Anda di halaman 1dari 15

EFEKTIVITAS VALIDASI BPHTB TERHADAP KETIDAKSESUAIAN

LAPORAN NILAI TRANSAKSI UNTUK JENIS PERALIHAN HAK JUAL


BELI ATAS TANAH DAN BANGUNAN

(STUDI PADA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN


CIANJUR)

Disusun Oleh:
Arhamnee Sitti Aulia
217222044

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2023
ABSTRAK
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangungan (BPHTB) merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola oleh
pemerintah daerah. BPHTB adalah bea yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Warga negara diwajibkan untuk membayar BPHTB jika telah
memperoleh ha katas tanah dan/atau bangunan sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
Undang-Undang. BPHTB diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB). Peraturan daerah Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah menyebutkan bahwa dasar pengenaan pajak BPHTB adalah nilai
perolehan objek pajak, dalam hal jual beli yang menjadi dasar pengenaan pajak BPHTB
adalah harga transaksi. Tetapi pada kenyataannya masih banyak ditemukan wajib pajak
yang mengajukan harga transaksi yang dianggap tidak sesuai oleh Badan Pendapatan
Daerah (BPD), sehingga dalam proses pengajuannya BPD melakukan validasi dengan cara
meminta kepada wajib pajak agar menyesuaikan dengan nilai estimasi dari BPD, karena
nilai estimasi merupakan nilai yang wajar atau harga pasar wilayah tersebut.

Kata Kunci: Pajak, Validasi, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

i
1

PENDAHULUAN
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dasar Yuridis pemungutan pajak diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyebutkan bahwa Pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang. Pemungutan
pajak merupakan hak negara dan pembayaran pajak merupakan kewajiban masyarakat.

Jenis pajak terbagi menjadi dua yaitu pajak yang dipungut dan dikelola oleh
pemerintah pusat yang disebut pajak pusat dan pajak yang dipungut serta dikelola oleh
pemerintah tiap-tiap daerah yang disebut pajak daerah. Dasar hukum pemungutan pajak oleh
pemerintah daerah yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang dicabut dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pajak Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangungan (BPHTB) merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola
oleh pemerintah daerah. BPHTB adalah bea yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Warga negara diwajibkan untuk membayar BPHTB jika telah
memperoleh ha katas tanah dan/atau bangunan sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
Undang-Undang. BPHTB diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Pemungutan Pajak Daerah menyatakan pola pemungutan BPHTB menggunakan self
assessment system. Self assessment system yaitu wajib pajak menentukan sendiri jumlah
pajak terutang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan. Peraturan daerah
Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah menyebutkan bahwa dasar
pengenaan pajak BPHTB adalah nilai perolehan objek pajak, dalam hal jual beli yang
menjadi dasar pengenaan pajak BPHTB adalah harga transaksi. Tetapi pada kenyataannya
masih banyak ditemukan wajib pajak yang mengajukan harga transaksi yang dianggap tidak
sesuai oleh Badan Pendapatan Daerah (BPPD), sehingga dalam proses pengajuannya BPD
melakukan validasi dengan cara meminta kepada wajib pajak agar menyesuaikan dengan
nilai estimasi dari BPD, karena nilai estimasi merupakan nilai yang wajar atau harga pasar
wilayah tersebut.
2

Validasi adalah penyelarasan bukti pembayaran pajak yang dipungut dari rakyat
mengenai perolehan hak atas tanah dan bangunan. Validasi dilakukan untuk memastikan
kesesuaian data peralihan hak atas tanah dan bangunan yang dihitung sendiri oleh wajib
pajak, karena masih banyak wajib pajak yang ingin membayar pajak ringan sehingga nilai
yang dicantumkan dalam akta dan yang digunakan sebagai dasar pembayaran pajak adalah
nilai perhitungan BPHTB tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yang telah
disetujui oleh para pihak. Validasi diatur dalam Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor 16
Tahun 2008 tentang Tata Cara Penelitian Surat Setoran BPHTB.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana efektivitas validasi BPHTB terhadap ketidaksesuaian laporan nilai


