2. Tempat atau lokasi Kantor Pelayanan Pajak(KPP) yang dipilih untuk dilaporkan sebagai
tempat pengukuhan PKP dalam hal perusahaan memiliki satu ataulebih kantor cabang
Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) harus memenuhi syarat:
1. Memuat nama,alamat, dan NPWP tempat PPN terutangyang dipilih sebagai tempat pemusa-
tan PPN Terutang
2. Memuat nama, alamat, dan NPWP tempat PPN terutang yang akan dipusatkan
3. Dilampiri surat pernyataan bahwa administrasi penjualan diiselenggarakan terpusat pada
tempat PPN terutang yang dipilih sebagai tempat pemusatan.
=> Pemusatan tempat PPN terutang disetujui jika memenuhi persyaratan.
Manajemen PPN pada Saat Pendirian Perusahaan
4. Hal lain untuk efesiensi PPN
b. Batasan hanya pajak masukan atas barang modal saja yang dapat dikreditkan sebelum pe-
rusahaan mulai berproduksi
• Pasal 9 ayat (2a) dan ayat 8 huruf j UU PPN mengatur bahwa: Bagi PKP yang belum berpro-
duksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, pajak masukan atas per-
olehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan
• Pengkreditan pajak masukan tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk: perolehan BKP
selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi
c. Pertimbangan untuk meminta restitusi atau tidak atas kelebihan pajak masukan atas perolehan
barang modal sebelum dimulainya berproduksi.
PKP harus memastikan bahwa semua objek PPN yang PPN-nya harus
dipungut oleh PKP berdasarkan ketentuan peraturan perundang-un-
dangan PPN, telah dipenuhi dan tidak ada yang terlewati.
Kelalaian memungut PPN atas suatu objek PPN akan merugikan pe-
rusahaan. Setidak-tidaknya perusahaan dapat terkena sanksi adminis-
trasi pasal 13 ayat (2) KUP sebesar 2% per bulan maksimum sanksi un-
tuk
24 bulan dan sanksi denda pasal 14 ayat (4) KUP sebesar 2% dari
Dasar Pengenaan PPN.
Manajemen PPN Saat Pelaksanaan Kegiatan Usaha –
Pengendalian atas Pajak Keluaran
Objek PPN (Berdasarkan Pasal 4 ayat (11) jo. Pasal 16C dan 16D UU PPN)
Pembatalan Faktur
PKP dapat memerhatikan ketentuan faktur pajak yang diatur dalam Pasal
13 ayat (5) UU PPN jo. Peraturan Dirjen Pajak No. PER – 24/PJ/2012 ten-
tang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberi-
tahuan
dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak; sebagaiman telah diubah dengan
Peraturan Dirjen Pajak No. 08/PJ/2013.
Manajemen PPN Saat Pelaksanaan Kegiatan Usaha –
Pengendalian Terhadap Faktur Pajak Keluaran
Terkait dengan pembubaran perusahaan, hal yang harus diperhatikan perusahaan adalah
ketentuan Pasal 1A ayat 1 huruf e UU PPN yang menyatakan:
termasuk dalam pengertian penyerahan barang kena pajak adalah:
Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aset yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. Jika pada saat
pembubaran perusahaan masih ada tersisa barang atau bahan baku yang telah rusak dan
menjadi kerugian perusahaan, maka pajak masukan atas perolehan barang atau bahan baku
yang telah rusak tersebut tetap dapat dikreditkan; demikian juga dengan adanya piutang yang tak
tertagih hingga saat pembubaran perusahaan, piutang tak tertagih tersebut tidak membuat
pembatalan atas faktur pajak keluaran yang PPN nya sudah disetorkan oleh perusahaan (PP
No.1 Tahun 2012)