Anda di halaman 1dari 16

Kelompok V

Nama Npm
1. Della puspita 1. 2010091510760
2. Fikri hardian putra 2. 2010091510764
3. Hayatun nufus 3. 2010091510766

Perpajakan 2
Judul " BPHTB dan Bea
materai "
Pengertian BPHTB
UU No. 20 Tahun 2000
1.Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.
2.Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan.
3.Hak atas tanah dan bangunan adalah hak atas tanah, termasuk
hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana di
maksud dalam uu no 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar
pokok pokok agraria,uu no 10 tahun 1985 tentang rumah susun
dan ketentuan peraturan perundang undangan lainnya.
4.Surat tagihan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah surat untuk melakukan tahihan pajak dan sanksi
administrasi berupa harga dan denda.
5.Surat ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
kurang bayar tambahan adalah surat ketetapan yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah di tetapkan.
6.Surat ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
nihil adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang di bayar.
7.Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan keberatan
terhadap surat ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan kurang bayar, surat ketetapan bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan kurang bayar tambahan, surat ketetapan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan lebih bayar, atau surat
ketetapan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan nihil yang
diajukan oleh wajib pajak.
Adapun Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas
tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya.
Pasal 16 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 menyebutkan bahwa
hakhak atas tanah yang dimaksud ialah :
• hak milik;
• hak guna usaha;
• hak guna bangunan;
• hak pakai;
• hak sewa;
• hak membuka tanah;
• hak memungut hasil hutan; dan
• hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak
tersebutdiatas yang akan ditetapkan dengan undang-undang
serta hakhak yang sifatnya sementara.
Dasar Hukum BPHTB
UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas UU No. 21
Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
KMK Nomor : 630/KMK.04/1997 Tentang Badan atau
Perwakilan Organisasi Internasional Yang Tidak Dikenakan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
subjek BPHTB
Adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
Tanah dan atau Bangunan.
Objek BPHTB
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang meliputi :
1.Pemindahan Hak, karena:

• Jual Beli;
• Tukar Menukar;
• Hibah;
• Hibah Wasiat;
• Waris;
• Pemasukan dalam Perseroan/Badan Hukum lainnya;
• Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan;
• Penunjukan pembeli dalam Lelang;
• Pelaksanaan putusan Hakim yang mempunyai
kekuatan Hukum Tetap;
• Penggabungan Usaha;
• Peleburan Usaha;
• Pemekaran Usaha; dan
• Hadiah.

2.Pemberian Hak Baru karena :

• Kelanjutan Pelepasan Hak; dan


• Diluar Pelepasan Hak.
Dasar Pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
(NPOP), yaitu dalam hal :
• jual beli adalah harga transaksi;
• tukar-menukar adalah nilai pasar;
• hibah adalah nilai pasar;
• hibah wasiat adalah nilai pasar;
• waris adalah nilai pasar;
• pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah
nilai pasar;
• pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;
• peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;
• pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak adalah nilai pasar;
• pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah
nilai pasar;
• penggabungan usaha adalah nilai pasar;
• peleburan usaha adalah nilai pasar;
• pemekaran usaha adalah nilai pasar;
• hadiah adalah nilai pasar;
• penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi
yang tercantum dalam Risalah Lelang.
Tarif Pajak Dan Cara Penghitungan BPHTB
( Pasal 5 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000 )
Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah sebesar 5 % (lima
persen).
CARA MENGHITUNG BPHTB :
Rumusnya adalah : Tarif Pajak sebesar 5% x Dasar Pengenaan Pajak
(NPOP - NPOPTKP)
Contohnya jika seseorang membeli rumah dengan harga 500 juta rupiah
di Jakarta. Berikut contoh perhitungan tarif Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan :
NPOP : Rp 500.000.000
NPOPTKP Jakarta : Rp 80.000.000
5% x (Rp 500.000.000 - Rp 80.000.000)
5% x Rp 420.000.000 = Rp 21.000.000
Jadi, tarif BPHTB yang dibayarkan sebesar 21 juta rupiah.
Nb : npoptkp trgantung wilayah
Pengertian bea materai

Bea materai adalah pengenaan pajak terhadap dokumen


berupa kertas yang menurut Undang-Undang menjadi objek
bea materai. bea materai merupakan pajak tidak langsung
yang dipungut secara insidental jika dibuat dokumen yang
disebut oleh Undang-Undang Bea Meterai 1985 atas suatu
keadaan, perbuatan, atau peristiwa dalam masyarakat.

fungsi bea materai adalah pajak dokumen yang dibebankan


oleh negara untuk dokumen tertentu.
Subjek bea materai
Adapun subjek bea materai yaitu : Pihak yang
menerima atau mendapat manfaat dari dokumen,
kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan
lain.
Prinsip Umum Pemungutan Bea Meterai
• Rangkap/Tindasan yang dapat ditandatangani
terutang pada Bea Materai sama dengan aslinya
• Bea Materai dapat dikenakan atas sebuah
dokumen yang merupakan Pajak atas dokumen
tersebut
• Satu dokumen hanya terutang satu Bea Materai
Objek bea materai
• Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan
tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan/keadaan yang bersifat perdata.
• Akta-akta notaris termasuk juga salinannya.
• Akta-akta yang dibuat oleh para Pejabat Pembuat Akta Tanah
termasuk juga rangkap-rangkapnya.
• Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
a. Yang menyebutkan penerimaan uang;
b.Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang
dalam rekening bank;
c. Yang berisi tentang pemberitahuan saldo rekening di bank;
d.Yang berisi tentang pengakuan bahwa utang uang seluruhnya
atau sebagian telah dilunasi atau diperhitungkan.
Tarif Bea Materai
1. Tarif bea materai Rp. 6.000,00 yaitu untuk dokumen berupa:
a. Surat Perjanjian dan surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat pendata.
b. Akta notaris termasuk salinannya.
c. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek yang harga
nominalnya lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
d. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di
muka Pengadilan, yakni: surat biasa dan surat kerumahtanggaan.
1.Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan
batasan, seperti:
• Nominal hingga Rp250.000,- tidak dikenakan bea materai
• Nominal antara Rp250.000,- hingga Rp1.000.000,- dikenakan
bea mterai Rp3.000,-
• Nominal diatas Rp 1.000.000,- dikenakan bea materai Rp
6.000,-
3. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif
sebesar Rp 3.000,- tanpa batas pengenaan besarnya harga
nominal.
4. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang memiliki
harga nominal hingga Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp
3.000,- sedangkan yang memiliki harga nominal lebih dari Rp
1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp6.000,-.
Sekian terima kasih
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai