Oleh :
Kevin Agustinus 1451110
Muhammad Fauzi Siregar 1551195
Kelas AK-B
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
2.1 Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ...... 2
2.1.1 Filosofi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) ... 2
i
2.8.1 Keberatan BPHTB ........................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.Perolehan Hak atas
Tanah dan atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi
atau badan.
Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, beserta
bangunan diatasnya sebagaimana dalam undang-undang nomor 5 tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
2
saja, demikian pula membayar BPHTB terutang. Hal ini tentunya
berbeda dengan pajak, yang harus dibayar sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dikenakan terhadap
orang atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Perolehan atas suatu hak atas tanah dan atau bangunan ini bisa diartikan
bahwa orang atau badan tersebut mempunya nilai lebih atas tambahan atau
perolehan hak tersebut. Dimana tidak semua orang mempunyai
kemampuan lebih untuk mendapatkan tanah dan atau bangunan.
3
membayar BPHTB menurut perundang-undangan perpajakan yang
menjadi Wajib Pajak.
4
2. Pemberian hak baru karena :
a. pelanjutan pelepasan hak;
b. diluar pelepasan hak
Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun atau hak
pengelolaan.
5
Hak guna usaha , yaitu hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana yang
ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku,
Hak guna bangunan, adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka
waktu yang ditetapkan dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria,
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang
lain sesuai dengan perjanjian, yang bukan perjanjian sewa menyewa
atau perjanjian pengolahan tanah sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
2. Diatur dalam UU Rumah Susun (UU No. 16 / 1985):
Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik atas satuan yang
bersifat bagian bersama benda bersama, tanah bersama yang semuanya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang
bersangkutan,Diatur dalam PP No. 8 Tahun 1953:
3. Hak pengelolaan yaitu hak menguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaanya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara
lain berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan
tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian dari tanah
tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
6
5. Pemasukan dalam perseroan atau Nilai pasar
badan hokum lainnya
6. Pemberian atas hak baru atas tanah Nilai pasar
sebagai kelanjutan dari pelepasan
hak
7. Pemberian hak baru atas tanah Nilai pasar
diluar pelepasan hak
8. Penggabungan,peleburan,dan Nilai pasar
pemekaran usaha
9. Hadiah Nilai pasar
10. Penunjukan pembeli dalam lelang Harga transaksi yang
tercantum dalam risalah
lelang
Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah paling tinggi
5% (lima persen). Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
selanjutnya ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pemerintah mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2016 Tentang Tarif Baru PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah
dan Bangunan. Dimana PP ini akan berlaku 30 hari sejak tanggal 8
Agustus 2016. Dengan demikian PP No. 34 Tahun 2016 ini akan berlaku
mulai tanggal 8 September 2016.
Peraturan Pemerintah ini mengatur bahwa penghasilan atas transaksi
tanah/bangunan baik dengan Akta Jual Beli (AJB) atau akta pengalihan
hak lainnya seperti Akta Pengoperan Hak ataupun peralihan hak yang
7
masih dalam bentuk Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) akan
diberlakukan tarif baru, sebagai berikut:
a. Untuk obyek Non Rusun dan Rumah Sederhana Sehat (RSH), Rumah
Sederhana Tapak (RST) oleh Developer, PPh Penjual adalah 2.5%
dari nilai transaksi.
b. Untuk obyek Rusun dan Rumah Sederhana Sehat (RSH), Rumah
Sederhana Tapak (RST) oleh Developer besarnya PPh final adalah 1%
dari nilai transaksi.
c. Transaksi kepada pemerintah tarif PPh 0%
Tentu saja peraturan ini disambut positif oleh developer karena akan
membuat harga jual properti menjadi lebih rendah, dengan demikian
diharapkan semakin banyak masyarakat yang sanggup membeli rumah.
Dan pada gilirannya membuat dagangan developer laris manis.
Apa hubungannya dengan harga jual properti? Kan yang dikenakan
pajak adalah developer? Memang secara kewajiban PPh adalah kewajiban
developer, tapi sebenarnya uangnya sudah diperhitungkan dalam harga
jual properti. Untuk diketahui bahwa biaya-biaya yang timbul karena jual
beli properti yang menjadi kewajiban developer semuanya sudah
diperhitungkan dalam harga jual properti tersebut, seperti PPh final, biaya
AJB dan Notaris dan biaya lainnya.
Ada juga developer yang memasukkan kewajiban pembeli ke dalam
harga properti, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan biaya-biaya yang timbul karena
pembelian dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Ini tergantung
kreatifitas dan style developer saja dalam menerapkan marketing gimmick.
