3 CONTOH KASUS
Jawab:
Pertama, Anda harus mencari DPP pajak propertinya terlebih dahulu. Caranya, 100% x total harga
jual.
Setelah mengetahui besar DPP-nya, maka Anda hanya tinggal menghitung PPN yang harus PKP
setorkan kepada pemerintah dengan cara sebagai berikut:
Kemudian, salah satu unit properti tersebut dibeli oleh Tuan A dengan harga Rp 220.000.000.
Suatu hari, Tuan A ingin menjual propertinya kepada pihak lain, Tuan B (bukan PKP). Karena
Tuan A bukan PKP, maka ia tidak bisa memungut PPN atas properti tersebut. Namun, harga jual
rumah tersebut sudah terdapat unsur PPN-nya. Artinya komponen PPN sudah melebur dengan
harga jual.
Maka dari itu, Tuan A menjual propertinya senilai Rp220.000.000, yang mana dalam harga jual
tersebut terdapat unsur PPN-nya sebesar 10%. Tuan A juga tidak boleh menerbitkan faktur pajak
atas transaksi properti yang ia lakukan dengan Tuan B.
2. PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama Agustus 2016, PT
Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai berikut:
1. Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp550.000.000 dan
harga tersebut sudah termasuk PPN.
Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut? Dan
berapa total PPN yang disetorkan?
Jawab:
PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut.
Transaksi pertama:
Transaksi kedua:
Transaksi ketiga:
Transaksi keempat:
DPP = Rp2.000.000 – Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)
Transaksi tambahan:
PPN keluaranya:
PPN masukannya:
Rp50.000.000
Cara menghitung PPN yang harus disetorkan: Pajak keluaran – pajak masukan
Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan selama Agustus 2016
tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.