MATERI SAP 13
KELOMPOK 10
NAMA KELOMPOK 10 :
Komang Desi Adi Pertiwi
(06)
(19)
Chrismendo H C Paath
(44)
DENPASAR, BALI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PEMBAHASAN
1.1
1.1.1
oleh keadaan objek yaitu bumi dan atau bangunan. Keadaan subjek tidak ikut menentukan
besarnya pajak.
PBB pada awalnya merupakan pajak pusat yang alokasi penerimaannya dialokasikan ke
daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD pajak ini khususnya sektor perkotaan dan
pedesaan menjadi sepenuhnya pajak daerah.
PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa tanah dan atau bangunan yang didasarkan
pada azas kenikmatan dan manfaat, dan dibayar setiap tahun. PBB pengenaannya didasarkan
padaUndang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No.12 tahun 1994. Namun demikian dalam perkembangannya
PBB sektor pedesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah yang diatur dalam UndangUndang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Pasal 77 sampai
dengan Pasal 84 mulai tahun 2010.
Dalam bab I diatur tentang Ketentuan Umum yang memberikan penjelasaan tentang istilahistilah teknis atau definisi-definisi PBB seperti pengertian
1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Pengertian ini
berarti bukan hanya tanah permukaan bumi saja tetapi betul-betul tubuh bumi dari
permukaan sampai dengan magma, hasil tambang, gas material yang lainnya.
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan.
Dalam pasal 77 ayat (2) Undang-Undang PDRD, disebutkan bahwa termasuk dalam pengertian
bangunan adalah :
a) jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
emplasemennya dan lain-lain yang satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut,
jalan TOL,
kolam renang,
pagar mewah,
tempat olah raga,
galangan kapal, dermaga,
taman mewah,
tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak,
fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan, dimana pengertian bumi dan/atau bangunan
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Bangunan, adalah kontruksi teknik yang di
tanam atau di lekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Tidak semua objek bumi dan bangunan akan dikenakan PBB, ada juga objek yang di
kecualikan dari pengenaan PBB adalah apabila sebagai berikut :
1. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksud-kan untuk
memperoleh keuntungan,
2. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu,
3. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum di bebani suatu
hak,
4. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik,
5. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan. Melihat pengertian subjek pajak tersebut, tidak jarang ada objek pajak
yang diakui oleh lebih dari satu orang subjek pajak, yang berarti ada satu objek pajak tetapi
memiliki beberapa wajib pajak.
1.1.2
Pengertian BPHTB
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan
diatasnya sebagaimana dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB menurut
perundang-undangan perpajakan yang menjadi Wajib Pajak.
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan adalah perbuatan (disengaja) atau peristiwa hukum (otomatis / tidak
disengaja) yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan. Contoh peristiwa hukum adalah warisan karena pemilik meninggal dunia.
Yang menjadi objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, meliputi :
Pemindahan hak karena :
1) jual beli;
2) tukar-menukar;
3) hibah;
4) hibah waris;
5) waris;
6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;
7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8) penunjukan pembeli dalam lelang;
9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
10) penggabungan usaha;
11) peleburan usaha;
12) pemekaran usaha;
13) hadiah;
Objek Pajak yang Tidak Dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh :
a) perwakilan diplomatic, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbale balik;
b) Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaanpembangunan
guna kepentingan umum;
c) badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri dengan
syarat tidak menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas
badan atau perwakilan organisasi;
d) orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum lain dengan tidak
adanya perubahan nama;
e) orang pribadi atau badan karena wakaf;
f) orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
1.1.3
dokumen untuk digunakan di pengadilan. Nilai bea meterai yang berlaku saat ini Rp. 3.000,00
dan Rp. 6.000,00 yang disesuaikan dengan nilai dokumen dan penggunaan dokumen.
Karakteristik Bea Materai :
a) Bea meterai tidak diperlukan nomor identitas baik untuk wajib pajak maupun objek pajak
b) Pembayaran bea meterai terjadi terlebih dahulu daripada saat terutang
c) Waktu pembayaran dapat dilakukan secara isidentil dan tidak terikat waktu
Bea meterai dikenakan terhadap dokumen yang berbentuk:
1) Surat perjanjian dan surat-surat lain yang dibuat dengan tujuan sebagai pembuktian
2)
3)
4)
5)
6)
1.2
1.2.1
No. 21 Tahun 1997 dan telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2000 (selanjutnya hanya disebut
UU BPHTB). Disebutkan bahwa BPHTB adalah bea yang dikenakan atas perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan.
Setiap perolehan hak atas tanah dan bangunan, warga negara diwajibkan membayar
BPHTB. Dalam bahasa sehari-hari BPHTB juga dikenal sebagai bea pembeli, jika perolehan
berdasarkan proses jual beli. Tetapi dalam UU BPHTB, BPHTB dikenakan tidak hanya dalam
perolehan berupa jual beli. Semua jenis perolehan hak tanah dan bangunan dikenakan BPHTB.
Sesuai bunyi pasal 2 Undang-undang BPHTB, yang menjadi objek BPHTB adalah
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Adapun, perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan tersebut meliputi:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Jual beli;
Tukar-menukar;
Hibah;
Hibah wasit;
Waris;
Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;
Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
Penunjukan pembeli dalam lelang;
Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
Penggabungan usaha;
Peleburan Usaha;
Pemekaran Usaha; dan
Hadiah.
Namun dari Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang sering terjadi dalam masyarakat
adalah:
1) Jual beli;
2) Tukar-menukar;
4
3) Hibah (Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan dari pemberi hibah, namun pemberi
hibah masih hidup);
4) Hibah wasit (Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan kepada penerima hibah namun
belaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia); dan
5) Waris.
1.2.3
undang No.13 tahun 1985 tertanggal 27 Desember 1985 tentang Bea Meterai (UUBM) untuk
menggantikan Aturan Bea Meterai 1921 (zegelverordening 1921).
Sedangkan pelaksanaan UUBM diatur dalam:
1) Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2000 tertanggal 20 April 2000 tentang Perubahan tarif
Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai
dan mulai berlaku tanggal 1 Mei 2000 (PP No.24/2000).
2) Keputusan Menteri Keuangan No.133b/KMK.04/2000 tertanggal 28 April 2000 tentang
pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara lain (Kep No.133b/2000).
3) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.SE-29/PJ.5/2000 tertanggal 20 Oktober 2000
tentang Dokumen Perbankan yang dikenakan Bea Meterai.
1.3
1.3.1
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan. Melihat pengertian subjek pajak tersebut, tidak jarang ada objek pajak
yang diakui oleh lebih dari satu orang subjek pajak, yang berarti ada satu objek pajak tetapi
memiliki beberapa wajib pajak. Bagaimana kalau hal ini terjadi, apakah semua menjadi terhutang
PBB?
Apabila terjadi statu kejadian dimana satu objek pajak dimiliki/dikuasai oleh beberapa
subjek pajak atau satu objek pajak belum diketahui dengan jelas siapa Wajib Pajaknya, maka hal
pertama yang perlu dilakukan adalah melihat perjanjian (agreement) antara para pihak yang
berkepentingan terhadap objek pajak tersebut. Dalam perjanjian tersebut salah satu pasalnya
biasanya membahas siapa yang akan melakukan kewajiban pembayaran pajak termasuk pajak
Bumi dan Bangunan. Apabila dalam perjanjian tidak disebutkan atau memang terjadi lebih dari
satu yang memanfaatkan objek pajak sehingga belum diketahui siapa yang menjadi wajib pajak
Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajaknya (UU No 12 tahun 1994 Pasal 4 ayat
3).
Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, apakah setiap yang membayar PBB adalah
pemilik atas objek pajak tersebut? Surat tanda pemberitahuan atau dikenal dengan sebutan SPPT
(Surat Pembayaran Pajak Terhutang) atau bukti pelunasan bukanlah bukti pemilikan hak. Surat
Tagihan Pajak atau bukti pembayaran PBB adalah semata mata untuk kepentingan perpajakan
dan tidak ada kaitannya dengan status atau hak pemilikan atas tanah dan/atau bangunan.
5
Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan, dimana pengertian bumi dan/atau bangunan
adalah sebagai berikut :
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah
Indonesia, dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Bangunan, adalah kontruksi teknik yang di
tanam atau di lekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Tidak semua objek bumi dan bangunan akan dikenakan PBB, ada juga objek yang di kecualikan
dari pengenaan PBB adalah apabila sebagai berikut :
1) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksud-kan untuk
memperoleh keuntungan,
2) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu,
3) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum di bebani suatu
hak,
4) digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik,
5) digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
6) Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
1.3.2
atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB menurut
perundang-undangan perpajakan yang menjadi Wajib Pajak.
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan adalah perbuatan (disengaja) atau peristiwa hukum (otomatis / tidak
disengaja) yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang
pribadi atau badan. Contoh peristiwa hukum adalah warisan karena pemilik meninggal dunia.
Yang menjadi objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, meliputi :
Pemindahan hak karena :
1) jual beli;
2) tukar-menukar;
3) hibah;
4) hibah waris;
5) waris;
6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;
7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8) penunjukan pembeli dalam lelang;
9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
10) penggabungan usaha;
11) peleburan usaha;
12) pemekaran usaha;
13) hadiah;
6
1.3.3
PBB
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan atas Obyek Pajak Bumi dan
Bangunan sebesar 0,5 % ( lima persepuluh persen ).
BPHTB
Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah 5 (lima persen).
TARIF BEA METERAI
Besarnya tarif bea meterai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
DOKUMEN
TARIF
Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan Rp6.000,00
tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata
Akta-akta Notaris termasuk salinannya
Rp6.000,00
Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep
Rp6.000,00
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di Rp6.000,00
muka Pengadilan, yaitu:
Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan
Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai
berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau
digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.
Surat yang memuat jumlah uang, yang menyebutkan
penerimaan uang:
1) Yang mempunyai harga nominal sampai dengan Tidak dikenakan
Rp250.000,00
2) Yang mempunyai
harga
nominal
lebih
dari
dari
Rp6.000,00
Rp1.000.000,00
Surat yang memuat jumlah uang, yang
Rp3.000,00
menyatakan
Bank:
1) Yang mempunyai harga nominal sampai dengan Tidak dikenakan
Rp250.000,00
2) Yang mempunyai
harga
nominal
lebih
dari
dari
Rp1.000.000,00
Surat yang memuat jumlah uang, yang berisi pemberitahuan
Rp3.000,00
Rp6.000,00
harga
nominal
lebih
dari
dari
Rp1.000.000,00
Surat yang memuat jumlah uang, yang berisi pengakuan
Rp3.000,00
Rp6.000,00
harga
nominal
lebih
dari
dari
Rp3.000,00
Rp6.000,00
Rp1.000.000,00
1) Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep:Yang
mempunyai
harga
Rp250.000,00
2) Yang mempunyai
nominal
harga
sampai
nominal
lebih
dari
dari
Rp3.000,00
Rp6.000,00
Rp1.000.000,00
Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif Rp3.000,00
sebesar Rp3.000,00 tanpa batas pengenaan besarnya harga
nominal
Efek dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang:
1) Mempunyai
harga
nominal
sampai
dengan Rp3.000,00
Rp1.000.000,00
2) Mempunyai harga nominal lebih dari Rp1.000.000,00
Rp6.000,00
harga
nominal
sampai
dengan Rp3.000,00
Rp1.000.000,00
2) Mempunyai harga nominal lebih dari Rp1.000.000,00
Rp6.000,00
Jumlah uang ataupun harga nominal yang disebut di atas termasuk juga jumlah uang
ataupun harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang asing.Untuk menentukan nilai
rupiahnya maka jumlah uang atau harga nominal tersebut dikalikan dengan nilai tukar yang
ditetapkan oleh Menteri keuangan yang berlaku pada saat dokumen itu dibuat, sehingga dapat
diketahui apakah dokumen tersebut dikenakan atau tidak dikenakan Bea Meterai.
Pihak-pihak yang memegang surat perjanjian atau surat-surat lainnya, seperti surat kuasa,
surat hibah, dan surat pernyataan, dibebani kewajiban untuk membayar Bea Meterai atas surat
perjanjian atau surat-surat yang dipegangnya.
1.4.2
Tata Cara Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PBB & BPHTB dan Bea Materai
Rumus perhitungan di atas dapat dibuat dengan urutan perhitungan sebagai berikut :
Nilai jual Objek Pajak bumi/tanah: luas x NJOP per m2
xxx
xxx (+)
xxx
xxx (-)
xxx
xxx
xxx
Contoh 1
Wajib Pajak CV Perdana mempunyai objek pajak berupa :
Rp 268.000.000
NJOP bangunan :
9
Rp 202.000.000
Rp 19.600.000
Rp 180.000.000 (+)
Rp 669.600.000
- NJOPTKP (diketahui)
Rp 10.000.000 (-)
Rp 659.600.000
Rp 131.920.000
= Rp.
8.000.000,10
7.500.000,-
Rp. 15.500.000,-
= Rp. 9.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
Desa Wlingi :
NJOP Bumi
Rp.
8.000.000,-
NJOP Bangunan =
Rp.
7.500.000,-
NJOPTK
Rp. 12.000.000
NJOP utk
Perhitungan PBB
Rp. 3.500.000,-
Desa Bendo :
NJOP Bumi
= Rp. 9.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
NJOPTK
Rp.
0,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB
Rp. 15.000.000,-
11
Tuan Poneng adalah seorang pengusaha terkenal memiliki 2 buah rumah yang terletak di
Blitar. Objek pertama terletak di jalan semeru dan objek kedua terletak di jalan raya rinjani.
Diketahui objek pertama NJOP bumi sebesar Rp. 1.000.000.000,- (1 M) dan NJOP bangunan Rp.
3.500.000,- (3,5 M) sedangkan untuk yang kedua diketahui NJOP bumi sebesar Rp.
1.000.000.000,- (1 M) dan NJOP Bangunan sebesar Rp. 4.500.000.000,- (4,5 M). Hitunglah PBB
terhutang Tuan Poneng atas kedua objek tersebut.
Jawab :
NJOP terbesar adalah terletak pada NJOP di Jalan Raya Rinjani dengan :
NJOP Bumi
= Rp. 1. 000.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp. 4.500.000.000,- +
= Rp. 5.500.000.000,-
NJOPTKP
= Rp.
12.000.000,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB
Rp. 5.488.000.000,-
Jl. Semeru :
NJOP Bumi
= Rp. 1.000.000.000,-
NJOP bangunan
= Rp. 3.500.000.000,- +
= Rp. 4.500.000.000,-
NJOPTKP
= Rp.
0,- (-)
NJOP utk
Perhitungan PBB
= Rp. 4.500.000.000,-
Rp.9.988.000.000.
xxx
xxx (-)
xxx
xxx
Jika perolehan hak atas tanah dan bangunan tersebut karena waris/hibah
wasiat/pemberian hak pengelolaan, maka BPTHB yang harus dibayar adalah :
BPHTB = 50 % x BPHTB yang terutang
Contoh :
Tuan Akbar membeli tanah dan bangunan dengan nilai perolehan objek pajak Rp 500.000.000.
Besarnya BPHTB yang terutang dihitung sebagai berikut :
NPOP
Rp 500.000.000
NPOPTKP
Rp 60.000.000 (-)
13
NPOPKP
Rp 440.000.000
Pada saat WP memperoleh Surat Tagihan BPHTB jumlah yang harus dibayar oleh WP adalah
sebesar BPHTB terutang yang tidak atau kurang bayar dalam Surat Tagihan BPHTB ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebukan untuk jangka waktu paling lama 24
bulan Sejas saat terutangnya BPHTB.
Tata Cara Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Bea Materai
a. contoh dokumen perbankan yang dikenakan bea meterai
JENIS DOKUMEN
Perjanjian pembukaan rekening giro
Rekening Koran bulanan khusus giro
TARIF
Rp6.000,00
Berdasarkan harga
Surat Kuasa
Sertifikat Deposito
nominal*
Rp6.000,00
Berdasarkan harga
Deposito Berjangka
nominal*
Berdasarkan harga
nominal*
Berdasarkan harga
pemindahbukuan)
Deposito on call (dalam bentuk sertifikat)
nominal*
Berdasarkan harga
14
nominal*
Berdasarkan harga
nominal*
Rp6.000,00
Rp3.000,00
Berdasarkan harga
nominal*
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Berdasarkan harga
nominal*
Berdasarkan harga
nominal*
Berdasarkan harga
nominal*
Rp6.000,00
Berdasarkan harga
nominal*
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
guarantee)
Jaminan (counter guarantee)
Perjanjian permohonan plafon untuk pengeluaran Bank
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Garansi
Aplikasi permohonan pengeluaran/perubahan Bank Garansi
Rp6.000,00
Berdasarkan harga
nominal*
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Berdasarkan harga
Pengakuan hutang
nominal*
Berdasarkan harga
nominal*
Berdasarkan harga
nominal*
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Rp6.000,00
Catatan:
15
pihak
Dokumen yang dibuat oleh lebih
perjanjian tersebut.
Saat akan digunakan di Indonesia, dengan cara
negeri
Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
penerima kuitansi.
Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 pihak atau lebih, misalnya surat Perjanjian di bawah
tangan, maka masing-masing pihak terutang Bea Meterai atas dokumen yang
diterimanya.
Jika surat perjanjian dibuat dengan akta Notaris, maka Bea Meterai yang terutang baik
atas asli sahih yang disimpan oleh Notaris maupun salinnya yang diperuntukkan pihakpihak yang bersangkutan terutang oleh pihak-pihak yan mendapat manfaat dari dokumen
tersebut, yang dalam contoh ini adalah pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Jika pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain, maka Bea Meterai
terutang oleh pihak atau pihak-pihak yang ditentukan dalam dokumen tersebut.
Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara Lain (Membubuhkan Tanda Bea Meterai
Lunas)
Pelunasan Bea meterai dengan cara lain sebagaimana yang ditetapkan dalam KMK133b/KMK.04/2000 tentang pelunasan bea meteraidengan menggunakan cara lain, ditetapkan
cara pelunasan bea meterai dengan cara lain, yakni
1)
2)
3)
4)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selain menggunakan benda meterai, bea meterai atas
dokumen dapat dilunasi dengan menggunakan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Salah satu alat pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara lain yang digunakan untuk
membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas adalah Mesin Teraan Meterai.
Mesin Teraan ada 2 jenis, yaitu:
1.
2.
Mesin Teraan Meterai Manual adalah Mesin Teraan Meterai yang cara pengisian depositnya
dilakukan dengan system mekanik yaitu dengan membuka memasang segel timah.
Mesin Teraan Meterai Digital adalah Mesin Teraan Meterai yang cara pengisian depositnya
dilakukan dengan system elektronik.
Misalnya: Mesin Teraan Meterai system Deposit Code Recrediting (DCR) atau system sejenis
lainnya.
Deposit Code Recrediting (DCR) adalah suatu metode pengisian deposit dengan menggunakan
aplikasi kode deposit. Aplikasi kode Deposit adalah suatu aplikasi yang membangkitkan dan
mengatur kode deposit Mesin Teraan Meterai digital, yang diinstal dalam server yang diletakkan
di Derektorat Teknologi Informasi Perpajakan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Deposit adalah Penyetoran Bea Meterai dimuka oleh penerbit dokumen yang akan melakukan
pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Mesin Teraan Meterai.
Wajib Pajak yang akan menggunakan Mesin Teraan Meterai Digitalharus melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) mendaftarkan Mesin Teraan Meterai Digital dengan melampirkan surat keterangan layak
pakai yang diterbitkan oleh Distributor Mesin Teraan Meterai Digital ke Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi domisili atau tempat tinggal wajib Pajak
b) setelah mendapat izin penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital dari kantor Pelayanan
Pajak, Wajib Pajak membayar deposit ke Kantor Penerimaan Pembayaran yang sudah
online
18
c) mengisi kode deposit yang dihasilkam oleh system Deposit Code Recrediting (DCR) ke
dalam Mesin Teraan Meterai Digital yang akan digunakannya.