Jadi ujung-ujungnya semakin besar pajak yang harus ditanggung oleh
developer maka semakin mahallah harga properti tersebut, berlaku
sebaliknya jika pajaknya ringan maka harga jual properti bisa ditekan.
8
Jika NPOP lebih rendah dari NJOP atau NPOP tidak diketahui maka
dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP PBB pada tahun
terjadinya perolehan
2. Bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :
NJOP-NPOPTKP = NPOPKP x 5% = Pajak Yang Terutang
Besarnya Nilai Perolehan Objek Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)
ditetapkan paling rendah sebesar Rp 60.000.000.
3. Perhitungan BPHTB karena Waris dan Hibah Wasiat :
NPOP-NPOPTKP = NPOPKP x 5% = Pajak Yang Terutang
Besarnya NPOPTKP untuk waris dan hibah wasiat ditetapkan paling
rendah sebesar Rp 300.000.000
9
l. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
akta;
m. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
n. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
o. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
Tempat BPHTB terutang adalah di wilayah Kabupaten, Kota, atau Propinsi yang
meliputi letak tanah dan bangunan
10
belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terutang setelah diterbitkannya SKBKB. Jumlah kekurangan
pajak yang terutang dalam SKBKBT ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pajak tersebut, kecuali wajib pajak melaporkan
sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
11
c. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Nihil.
2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan
Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan
atau Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan Nihil oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka
(1), kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka
waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada angka (2) dan angka (3) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan
sehingga tidak dipertimbangkan.
5. Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh pejabat
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda
pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti
penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan Wajib Pajak.
6. Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan
keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan
secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak.
7. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak.
8. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi
keputusan atas keberatan yang diajukan.
12
9. Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat
menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.
10. Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa
mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah
besarnya jumlah pajak yang terutang.
13
Pajak pribadi menerima hibah dari orang pribadi yang mempunyai
hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke
atas atau satu derajat ke bawah.
2. kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu,
contoh;
Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian
dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya di bawah
Nilai Jual Objek Pajak;
Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti
atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan
umum yang memerlukan persyaratan khusus;
Wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter
yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional
sehingga Wajib Pajak harus melakukan restrukturisasi usaha dan
atau utang usaha sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.
3. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau
pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan, contohnya;
Tanah dan atau bangunan yang digunakan, antara lain, untuk panti asuhan,
panti jompo, rumah yatim piatu, pesantren, sekolah yang tidak ditujukan
mencari keuntungan, rumah sakit swasta Institusi Pelayanan Sosial
Masyarakat.
2.10 Pertanyaan :
Kelompok 1 : Apa saja persyaratan untuk melakukan pembayaran BPHTB dan
dimanakah pembayaran BPHTB dilakukan ?
Kelompok 2 : Jelaskan mengenai surat tagihan BPHTB ? Dan kapan surat tagihan
BPHTB diterbitkan ?
Kelompok 3 : Bagaimana cara perusahaan membayar BPHTB apabila perusahaan
tersebut berasal dari 2 penggabungan usaha yang berbeda ?
Kelompok 5 : Bagaimana bila wajib pajak keberatan untuk membayar BPHTB ?
Kelompok 6 : Bagaimana bila hak tanah dihibahkan untuk panti asuhan ? Apakah
tetap kena BPHTB ?
14
Kelompok 7 : Apakah BPHTB bisa dibayar di kantor notaris ?
Kelompok 8 :Kapan BPHTB harus dibayarkan ? Apakah ada jatuh tempo untuk
pembayaran BPHTB ?
Kelompok 9 : Apakah tarif pajak daerah / kota itu sama ?
Kelompok 10 : Apakah BPHTB itu dibayar pada saat akta tanah sudah keluar apa
belum ?
Kelompok 11 : Apabila membeli tanah warisan di luar negeri, apakah
berpengaruh terhadap BPHTB ? Dan apakah status WNA/WNI juga berpengaruh
terhadap BPHTB?
Pertanyaan Tambahan : Apakah perbedaan hibah, hibah wasiat dan waris ? Dan
berikan contoh perhitungan hibah, hibah wasiat dan waris.
