—Agustus 2021
dan diskon sebesar 25% dari PPnBM yang terutang untuk masa pajak September—Desember
2021. Dan untuk Insentif PPnBM DTP untuk kendaraan 4x4 ini juga diberikan dalam dua tahap
yaitu diskon 25% dari PPnBM yang terutang untuk masa pajak April—Agustus 2021 dan diskon
12,5% untuk masa pajak September—Desember 2021
3. Insentif pemerintah kepada pengusaha di tahun 2021 yang terkait PPN terdapat dalam PMK
9/PMK.03/2021 yang mencabut PMK No. 86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib
Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 dan PMK No.
110/PMK.03/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
86/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus
Disease 2019 yakni dalam pasal 15 PMK 9/PMK.03/2021 PKP dimaksukan adalah PKP
berisiko rendah yang bergerak di salah satu bidang tertentu sebanyak 725 bidang usaha tertentu
yang sebelumnya 716 bidang usaha, Perusahaan KITE, dan perusahaan di kawasan berikat
mendapat insentif Restitusi dipercepat hingga jumlah leih bayar paling banyak Rp 5 M /
PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan bayar pajak sebagai
pkp beresiko rendah ynag sudah diberikan sejak Januari sampai Juni 2021
4. Perlakuan akuntansi terkait dengan PPN,PPBm serta pajak yang dibayarkan ajdi
PPN merupakan pajak yang dipungu atau dipoting oleh PKP yang berkaitan
dengan transaksi penjualan , pembelian atau transaksi lainnya ,Barang atau jasa
kena pajak di dalam area pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan atau orang
pribadi . Akuntansi PPN dan PPnBm dalam perlakuan akuntansi merupakan
pencatatatn suatu transaksi penjualan dan pembelian BKP dan JKP yang dikenai
pajak PPN dan PPnBM , pada perusahaan Barang atau jasa dianggap sebagai
komdit yang diperjual belikan sehinggan perusahaan akan harus mengakui harga
perolehannya berdasarkan metode akuntanis yang berlaku . Jadi dari setiap
transaksi yang berhubungan dengan Penjualan pembelian atau transaksi lainnya
BKP/JKP akan dikeani PPN ata Barang atau jasa tersebut dan pengennannya atas
trasnsaksi itu akan diikuti dengan pembuatan faktur pajaknya
5. Megenai insentif yang diberikan pemerintah kepada perusahaan pada tahun 2020
yang terkait dengan PPN terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
28/PMK.03/2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak terhadap Barang dan Jasa yang
Diperlukan dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019. Yang
terdapat 3 insentif PPN di pasal 2 ayat 5 sebagai berikut
1. Impor BKP pada ayat 3 dan 2 tidak dipungut sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan
2. Penyerahan BKP dan JKP dalam ayat 3 dan 4 oeh PKP akan ditanggung oleh
pemerintah
3. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dalam daerah pabean oleh pihak
tertentu akan ditanggung pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan 4
Dapat dikesimpulkan bahwa kegiatan memperoleh insentif PPN bukan berupa
pembebasan PPN melainkan PPN tidak dipungut aas Impor BKP dan PPN
ditanggung oleh pemerintah atas penyerahan BKP oleh PKP ke pihak tertentu

Anda mungkin juga menyukai