Kantor Pelayanan Pajak setelah meneliti permohonan pendaftaran dari wajib pajak akan:
a) menerbitkan izin penggunaan Mesin Teraan Meterai Digital paling lambat 7 hari sejak
surat permohonan diterima lengkap
b) memasukkan informasi mengenai identitas Wajib pajak, dan identitas/nomor seri Mesin
Teraan Digital ke dalam Server e-Meterai. Server e-Meterai adalah server milik
Direktorat Jenderal Pajak yang berfungsi melakukan verifikasi pembayaran deposit dan
melayani Aplikasi Kode Deposit.
Modul Penerimaan Negara (MPN) yang berada di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak setelah
menerima deposit pembayaran secara otomatis memberitahukan adanya pembayaran tersebut
kepada Server e-Meterai. Selanjutnya, server Aplikasi Kode Deposit setelah menerima informasi
pembayaran deposit dari Server e-Meterai:
a) Secara otomatis membangkitkan kode deposit yang diperuntukkan khusus bagi mesin
yang akan diiisi depositnya
b) Secara otomatis menginformasikan kode deposit tersebut kepada Wajib pajak melalui
faksimili, e-mail, sms, terminal data, atau cara lain.
C.
D.
E.
- pembayaran Bea Meterai di muka sebesar jumlah dokumen yang harus dilunasi
Bea Meterai, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Kas Negara melalui
Bank Persepsi.
- mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan mencantumkan jenis dokumen yang akan dilunasi Bea Meterai dan
jumlah Bea Meterai yang telah dibayar.
3. Perum Peruri dan perusahaan sekuriti yang melakukan pembubuhan tanda Bea
Meterai Lunas pada cek, bilyet giro, atau efek dengan nama dan dalam bentuk
apapun, harus menyampaikan laponan bulanan kepada Direktur Jenderal Pajak
paling lambat tanggal 10 setiap bulan.
4. Pelunasan Bea Meterai bagi dokumen yang dibuat di Luar Negeri
Dokumen yang dibuat di luar negeri tidak dikenakan Bea Meterai sepanjang tidak
digunakan di Indonesia.
kemudian
wajib
dilakukan
oleh
pemegang
dokumen-dokumen
dengan
menggunakan:
a. Meterai Tempel atau
b. Surat Setoran Pajak
21
Pemetarain kemudian dengan menggunakan Meterai Tempel atau Surat Setoran Pajak harus
disahkan oleh Pejabat Pos
Lembar kesatu dan lembar ketiga Surat Setoran Pajak yang digunkan untuk pemeteraian
kemudian harus dilampirkan dengan daftar dokumen yang dimeteraikan kemudian dan daftar
dokumen tesebut merupakan lampiran dari lembar dan lembar ketiga Surat Setoran Pajak yang
tak terpisahkan.
Pengesahan atas pemeteraian kemudian dapat dilakukan setelah pemegang dokumen membayar
denda.
Besarnya Bea Meterai yang harus dilunasi dengan cara pemeteraian kemudian adalah:
a. Atas dokumen yang semula tidak terutang bea Meterai namun akan digunakan sebagai
alat pembuktian di muka pengadilan adalah sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai
denga peraturan yang berlaku pada saat pemeteraian kemudian dilakukan
b. Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya adalah sebesar Bea
Meterai yang terutang
c. Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia adalah
sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat
pemeteraian kemudian dilakukan
1.5
NJKP
= NJOP NJOPTKP
Dimana NJOP
22
Rp.
8.000.000,-
NJOP Bangunan =
Rp.
7.500.000,-
Total
Rp. 15.500.000,-
Rp. 9.000.000,-
NJOP Bangunan
Rp. 6.000.000,-
Total
NJOP Bumi
Rp.
8.000.000,-
NJOP Bangunan
Rp.
7.500.000,-
NJOPTKP
Rp. 12.000.000
Rp. 3.500.000,-
Desa Bendo :
NJOP Bumi
Rp. 9.000.000,-
NJOP Bangunan
Rp. 6.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
NJOPTKP
Rp.
0,- (-)
Rp. 15.000.000,-
= Rp. 1. 000.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp. 4.500.000.000,- +
= Rp. 5.500.000.000,-
NJOPTKP
= Rp.
12.000.000,- (-)
23
Rp. 5.488.000.000,-
Jl. Semeru :
NJOP Bumi
= Rp. 1.000.000.000,-
NJOP bangunan
= Rp. 3.500.000.000,- +
= Rp.
