BANGUNAN
GAMBARAN UMUM
Pajak Sewa Tanah dan Bangunan dapat diartikan sebagai
pungutan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
melalui persewaan tanah dan/atau bangunan. Penghasilan
yang diperoleh melalui persewaan tanah dan/atau bangunan
ini berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, gedung pertemuan, dan
gedung pertokoan.
Adapun penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan
merupakan salah satu objek pajak penghasilan yang bersifat
final (PPh 4 ayat 2), sehingga pajak atas sewa tanah dan
bangunan ini tidak dapat dikreditkan dari total pajak yang
terutang. Berikut merupakan beberapa kewajiban pajak yang
harus ditanggung, baik untuk pihak penyewa maupun pihak
yang memberikan sewa (pemiliki tanah/bangunan):
Pihak penyewa memotong PPh Final 4(2) dari total biaya sewa, dan pihak penyewa wajib menyetorkannya, lalu
wajib memberkan bukti pemotongan PPh Pasal 4(2) kepada pemilik tanah dan bangunan
Jika penyewa adalah penyelenggara kegiatan, badan pemerintahan, kerja sama operasi, badan usaha tetap,
perwakilan perusahaan luar negeri, dan orang pribadi yang ditetapkan DJP, maka penyewa juga wajib memotong
PPh Final 4(2). Setelah itu, penyewa juga wajib memberikan bukti potong kepada pihak yang memberikan sewa
atas tanah dan bangunan.
Jika penyewa adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau bukan subjek pajak penghasilan, maka pihak pemberi sewa /
pemilik tanah dan bangunan yang wajib membayar PPh Final 4(2) nya.
Contoh pt abc menyewakan 1 unit gudang kepada pt xyz seharga 480 juta untuk 2 tahun dari 1 april 2022 sampai 1
april 2024 masing masing pihak sudah di kukuhkan sebagai pkp ( pengusaha kena pajak) sehingga kedua pihak akan
melakukan kewajiban pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
1. Gimana mencatat jurnal bagi pt abc dan pt xyz 1 april 2022