transaksi untuk jenis peralihan hak jual beli atas tanah dan bangunan?
3

PEMBAHASAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah yang dicabut dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan bagi keperluan daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
daerah memiliki keterkaitan sangat kuat dengan pembangunan dan kemajuan pada daerah,
juga berfungsi sebagai sarana menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB adalah pajak yang dikenakan
atas perolehan hak atas tanah dan bangunan, dimana suatu perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau
badan hukum selaku subjek pajak, tanah dan bangunan sebagai objek pajak, perolehan hak
atas tanah dan bangunan itu diantaranya adalah pemindahan hak karena jual beli, tukar
menukar, hibah dan hibah wasiat, pembelian lelang, putusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap terhadap perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan penggabungan usaha atas tanah
dan bangunan yang menjadi objek pajak yang dimaksud, sehingga setiap orang perorangan
dan badan hukum yang akan memperoleh haknya wajib membayar BPHTB.

Sebelumnya pajak BPHTB ditangani oleh Pemerintah Pusat, tetapi dengan adanya
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
dicabut dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pajak BPHTB kemudian dikelola oleh Pemerintah
Daerah. Dalam melaksanakan kewenangan pemungutan BPHTB menjadi pajak daerah,
kemudian dibuat peraturan daerah untuk mengatur ketentuan pemungutan BPHTB.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah, menyebutkan bahwa dasar pengenaan pajak BPHTB adalah nilai perolehan objek
pajak. Nilai perolehan objek pajak yang dimaksud dalam hal:

a. Jual beli adalah harga transaksi;


b. Tukar menukar adalah nilai pasar;
c. Hibah adalah nilai pasar;
d. Hibah wasiat adalah nilai pasar;
e. Waris adalah nilai pasar;
4

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;
h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum
tetap adalah nilai pasar;
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai
pasar;
j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar;
k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l. Peleburan usaha adalah nilai pasar;
m. Pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n. Hadiah adalah nilai pasar.

Tarif Pajak BPHTB paling tinggi ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Cianjur Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah menetapkan tarif untuk
BPHTB adalah sebesar 5%.

Persyaratan pembayaran BPHTB sebagai berikut:

a. Transaksi jual beli:


1. Mengisi SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) BPHTB.
2. Fotokopi KTP penjual dan pembeli.
3. Fotokopi sertifikat bukti kepemilikan tanah atau bangunan.
4. Fotokopi SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan STTS (Surat Tanda
Terima Setoran) PBB tahun terakhir dan lunas bayar.
5. Foto objek pajak.
b. Hibah Wasiat dan Waris:
1. Mengisi SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) BPHTB.
2. Fotokopi KTP penerima hibah wasiat/waris.
3. Fotokopi KTP seluruh ahli waris.
4. Fotokopi sertifikat bukti kepemilikan tanah atau bangunan.
5. Fotokopi akta hibah wasiat atau surat keterangan waris.
6. Fotokopi SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan STTS (Surat Tanda
Terima Setoran) PBB tahun terakhir dan lunas bayar.
7. Foto objek pajak.
5

c. Hibah
1. Mengisi SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) BPHTB.
2. Fotokopi KTP penerima dan pemberi hibah.
3. Fotokopi sertifikat bukti kepemilikan tanah atau bangunan.
4. Fotokopi akta hibah.
5. Fotokopi SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan STTS (Surat Tanda
Terima Setoran) PBB tahun terakhir dan lunas bayar.
6. Foto objek pajak.
d. Tukar menukar:
1. Mengisi SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) BPHTB.
2. Fotokopi kedua belah pihak.
3. Fotokopi sertifikat bukti kepemilikan tanah atau bangunan.
4. Fotokopi akta tukar menukar.
5. Fotokopi SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan STTS (Surat Tanda
Terima Setoran) PBB tahun terakhir dan lunas bayar.
6. Foto objek pajak.
e. Lelang:
1. Mengisi SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) BPHTB.
2. Fotokopi KTP pembeli atau pemenang lelang.
3. Fotokopi sertifikat bukti kepemilikan tanah atau bangunan.
4. Fotokopi bukti pembayaran lelang.
5. Fotokopi SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan STTS (Surat Tanda
Terima Setoran) PBB tahun terakhir dan lunas bayar.
6. Fotokopi risalah lelang.