0,- (-)
PBB Terhutang
= Tarif x NJKP
= Tarif x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,5% x 40% x 9.988.000.000.
= Rp. 19.970.000,-
Tuan Boni seorang pegawai negeri yang memiliki 2 buah rumah pada suatu Kawasan
Real Estate bernama Pondok Indah. Objek pertama terletak di Pondok Indah Estate dengan
NJOP sebesar Rp. 28.000.000,- dan NJOP Bangunan sebesar Rp. 23.500.000,- Untuk Objek
kedua terletak di Puncak Dieng dengan NJOP Bumi sebesar Rp. 31,000,000,- dan NJOP
Bangunan sebesar Rp. 10.000.000,-. Hitunglah PBB terhutang pada tahun 2007 dari Tuan Boni !
Jawab :
Rumah di kawasan Pondok Indah :
NJOP Bumi
= Rp. 28.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp. 23.500.000,-
Total NJOP
= Rp, 31.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp, 10.000.000,-
Total NJOP
= Rp. 41.000.000,-
= Rp. 28.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp. 23.500.000,-
NJOPTKP
Rp 29.500.000,-.
24
= Rp. 31.000.000,-
NJOP Bangunan
= Rp. 10.000.000,-
= Rp. 41.000.000,-
NJOPTKP
= Rp.
0,- (-)
Rp. 41.000.000,-
= Tarif x NJKP
= Tarif x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,5% x 20% x Rp. 70.500.000,= Rp. 70,500,-
Pak Edo mempunyai tanah yang luasnya 800 m 2 dengan harga jual Rp300.000,00/m2. Di
atas tanah berdiri bangunan yang luasnya sebesar 400 m2 dan mempunyai nilai jual
Rp350.000,00/m2. Selain bangunan, Pak Edo juga mempunyai taman mewah seluas 200 m2
dengan nilai jual Rp50.000,00/m2. Apabila ditetapkan nilai jual kena pajak sebesar 20%,
berapakah besarnya tarif pajak PBB yang ditanggung Pak Edo?
Jawab:
Nilai jual tanah 800 m2 Rp300.000,00/m2
Nilai jual bangunan 400 m2 Rp350.000,00/m2
Nilai jual tanah mewah 200 m2 Rp50.000,00/m2
Nilai jual sebagai dasar pengenaan pajak
- NJOPTKP
= Rp 240.000.000,00
= Rp 140.000.000,00
= Rp 10.000.000,00 +
= Rp 390.000.000,00
= Rp 8.000.000,00 _-
- NJOPKP
= Rp 382.000.000,00
= Rp76.400.000,00
= Rp. 100.000.000,-
NPOPTKP
= Rp. 60.000.000,-
NPOPKP
= Rp. 40.000.000,-
= Rp. 800.000.000,-
NPOP TKP
= Rp. 300.000.000,-
NPOP KP
= Rp. 500.000.000,-
BPHTB yang seharusnya terhutang = 5% x Rp. 500.000.000 = Rp. 25.000.000,BPHTB Terhutang = 50% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 12.500.000,Budi menerima hibah wasiat dari ayak kandungnya sebidang tanah dan bangunan dengan
nilai pasar Rp. 500.000.000,-, SPPT NJOP-nya Rp. 450.000.000 Apabila NPOPTKP ditetapkan
Rp. 300.000.000, maka BPHTBnya adalah :
Jawab :
NPOP
= Rp. 500.000.000,-
NPOPTKP
= RP. 300.000.000,-
NPOPKP
= Rp. 200.000.000,-
BPHTB yang seharusnya terhutang = 5% x Rp. 200.000.000 = Rp. 10.000.000,BPHTB Terhutang = 50% x Rp. 10.000.000 = Rp. 5.000.000,Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak yatim memperoleh hibah wasiat sebidang Tanah dan
Bangunan dengan nilai pasar Rp. 1.000.000.000,00. SPPT dengan NJOP Rp. 900.000.000.