Jawaban :
1. Syarat mengurus BPHTB :
Untuk jual beli, persyaratan antara lain sebagai berikut:
1. SSPD BPHTB
2. Fotokopi SPPT PBB untuk tahun yang bersangkutan
3. Fotokopi KTP Wajib Pajak
4. Fotokopi STTS/Struk ATM bukti pembayaran PBB untuk 5 tahun terakhir
5. Fotokopi Bukti Kepemilikan Tanah (Sertifikat, Akta Jual Beli, Letter C/
atau Girik
Jika untuk hibah, waris atau jual beli waris sebagai berikut:
1. SSPD BPHTB
2. Fotokopi SPPT PBB untuk tahun yang bersangkutan
Fungsi : untuk mengecek kebenaran Data NJOP pada SSPD BPHTB
3. Fotokopi KTP Wajib Pajak
4. Fotokopi STTS/Struk ATM bukti pembayaran PBB untuk 5 tahun terakhir
Fungsi : untuk mempermudah melakukan penagihan, jika masih ada
piutang PBB, karena biasanya pembeli tidak mau ditagih pajaknya
sebelum tahun dialihkan.
15
5. Fotokopi Bukti Kepemilikan Tanah (Sertifikat, Akta Jual Beli, Letter C/
atau Girik)
Fungsi : untuk mengecek ukuran luas tanah, luas bangunan, tempat/ lokasi
tanah dan atau bangunan, dan diketahui status tanah yang dialihkan.
6. Fotokopi Surat Keterangan Waris atau Akta Hibah
Fungsi : dibutuhkan untuk memberikan pengurangan pada setiap transaksi.
7. Fotokopi Kartu Keluarga
Pajak yang terutang dibayar ke kas negara melalui Kantor Pos dan atau Bank
Badan Usaha Milik Negara atau Bank Usaha Milik Daerah atau Tempat
Pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan Surat Setoran
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (SSB)
2. Menurut Peraturan Bupati Pekalongan No.13, 2012 tentang sistem dan prosedur
pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan bahwa prosedur
penerapan SSPD BPHTB merupakan proses yang dilakukan Seksi Pelayanan
Umum dalam menetapkan tagihan BPHTB terutang yang disebabkan karena
BPHTB terutang menurut SSPD BPHTB; tidak/kurang dibayar, salah tulis, salah
hitung, dan kena bunga/denda.
Prosedur penetapan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar BPHTB/ Kurang
Bayar Tambahan BPHTB merupakan proses yang dilakukan Seksi Pelayanan
Umum dalam memeriksa BPHTB yang masih kurang dibayar atas SSPD BPHTB
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun semenjak dibayar oleh Wajib Pajak atau atas
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Kurang Bayar dalam jangka waktu 5
(lima) tahun semenjak diterbitkan.
16
dikenakan PPh final dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Apabila pengalihan dilakukan dalam rangka merger perusahaan, BPHTB
dikenakan tarif 5% dari nilai jual kena pajak (selisih antara harga jual dengan nilai
jual objek pajak tidak kena pajak).
4. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya SKP yang dapat dibuktikan
dengan cap pos, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan terhadap :
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kurang Bayar
(SKBKB)
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kurang Bayar
Tambahan (SKBKBT)
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Lebih Bayar (SKBLB)
Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Nihil (SKBN)
Syarat pengajuan keberatan :
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
Mengemukakan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan
wajib pajak dengan disertai alasan yang jelas dengan
mengemukakan data atau bukti bahwa jumlah pajak yang terutang
atau pajak lebih bayar yang ditetapkan oleh fiskus tidak benar
5. Untuk hibah ke panti asuhan tetap di kenakan BPHTB jika hibahkan untuk
kegiatan sosial maka akan di atur lagi oleh pemerintahan setempat.
17
6. Pejabat pembuat Akta Tanah / Notaris hanya dapat menandatangani akta
pemindahan hak atas tanah atau bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan
bukti pembayaran berupa SSB. Kewajiban PPAT/Notaris yaitu melaporkan
pembuatan akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan kepada Direktorat
Jenderal Pajak selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya. Jadi
pembayaran BPHTB tetap dilakukan di Bank ataupun Kantor Pos.
7. Menurut ketentuan pasal 9 ayat (1) UU BPHTB No. 20 tahun 2000 menyatakan
bahwa saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah
sebagai berikut : Pajak terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak,
dengan kata lain saat terutang pajak BPHTB adalah merupakan saat untuk wajib
membayar pajak.
8. Menurut kelompok kami tarif yang dikenakan pada wilayah daerah (provinsi)
dan kabupaten/kota itu berbeda-beda dan tergantung pajak yang dikenakannya.
10. Menurut (“KUHPerdata”), pada prinsipnya semua ahli waris berhak atas
warisan untuk bagian yang sama besarnya, tanpa membedakan jenis kelamin
(laki-laki atau perempuan), maupun kewarganegaraan dari ahli waris. Dasar
hukumnya: bahwa larangan pemilikan tanah oleh warga negara asing (“WNA”)
bukan menyebabkan hak waris dari si WNA tersebut gugur. Biasanya solusinya
adalah ahli waris yang WNA tersebut memperoleh ganti dalam bentuk uang tunai
atau hasil penjualan atas tanah dan bangunan dimaksud (jika dijual).
