Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN NO 1

A. PBB (PajakBumi dan Bangunan)

1. Pengertian PBB (PajakBumi dan Bangunan)


adalah Pungutan wajib atas kepemilikan tanah dan bangunan karena adanya keuntungan
bagi seseorang atau badan yang memiliki hak dan memperoleh manfaatnya, sehingga
harus disetorkan ke Pemerintah.

2. Objek Pajaknya
yaitu Bumi atau bangunan yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh orang atau badan. kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.

3. Tarif PajakBumi dan Bangunan


yaitu berkisar maksimal 0,5% berdasarkan Pasal 41 Undang Undang nomor 1 tahun
2022.

4. Dasar pengenaan PajakBumi dan Bangunan


yaitu Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang besarannya akan ditetapkan tiga tahun oleh
Kepala Kantor Wilayah Dirjen Pajak dengan minimal 20% atau maksimal 100% dari
NJOP setelah dikurangi nilai NJOP tidak kena pajak.

5. Contoh Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan


Bu Anita memiliki tanah dan bangunan dengan NJOP tidak kena pajaksenilai 40.000.000
dan NJOP senilai 60.000.000. Apabila dikenakan tarif maksimal sebesar 0,5%, maka
besaran pajak yang harus dibayar Bu Anita adalah sebagaiberikut.
Besaran Pajak terutang= 0,5% x 20% x (60.000.000 – 40.000.000) = 20.000

6. Jatuh tempo dan pelapran pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan


yaitu paling lambat 6 bulan setelah tanggal diperolehnya Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT). Biasanya SPPT sudah diberikan pada bulan Februari sementara batas
tempo pembayaran jatuh pada tanggal 31 Agustus.

B. BPHTB ( BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH dan BANGUNAN)

1. Pengertian BPHTB
adalah pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Pungutan ini
ditanggung oleh pembeli dan hamper mirip swngan pahaj pengahsilan (PPh) bagi
penjual. Dengan degitu, pihak penjual dan pembeli sama-sama memiliki tanggung
jawab untuk membayar pajak.

2. Objek Pajak
Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.dan yang
dimaksud dengan Ha katas tanah dan bangunan adalah sebagai berikut:
a. Hak milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak guna bangunan
d. Hak pakai
e. Hak milik atas satuan rumah susun
f. Hak pengeloalaan

3. Tarif Pajak
Adalah 5% dari harga jual yang di kurangi dengan nilai perolehan objek pajak tidak
kena pajak ( NPOPTKP).
Pasal 85 ayat (1) UU 28/2009 menyebut objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah
atau bangunan.
Lebih rinci apa saja yang dikenakan tarif BPHTB sebagai berikut:
1. Jual beli
2. Pertukaran
3. Hibah
4. Waris
5. Hibah wasiat
6. Pemasukan dalam perseroan maupun badan hukum lain
7. Penunjukan pembeli saat lelang
8. Pemisahan hak yang menyebabkan peralihan
9. Terkait pelaksanaan putusan hakim dengan kekuatan hukum tetap
10.  Peleburan usaha atau merger
11.  Penggabungan usaha
12.  Pemekaran usaha
13.  Hasil lelang dengan non-eksekusi
14.  Hadiah

4. Dasar Pengenaan Pajak


Dasar pengenaan pajak BPHTB yang di atur pada pasal 46 disebutkan berdasarkan bahwa
pengenaan BPHTB adalah nilai perolehan obyek pajak. Nilai perolehan obyek pajak
tersebut ditetapkan sebagai berikut: harga transaksi untuk jual beli; nilai pasar untuk tukar
menukar, hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum
lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, peralihan hak karena pelaksanaan
putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, pemberian hak baru atas tanah
sebagai kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan
hak, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah; dan harga
transaksi yang tercantum dalam risalah lelang untuk penunjukan pembeli dalam lelang
5. Contoh Perhitungan
Untuk tanah seharga Rp200.000.000 di Jakarta, maka perhitungan tarif BPHTB-nya
adalah:
NPOP: Rp200.000.000
NPOPTKP: Rp80.000.000
5% x (Rp200.000.000 – Rp80.000.000)
5% x Rp120.000.000 = Rp6.000.000
Maka, tarif BPHTB yang harus dibayar adalah sebesar Rp6.000.000.
Jatuh Tempo Pembayaran dan Pelaporan Pajak 30 September.

C. PHTB ( Pajak Penghasilan final Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan)

1. Pengertian PHTB
merupakan salah satu objek yang dikenakan pajak penghasilan (PPh) secara final. Secara
umum, PPh atas PHTB itu dikenakan atas jumlah penghasilan yang diterima atau diperoleh
pihak yang mengalihkan (penjual) hak atas tanah dan/atau bangunan.

2. Objek Pajak
Hak atas tanah dan/atau bangunan.

3. Tarif Pajak
PPh final yang dikenakan atas PHTB dipatok dengan 3 tarif berbeda, yaitu 0%, 1%, dan
2,5%.

4. Dasar Pengenaan Pajak


Ketentuan penyewa dan pemilik dalam pajak sewa. Pemilik tanah atau bangunan wajib
menerbitkan faktur pajak atas pungutan 10 persen dari total biaya sewa. Jika pemilik tanah
dan bangunan adalah pengusaha kena pajak (PKP), biaya sewa yang dibayar dalam satu
periode tidak termasuk PPN.

5. Contoh perhitungan
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh PT. Griya Persada dalam kasus ini yaitu sebesar
2,5% x Rp800.000.000 = Rp20.000.000
Atau
PPh Pasal 4 ayat (2) = 2,5% x Rp1.500.000.000
  = Rp37.500.000

6. Jatuh Tempo pembayaran dan pelaporan pajak


PPh final yang terutang wajib disetorkan oleh orang pribadi atau badan bersangkutan ke
kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya
pembayaran.
JAWABAN NO 2
Pemungutan Pajak Daerah di Kota Batam ini BPHTB memiliki manfaat yang lumayan
besar yaitu pajak yang memiliki potensi penerimaan yang tinggi. Dengan semakin tinggi
perolehan BPHTB maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah karena setiap
peningkatan BPHTB dapat mempengaruhi peningkatan pada Pendapatan Asli Daerah.
Ketiga pajak tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga Efesiensi kinerja
pemungutan pajak daerah kota Batam melakukan pemungutan pajak secara tepat dan benar
dan tercapainya pemungutan pajak ini.

Anda mungkin juga menyukai