Apabila NPOP TKP Rp. 300.000.000, maka BPHTB adalah :
Jawab :
NPOP
= Rp. 1.000.000.000,-
NPOPTKP
= Rp. 300.000.000,-
NPOPKP
= Rp. 700.000.000,-
BPHTB seharusnya terhutang = 5% x Rp. 700.000.000,- = Rp. 35.000.000,BPHTB yang terhutang = 50% x Rp. 35.000.000,- = Rp. 17.500.000,-
Seseorang membeli sebuah rumah di Jakarta dengan luas tanah 200 m dan luas bangunan
100 m. Berdasarkan NJOP, harga tanah Rp700.000 per m dan nilai bangunan Rp600.000 per
m. Berapa besaran BPHTB yang harus dikeluarkan oleh pembeli rumah tersebut?
Jawab :
Harga Tanah: 200 m x Rp700.000
Harga Bangunan: 100 m x Rp600.000
=
=
Rp
Rp
140.000.000
60.000.000 +
26
=
=
Rp
Rp
200.000.000
60.000.000 -
Rp
140.000.000
= Rp
7.000.000
27
Apabila setiap pembuatan bukti pembayaran, bendahara sebagai pihak penerima kuitansi
terutang bea meterai sebesar:
a. Rp3.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya di atas Rp250.000,00 s.d.
Rp1.000.000,00;
b. Rp6.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya di atas Rp1.000.000,00
Belanja Modal
a. Bendahara satker Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purbalingga melakukan pembelian 4
(empat) buah printer seharga Rp20.000.000,00 dari CV Susanto
b. Taufik Hidayat yang merupakan bendahara satker Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Purbalingga melakukan pembelian komputer kepada CV Wijaya dengan harga pembelian
Rp11.000.000,00, (sudah termasuk PPN).
c. Inspektorat Provinsi Jambi akan melakukan pembangunan gedung kantor Inspektorat
Provinsi. Adapun yg menjadi pemenang tender adalah PT Jaya Karya sebagai pelaksana
konstruksi dan Tuan Zaky, seorang PKP, sebagai perencana konstruksi. PT Jaya Karya
adalah perusahaan konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha menengah (dibuktikan
dengan sertifikasi pelaksana konstruksi dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi),
sedangkan Tuan Zaky adalah konsultan sipil yang memiliki sertifikasi untuk perencanaan
konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil. Nilai proyek berdasarkan Kontrak adalah
sebesar Rp5.000.000.000,00 (tidak termasuk PPN).
d. Bendahara Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (00.695.754.0-721.000)
akan membangun gedung kantor yang baru. Untuk keperluan gedung tersebut, kantor
Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Tengah akan melakukan pembebasan tanah
seluas 2.000 m2 yang dimiliki oleh Bapak Nasrun (14.495.723.0-721.000) seluas 800 m2
(NOP 63.07.040.005.451.0010.0) dan Ibu Mega (08.614.284.0-721.000) seluas 1200 m2
(NOP 63.07.040.005.451.0054.0). NJOP Tahun 2013 atas tanah tersebut adalah
Rp400.000,00/m2 untuk tanah Bapak Nasrun dan Ibu Mega. Atas pembebasan lahan
tersebut Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menetapkan ganti rugi
sebesar Rp400.000,00/m2. Bendahara Pemda Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Wahyono,
mengajukan SPM kepada KPPN untuk membayar ganti rugi pembebasan lahan kepada
Bapak Nasrun dan Ibu Mega. SP2D diterbitkan KPPN pada tanggal 25 Maret 2013.
e. Dinas Pekerjaan Umum akan melakukan pembayaran ganti rugi pembebasan tanah untuk
pembuatan saluran irigasi kepada Tuan Moelyana sebesar Rp75.000.000,00.
f. Untuk acara rapat koordinasi daerah, Bendahara Pemda Kota Gorontalo (00.875.469.0822.000) menunjuk CV Sedap (02.425.743.2-822.000) beralamat di Jalan Inspeksi
Kalimalang Nomor 40-42 Gorontolo yang bergerak di bidang jasa catering untuk
menyediakan konsumsi rapat tersebut. Kontrak yang disepakati untuk jasa katering
28
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: Andi
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunanbphtb-penjelasan-arti-definisi-pembayaran-sanksi-perhitungan-dsb.html
29
30