BPHTB atau bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan
pribadi atau badan. Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan atau bangunan.
DPP/Dasar pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak atau
disingkat menjadi NPOP. NPOP dapat berbentuk harga transaksi dan nilai pasar. Jika
nilai NPOP tidak diketahui atau lebih kecil dari NJOP PBB, maka NJOP PBB dapat
dipakai sebagai dasar pengenaan pajak BPHTB.
BPHTB yaitu merupakan pajak yang harus dibayar akibat perolehan hak atas tanah
dan bangunan meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak
milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.
Cara Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB :
1. Wajib pajak membayar pajak BPHTB yang terutang tidak didasarkan pada surat
ketetapan pajak atau SKP, melainkan dengan cara menghitung dan membayar sendiri
pajak terutang dengan mengisi Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau
Bangunan atau disingkat SSB.
2. Pajak yang terutang dapat dibayar di Bank pemerintah, Bank DKI dan juga Kantor
Pos di wilayah Kotamadya yang meliputi letak tanah dan atau bangunan dengan SSB.
Tempat terutang pajak adalah di wilayah kabupaten, kota atau propinsi yang meliputi
letak tanah dan bangunan.
3. SSB dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan / KP PBB /
KPBB yang adal di wilayah DKI Jakarta, PPAT, Notaris, Kantor Lelang dan Kantor
Pertanahan serta Kantor Bank Pemerintah, Bank DKI dan Kantor Pos. Pembayaran
BPHTB dapat dilakukan tanpa menunggu diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak /
SKP.
4. SKP atau Surat Ketetapan Pajak adalah dokumen yang menjelaskan jumlah pajak
yang kurang atau lebih bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak setelah
adanya pemeriksaan. SKP BPHTB disingkat menjadi SKB (Surat Ketetapan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan). SKB dapat dikeluarkan dalam jangka lima
tahun semenjak saat terutang BPHTB. SKB dapat berupa SKBKB untuk yang kurang
bayar, SKBLB untuk yang lebih bayar dan SKBN untuk yang nihil atau nol bayar.
Sanksi Tidak Membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB
Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka
waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhutang pajak sampai diterbitkan
SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar
(SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang
mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat
dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut
kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan.
TARIF BPHTB
• Tarif BPHTB adalah Paling Tinggi 5% (lima persen).
• Besarnya Tarif BPHTB ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
(UU No 28 Th 2009)
Dasar pengenaan BPHTB
1. Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
a. jual beli adalah harga transaksi;
b. tukar-menukar adalah nilai pasar;
c. hibah adalah nilai pasar;
d. hibah wasiat adalah nilai pasar;
e. waris adalah nilai pasar;
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;
h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap adalah nilai pasar;
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai
pasar;
j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar
k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;
l. peleburan usaha adalah nilai pasar;
m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;
n. hadiah adalah nilai pasar;
o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam
Risalah Lelang
2. Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) PBB pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang dipakai
adalah NJOP PBB .