Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, BEA PEROLEHAN HAK ATAS


TANAH DAN BANGUNAN, DAN BEA MATERAI

OLEH
NAMA

: DESAK PUTU ARY SAGITARINI

NPM

: 1333121098

KELAS

: D3

JURUSAN

: AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2015

PBB, BPHTB dan Bea Materai

A. Pengertian PBB
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah dan atau bangunan. Keadaan Subjek
(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

B. Objek PBB
o
o

Bumi: Permukaan bumi ( tanah dan perairan ) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut
wilayah Indonesia.Contoh : Sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang, dll.
Bangunan : Konstruksi Tekhnik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau
perairan. Contoh : Rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat
perbelanjaan, pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan
tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll.

Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek yang :


1.
Digunakan semata -mata untuk melayani kepentingan umum dibidang Ibadah, Sosial,
Kesehatan, Pendidikan dan Kebudayaan Nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan, seperti Mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi,
2.
Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.
3.
Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan
yang dikuasai oleh Desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.
4.
Digunakan oleh perwakilan Diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
5.
Digunakan oleh Badan dan perwakilan organisasi Internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.

C. Subjek PBB
Subjek Pajak dan Wajib Pajak dalam PBB adalah Orang pribadi atau badan yang secara nyata :
o mempunyai suatu hak atas bumi,
o memperoleh manfaat atas bumi,
o memiliki bangunan,
o menguasai bangunan,
o memperoleh manfaat atas suatu bangunan.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam dalam penentuan klasifikasi bumi adalah :
1.
letak;
2.
peruntukan;
3.
pemanfaatan;
4.
kondisi lingkungan dan lain-lain.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam dalam penentuan klasifikasi bangunan adalah :
1.
bahan yang digunakan;
2.
rekayasa;
3.
letak;
4.
kondisi lingkungan dan lain-lain.

D. Dasar Pengenaan PBB


Dasar pengenaan PBB adalah "Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)". NJOP ditentukan per wilayah
berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu
memperhatikan :
a.
harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar;
b.
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan telah diketahui harga jualnya;
c.
nilai perolehan baru;
d.
penentuan nilai jual objek pengganti.

E. Perhitungan PBB Berdasarkan UU No. 28 Tahun2009


Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya
NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota serendah-rendahnya Rp 10.000.000,- dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun
Pajak.
b. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan
NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan
Objek Pajak lainnya.
Dasar Penghitungan PBB
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP adalah sebagai
berikut:
NJKP = NJOP NJOPTKP
Tarif PBB : Besarnya tarif PBB adalah setinggi-tingginya 0,3%
Rumus Penghitungan PBB : PBB = Tarif x NJKP

F. Pengertian BPHTB
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan atau bangunan , yang selanjutnya disebut pajak;
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan;
Hak atas tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

G. Objek Pajak BPHTB


a.

Pemindahan hak karena:


1. jual beli;
2. tukar-menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat;
5. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;
6. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
7. penunjukan pembeli dalam lelang;

8. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;


9. hadiah.
b.

Pemberian hak baru karena :


1. Kelanjutan pelepasan hak ;
2. di luar pelepasan hak.
Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas
satuan rumah susun atau hak pengelolaan

Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah
objek pajak yang diperoleh :
a. perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan
guna kepentingan umum;
c. badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri;
d. orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum lain dengan tidak
adanya perubahan nama;
e. karena wakaf;
f. karena warisan;
g. untuk digunakan kepentingan ibadah.

H. Subjek Pajak BPHTB


Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah
dan atau bangunan.
Subjek pajak sebagaimana tersebut di atas yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi
Wajib Pajak menurut Undang-undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

I. Tarif Pajak
Tarif Pajak ditetapkan sebesar 5 % (lima persen)
5 % X Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak

J. Pengertian Bea Materai


Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-undang
Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang menjadi objek Bea Meterai
harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara lain
sebelum dokumen itu digunakan.

K. Objek Bea Materai


Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah dokumen menyatakan nilai nominal sampai
jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di muka pengadilan, antara
lain :

a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
- yang menyebutkan penerimaan uang;
- yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank;
- yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
- yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.
f. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan surat-surat
kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dan maksud
semula.

L. Tidak Dikenakan Bea Materai


Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berhubungan
dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen Negara.
Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Meterai adalah:
1 Dokumen yang berupa:
.

- surat penyimpanan barang;

- konosemen;

- surat angkutan penumpang dan barang;

- keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang,


konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang;
- bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;

- surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;

- surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.

2 Segala bentuk ijazah


.

3 Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada
. kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.

4 Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
.

5 Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan
. dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.

6 Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.


.

7 Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh
. bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut

8 Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.


.

9 Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk apapun.
.

M. Tata Cara Pelunasan Bea Materai


1.
2.
3.
4.

Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Meterai Tempel


Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Kertas Meterai
Pelunasan dengan membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan
Tata Cara Pelunasan Bea Meterai Dengan Teknologi Percetakan

N. Tarif Bea Materai


1 Tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 untuk dokumen sebagai berikut:
.

a. Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat pendata

b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya

c. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama nominalnya lebih dan
Rp1.000.000,00.;

d. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu:

- surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan.

- surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain selain dan tujuan semula.

2. Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut:

- nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai

- nominal antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp3.000,-

- nominal diatas Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-

3. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa batas
pengenaan besarnya harga nominal.

4. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan
Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang mempunyai harga nominal
lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-.

5. Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif
yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai
Rp 3.000,-, sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dan Rp 1.000.000,- dikenakan
Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,-.

O. Ketentuan Khusus dan Sanksi Administrasi

a. Dokumen yang dibuat di luar negeri pada saat digunakan di Indonesia harus telah dilunasi Bea
Meterai yang terutang dengan cara pemeteraian kemudian.

b. Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya, masingmasing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan:
- Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau
kurang dibayar;
- Melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan
tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan;
- Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dan dokumen yang Bea Meterainya
tidak atau kurang dibayar;
- Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai
dengan tarif Bea Meterainya.

Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya pelanggaran yang mengakibatkan Bea Meterai yang harus
dilunasi kurang bayar.
Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Meterai tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea
Meterai yang tidak atau kurang dibayar.
Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus melunasi Bea
- Meterai terutang berikut dendanya dengan cara pemeteraian kemudian.

Anda mungkin juga menyukai