Anda di halaman 1dari 2

Nama : JOVIAN KURNIA LIDRATAMA

NIM : 050521735

Diketahui bahwa pada tanggal 02 Februari 2018 Bapak Aro membeli tanah dan
rumah. BPHTB yang harus dibayar sejumlah Rp.4.500.000, ternyata sampai tanggal
03 Oktober 2018 Bapak Aro belum juga membayar sampai diterbitkan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD). Dalam STPD diinformasikan total yang harus dibayar adalah
BPHTB dan bunga setiap bulannya sebesar 2%.

Pertanyaan :

1. Jelaskan yang dimaksud penagihan Pajak BPHTB, dan


2. Berapa tagihan yang harus dibayar oleh Bapak Aro sesuai dengan STPD
yang diterima per tanggal 03 Oktober 2018?

Pengertian BPHTB

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau yang disingkat dengan BPHTB, diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu dengan UU No. 21 Tahun
1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangun. Dalam UU No. 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 20 Tahun 2000 (disebut dengan UU BPHTB), memberikan pengertian mengenai
BPHTB, yaitu Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.

Jadi BPHTB adalah sama dengan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Yang
dimaksud dengan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, UU BPHTB menyebutkan bahwa
Perolehan Hak atas Tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Adapun Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan,
beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan
ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.

Yang dimaksud penagihan Pajak BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan atau bangunan yang selanjutnya disebut pajak. Sedangkan perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

OBJEK
Yang menjadi obyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah
dan atau bangunan. Yakni pembeli yang harus bayar, sedangkan penjual dikenakan PPH25
sebesar 5 persen dari NPOP (Nilai Perolehan Objek Pajak). Objek pajak yang dikenakan
BPHTB ini juga terbagi dua jenis. Pertama, jika nilai perolehan objek pajak/NPOP atau harga
rumah/tanah diatas Rp60 juta. Kedua, jika NPOP-nya dibawah Rp60 juta, tapi penghasilan
tidak kena pajak (PTKP)-nya termasuk obyek kena pajak, maka ia dikenakan BPHTB. PTKP
itu Rp12 juta per tahun untuk yang belum menikah. Untuk yang sudah menikah Rp13,2 juta
per tahun.

TARIF

Menurut UU No. 20/2000 tentang BPHTB, tarifnya 5 persen dari NPOP setelah dikurangi
NPOPTKP regional. Jadi rumusannya 5% x (NPOP-NPOPTKP regional). Tarif BPHTB
BPHTB dikenakan terhadap seluruh transaksi properti, baik yang dibeli dari perorangan atau
developer. Besarnya BPHTB adalah sebesar 5% dari nilai transaksi yang sudah dikurangi
NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak). Misalnya Pak Sitompul mau membeli
rumah dengan harga Rp450 juta di daerah Jakarta Selatan. NPOPTKP di daerah itu Rp50 juta.
Maka BPHTB yang harus dibayarnya 5% x (Rp450 juta-Rp50 juta) = Rp20 juta

SANKSI

Sanksi administratif berupa denda 2% setiap bulan dikenakan bagi wajib pajak yang tidak
membayarkan kewajibannya. Tarif ini dihitung dari pajak yang kurang/terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Untuk melakukan tagihan terhadap wajib pajak yangt idak melaksanakan kewajibannya, akan
diterbitkan suatu STPD. STPD berisi tagihan pajak dan/atau sanksi administrasinya.

Tagihan yang harus dibayar oleh Bapak Aro sesuai dengan STPD yang diterima per
tanggal 03 Oktober 2018 Sanksi: Rp4.500.000 x 2% x 9 = Rp 810.000

Total yang harus dibayar : Rp4.500.000 + Rp 810.000 = Rp5.310.000

Jadi, Tagihan pajak yang harus dibayar oleh Bapak Aro adalah Rp5.310.00

Sumber:
Buku Materi Pokok Pajak Bumi dan Bangunan Universitas Terbuka PAJA3233.11

Anda mungkin juga menyukai