Tata cara pembayaran BPHTB yang tercantum dalam Peraturan Bupati Cianjur
Nomor 05 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan adalah sebagai berikut:

1. BPHTB yang terutang wajib dbayar oleh wajib pajak atau kuasanya dengan
menggunakan SSPD BPHTB.
2. Kewajiban membayar dilaksanakan pada saat tanggal:
a. Dibuat dan ditandatanganinya akta dalam hal jual beli, tukar menukar, hibah,
hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya,
6

pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penggabungan usaha,


peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah;
b. yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan
dalam hal waris;
c. putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap dalam hal
putusan hakim;
d. diterbitkannya surat keputusan pemberian hak dalam hal pemberian hak baru
atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak dan pemberian hak baru di
luar pelepasan hak;
e. penunjukan pemenang lelang dalam hal lelang.
3. SSPD yang dimaksud, selain digunakan untuk melakukan pembayaran/penyetoran
BPHTB yang terutang, berfungsi pula sebagai SPTPD sekaligus digunakan untuk
melaporkan data perolehan hak atas tanah dan bangunan.
4. SSPD BPHTB terdiri dari 6 (enam) rangkap, yaitu:
a. Lembar 1: untuk Wajib Pajak.
b. Lembar 2: disampaikan oleh Wajib Pajak untuk Notaris sebagai arsip.
c. Lembar 3: disampaikan oleh Wajib Pajak untuk Kantor Pertanahan/Kantor
Lelang.
d. Lembar 4: disampaikan oleh Wajib Pajak untuk unit kerja pelayanan pada
Dinas sebagai lampiran permohonan penelitian SSPD BPHTB.
e. Lembar 5: untuk Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerimaan sebagai arsip.
f. Lembar 6: disampaikan oleh Bank yang ditunjuk/Bendahara Penerimaan
sebagai laporan kepada unit kerja pembukuan dan pelaporan pada Dinas.
5. Formulir SSPD BPHTB disediakan di Notaris, Kantor Lelang, Kantor Pertanahan,
Dinas, tempat pembayaran BPHTB, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Dinas.
6. Wajib Pajak dapat mengadakan sendiri formulir SSPD BPHTB dengan bentuk dan
isi sesuai dengan formulir SSPD BPHTB.
7. Satu formulir SSPD BPHTB hanya dapat digunakan untuk pembayaran satu
pengenaan pajak/STPD/SKPDKB/SKPDKBT/surat keputusan pembetulan/surat
keputusan keberatan/putusan banding, dengan menggunakan kode akun BPHTB.
8. Sebelum melakukan pembayaran, Wajib Pajak dan Notaris/Kepala Kantor
Pertanahan/Kepala Kantor Lelang/Pejabat Lelang menghitung, mengisi,
menandatangani, dan menstempel SSPD BPHTB.
7

9. Tempat pembayaran menerima SSPD BPHTB dan uang pembayaran BPHTB


terutang dari Wajib Pajak kemudian diperiksa kelengkapan pengisian SSPD
BPHTB dan kesesuaian besaran nilai BPHTB terutang dengan uang pembayaran
yang diterima dari Wajib Pajak, selanjutnya menandatangani, menstempel, dan
meregister penerimaan pembayaran BPHTB pada SSPD BPHTB, lembar ke-5
disimpan sebagai arsip, lembar ke-6 diserahkan kepada Dinas.
10. Wajib Pajak setelah melakukan pembayaran memperoleh SSPD lembar ke-1,
lembar ke2, lembar ke-3, dan lembar ke-4 dan disampaikan kepada Dinas untuk
proses penelitian SSPD.
11. Dalam hal BPHTB yang seharusnya terutang nihil, maka Wajib Pajak tetap
mengisi SSPD dengan keterangan nihil.
12. SSPD BPHTB nihil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), cukup diketahui oleh
Notaris/Kepala Kantor Pertanahan/Kepala Kantor Lelang/Pejabat Lelang.
13. SSPD BPHTB nihil lembar ke-1, lembar ke-2, lembar ke-3, dan lembar ke-4
disampaikan oleh Wajib Pajak kepada dinas.