18
11. Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya,
dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu
benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.
Hibah wasiat ialah suatu penetapan khusus, di mana pewaris memberikan kepada
satu atau beberapa orang barang-barang tertentu, atau semua barang-barang dan
macam tertentu; misalnya, semua barang-barang bergerak atau barang-barang
tetap, atau hak pakai hasil atas sebagian atau semua barangnya.
Warisan merupakan segala sesuatu peninggalan (bisa asset dan bisa utang) yang
ditinggalkan oleh pewaris (orang yang meninggal) dan diwasiatkann kepada Ahli
waris.
19
BAB III
KASUS
Contoh 2
PT Perdana membeli sebidang tanah dan bangunan dengan nilai transaksi sebesar
Rp950.000.000. Sesuai SPPT PBB, tanah seluas 1.000 meter persegi mempunyai
NJOP Rp537.000 per meter persegi dan bangunan seluas 500 meter persegi
mempunyai NJOP Rp700.000 per meter persegi. NPOPTKP diketahui sebesar
Rp50.000.000. Besarnya BPHTB yang terhutang dihitung sebagai berikut :
NJOP tanah 1.000 m x Rp537.000 Rp537.000.000
NJOP bangunan 500 m x Rp700.000 Rp350.000.000 (+)
NJOP PBB Rp887.000.000
Harga transaksi / nilai pasar Rp950.000.000
Harga taransaksi lebih besar daripada NJOP PBB, maka yang dipakai sebagai
dasar pengenaan pajak (BPHTB) atau NPOP adalah nilai/harga transaksi
NPOP Rp950.000.000
20
NPOPTKP Rp 50.000.000 (-)
NPOPKP Rp900.000.000
BPHTB yang terhutang : 5% x Rp900.000.000 = Rp 45.000.000
Di Surabaya, aturan tentang pajak BPHTB ini juga sudah ada di Perda Nomor
11/2011 tentang pajak BPHTB. ”Untuk bisa menurunkan diperlukan mekanisme
21
undang undang dan perda, meski paket kebijakan ekonomi mengharapkan
pemerintah daerah menurunkan tarif pajak BPHTP,” tandas Yusron.
”Terus terang penjualan properti sekarang ini lesu karena kondisi ekonomi
nasional. Kalau ada penurunan BPHTB setidaknya bisa menjadi rangsangan
penjualan maupun pembelian properti,” kata warga Rungkut ini.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah bea yang dikenakan
pada setiap pemindahan hak atau hibah wasiat atas harta tetap dan hak-hak
kebendaan atas tanah yang pemindahan haknya dilakukan dengan
akta.Menurut Pasal 1 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No. 20 Tahun 2000, Bea
perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, dan inilah yang dinamakan dengan
pajak.
Adapun Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas tanah,
termasuk hakpengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud
dalam UU No. 5Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU
No. 16 Tahun 1985tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.Yang menjadi subjek dari BPHTB ini adalah orang pribadi atau
badan yang mempunyai tanah dan bangunan dan ini juga sesuai dengan yang
terdapat dalam UU BPHTB. Sedangkan yang menjadi objek dari BPHTB ini yaitu
tanah dan bangunan.\
Dasar dari pengenaan BPHTB ini yaitu nilai perolehan Objek pajak
(NPOP), dan kemudian yang dikurangi dengan nilai perolehan objek pajak tidak
kena pajak (NPOPTKP). Dan tarif yang diberlakukan dalam perhitungan BPHTB
ini adalah tarif final sebesar 5% sebagaiman terdapat dalam UU No. 20 Tahun
2000 dan Keputusan Menteri Keuangan tahun 2004.
23
DAFTAR PUSTAKA
Resmi, Siti. 2013. Perjakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=5
http://sharing-pajak.blogspot.com/2009/02/pengertian-objek-pajak-dan-subjek-
pajak.html
https://eddiwahyudi.com/perspektif-pajak-sebagai-sarana-pendukung-
pembangunan/bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan-bphtb/
http://asriman.com/contoh-dan-cara-menghitung-bphtb-pada-jual-beli/
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6505/Bab%
202.pdf?sequence=10
http://asriman.com/peraturan-pemerintah-nomor-34-tahun-2016-tentang-tarif-
baru-pph-final-2-5-atas-pengalihan-hak-atas-tanah-dan-bangunan/
http://economy.okezone.com/read/2016/09/18/470/1492205/penurunan-tarif-
bphtb-belum-dapat-diterapkan
24