Tata cara validasi atau penelitian SSPD BPHTB menurut Peraturan Bupati Cianjur
Nomor 05 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan adalah sebagai berikut:

1. Dinas melakukan penelitian SSPD BPHTB yang sudah tertera nomor transaksi
penerimaan daerah yang disampaikan oleh Wajib Pajak atau kuasanya untuk
keperluan penelitian SSPD BPHTB.
2. Dalam hal BPHTB terutang nihil, penelitian SSPD dilakukan setelah SSPD
ditandatangani oleh Notaris/Pejabat Lelang atau Pejabat Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang/Pejabat Kantor Pertanahan yang berkaitan dengan
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
3. Penyampaian SSPD oleh wajib pajak atau kuasanya untuk keperluan penelitian
SSB dilakukan dengan menggunakan:
a. formulir penyampaian SSPD untuk diteliti;
b. fotokopi SPPT dan/atau surat tanda terima setoran/struk ATM bukti
pembayaran PBB/bukti pembayaran PBB lainnya atas tanah dan/atau
bangunan yang diperoleh haknya, serta bukti pembayaran PBB tahun
sebelumnya;
c. fotokopi identitas Wajib Pajak;
8

d. fotokopi kartu nomor pokok wajib pajak dalam hal Wajib Pajak sudah
memiliki.
4. Penelitian SSPD dilaksanakan apabila atas tanah dan/atau bangunan yang
diperoleh haknya tidak memiliki tunggakan PBB.

Penelitian atau validasi dilakukan untuk memastikan kesesuaian data peralihan hak
atas tanah dan bangunan yang dihitung sendiri oleh wajib pajak, karena masih banyak wajib
pajak yang ingin membayar pajak ringan sehingga nilai yang dicantumkan dalam akta dan
yang digunakan sebagai dasar pembayaran pajak adalah nilai perhitungan BPHTB tidak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yang telah disetujui oleh para pihak.

Berdasarkan hasil penelitian pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur, pada
tahun 2021-2022 jarang ditemukan Wajib Pajak yang mencantumkan nilai pajak BPHTB
dibawah NJOP. Jika terdapat Wajib Pajak yang mencantumkan nilai pajak BPHTB dibawah
NJOP atau dianggap tidak wajar, maka berkas akan ditahan terlebih dahulu untuk
dikonfirmasi kepada Wajib Pajak. Lalu Wajib Pajak akan diminta untuk melengkapi
dokumen tambahan yaitu berupa surat pernyataan yang ditanda tangan oleh penjual dan
pembeli dan diketahui oleh PPAT. Jika BPHTB yang dicantumkan dibawah NJOP maka
yang menjadi nilai BPHTB adalah NJOP itu sendiri, tetapi apabila BPHTB yang
dicantumkan diatas NJOP atau disebut juga harga transaksi, maka yang menjadi nilai BPHTB
adalah nilai yang dicantumkan atau harga transaksi tersebut. Tetapi meskipun demikian,
apabila mencantumkan harga diatas NJOP, tetap dilakukan validasi untuk disesuaikan dengan
harga pasar atau nilai rata-rata pada zona tersebut.

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur melakukan validasi secara bertahap.


Pertama pada saat Wajib Pajak mengajukan e-billing BPHTB atau Wajib Pajak mengajukan
pelaporan BPHTB secara online untuk pengecekan nilai, kedua pada saat berkas diterima
dilakukan validasi kembali terhadap berkas-berkas tersebut, kemudian dilakukan validasi atau
verifikasi lapangan jika diperlukan. Validasi ini dilakukan dalam waktu maksimal 3 (tiga)
hari kerja.

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur juga berupaya agar para Wajib Pajak
dapat mencantumkan nilai BPHTB sesuai dengan harga transaksi meskipun adanya aturan
self assessment system, upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Cianjur yaitu dengan mengadakan sosialiasi kepada PPAT setiap satu tahun.
9

Berikut tabel validasi BPHTB jenis transaksi jual beli tahun 2021 dan tahun 2022
pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur:

Tahun 2021

JENIS DIATAS NJOP SESUAI NJOP JUMLAH


PEROLEHAN
Jual Beli 7.386 459 7.845
Jual Beli KPR 905 0 905
Bersubsidi
JUMLAH 8.291 459 1.469

Tahun 2022

JENIS DIATAS NJOP SESUAI NJOP JUMLAH


PEROLEHAN
Jual Beli 8.046 554 8.600
Jual Beli KPR 44 0 44
Bersubsidi
JUMLAH 8.090 554 8.644
10

KESIMPULAN

Validasi adalah penyelarasan bukti pembayaran pajak yang dipungut dari rakyat
mengenai perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Validasi dilakukan untuk
memastikan kesesuaian data peralihan hak atas tanah dan bangunan yang dihitung sendiri
oleh wajib pajak. Peraturan daerah Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah menyebutkan bahwa dasar pengenaan pajak BPHTB adalah nilai perolehan objek
pajak, dalam hal jual beli yang menjadi dasar pengenaan pajak BPHTB adalah harga
transaksi. Berdasarkan hasil penelitian pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur,
pada tahun 2021-2022 jarang ditemukan Wajib Pajak yang mencantumkan nilai pajak
BPHTB dibawah NJOP. Jika terdapat Wajib Pajak yang mencantumkan nilai pajak BPHTB
dibawah NJOP atau dianggap tidak wajar, maka berkas akan ditahan terlebih dahulu untuk
dikonfirmasi kepada Wajib Pajak. Lalu Wajib Pajak akan diminta untuk melengkapi
dokumen tambahan yaitu berupa surat pernyataan yang ditanda tangan oleh penjual dan
pembeli dan diketahui oleh PPAT. Jika BPHTB yang dicantumkan dibawah NJOP maka
yang menjadi nilai BPHTB adalah NJOP itu sendiri, tetapi apabila BPHTB yang
dicantumkan diatas NJOP atau disebut juga harga transaksi, maka yang menjadi nilai BPHTB
adalah nilai yang dicantumkan atau harga transaksi tersebut. Tetapi meskipun demikian,
apabila mencantumkan harga diatas NJOP, tetap dilakukan validasi untuk disesuaikan dengan
harga pasar atau nilai rata-rata pada zona tersebut.
11

SARAN

Agar Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur tetap mempetahankan kinerja dan
tetap melakukan sosialisasi dengan PPAT agar para wajib pajak dapat mencantumkan harga
transaksi pada saat melakukan pembayaran BPHTB.
12

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU.
Adrian Sutedi, 2011, Hukum Pajak, Sinar Grafika, Jakarta.
Bustamar Ayza, 2017, Hukum Pajak Indonesia, Kencana, Jakarta.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yang dicabut dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Pemungutan Pajak Daerah.
Peraturan daerah Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penelitian Surat Setoran BPHTB.
C. JURNAL.
Komang Febriyanti Dantes, I Gusti Ayu Spsari Hadi, 2021, Dasar Hukum Bea
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Di Badan Pengelolaan
Keuangan Dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Buleleng, Jurnal
Komunikasi Hukum, Vol.7 No.1, Universitas Pendidikan Ganesha.
Ronal Revianto, Amin Purnawan, 2017, Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Dalam Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
(BPHTB) Dengan Pendekatan Self Assessment System, Jurnal Akta, Vol.4
No.4, Unversitas Islam Sultan Agung.
13

Andria Luhur Prakoso, Muhammad Annam Arroffi Tixatmojo, 2023, Kajian


Terhadap Validasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Sebagai
Syarat Peralihan Hak Atas Tanah Di Kabupaten Sidoarjo, Legal Standing
Jurnal Ilmu Hukum, Vol.7 No.1, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Iswari Ramadhani Saragih, 2020, Validasi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan (BPHTB) Yang Nilai Transaksi Mengacu Pada Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB) Studi Kasus Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Jurnal
Lex Justitia, Vol.2 No.1, Universitas Muhammadiyah Sumatera.

Anda mungkin juga menyukai