Disusun oleh :
TAHUN
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Pajak dalam usaha
asuransi” ini dapat diselesaikan. Dengan segala kemampuan kami yang terbatas, makalah ini
mencoba menguraikan tentang pengertian, jenis, proses, ketentuan-ketentuan dan kewajiban
dalam perpajakan. Dan dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu para
pembaca dan kami sendiri dalam memahami pengertian, jenis, proses, ketentuan-ketentuan
dan kewajiban dalam perpajakan yang baik dan benar.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini dengan harapan untuk memperbaiki kualitas makalah.
Kami berharap makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua yang membacanya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Industri asuransi di Indonesia dari tahun ke tahun makin berkembang baik dalam jumlah
maupun jenisnya. Hal ini salah satunya karena makin dikenalnya dunia perasuransian
oleh masyarakat dan kemanfaatannya. Bahkan untuk menyikapi perkembangan industri
perasurasian di Indonesia, pemerintah bersama DPR mengundangkan UU No.40 Tahun
2014 Tentang Perasurasian sebagai pengganti dari UU No. 2 Tahun 1992.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan karakteristik usaha Asuransi!
2. Apa saja jenis dan bentuk usaha Asuransi?
3. Jelaskan proses bisnis usaha Asuransi!
4. Jelaskan ketentuan PPh untuk usaha Asuransi i!
5. Jelaskan ketentuan pot-put untuk usaha Asuransi i!
6. Jelaskan ketentuan PPN untuk usaha Asuransi!
7. Jelaskan Kewajiban Perpajakan dalam usaha Asuransi!
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian dan karakteristik usaha Asuransi.
2. Memahami jenis dan bentuk usaha Asuransi.
3. Memahami proses bisnis usaha Asuransi.
4. Memahami ketentuan PPh untuk usaha Asuransi.
5. Memahami ketentuan pot-put untuk usaha Asuransi.
6. Memahami ketentuan PPN untuk usaha Asuransi.
7. Memahami Kewajiban Perpajakan dalam usaha Asuransi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
5. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim, termasuk
jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan
menggunakan metode tertentu.
6. Peraturan perundangan di bidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi
kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.
1. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu system proteksi menghadapi risiko keuangan
atas hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya
penghimpunan dana masyarakat.
2. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang
menjadi kegiatan tidak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.
3. Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban manfaat yang akan
diberikan kepada tertanggung.
4. Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi jiwa terkait dengan ketidakpastian
terjadinga suatu peristiwa, hal ini memengaruhi penyajian laporan keuangan.
5. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsure estimasi, misalnya estimasi
jumlah kewajiban manfaat polis masa depan (liability for future policy benefits)
yang dihitung berdasar perhitungan aktuaria, estimasi jumlah kewajiban klaim, serta
estimasi jumlah klaim terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported
claims).
6. Pihak tetanggung (pembeli kontrak asuransi) membayar terlebih dahulu premi
asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesuatu atau
peristiwa yang diasuransikan terjadi. Pembayaran ini merupakan pendapatan
(revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan
asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar manfaat
asuransi,berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi , kapan terjadinya. Hal ini
akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban.
7. Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian, misalnya batas
tingkat solvabilitas (solvency margin).
7
2.2 Jenis dan Bentuk Usaha Asuransi
8
2. Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)
3. Asuransi jiwa industrial (indusrial life insurance)
Persentase Norma Penghitungan Penghasilan neto bagi petugas dinas luar asuransi diatur
dalam KEP-536/PJ?2000)
dimana petugas dinas luar asuransi diklasifikasikan dalam jenis usaha “pekerjaan bebas
bidang profesi”.
Prosentasenya adalah sebagai berikut:
1. 50%untuk 10 ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makasar, dan Pontianak
2. 47,5% untuk ibukota propinsi lainnya
9
3. 45% untuk daerah lainnya.
2.5 Ketentuan Potongan dan pungutan usaha asuransi
Pemotongan PPh pasal 21 dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada WP
orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Perpajakan sebagai pemotong PPh pasal 21 atas penghasilanyang dibayarkan kepada
karyawannya maupun yang bukan karyawannya.
2.7 Kewajiban perpajakan pada usaha asuransi
Untuk memudahkan pemahaman mengenai pajak penghasilan yang diatur dalam SE-
32/PJ/2014, berikut ini akan diuraikan penjelasannya. Dengan begitu, Wajib Pajak
diharapkan tak lagi dibuat bingung:
10
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Penentuan peredaran bruto yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 bagi Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi secara
komersial untuk pertama kali ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha dalam
satu tahun Pajak setelah Tahun Pajak beroperasi secara komersial. Bila dalam jangka
waktu satu tahun sejak beroperasi secara komersial di atas melewati Tahun Pajak saat
beroperasi secara komersial, ketentuan pengenaan Pajak Penghasilan berdasarkan tarif
umum Undang-Undang Pajak Penghasilan dimaksud berlaku sampai dengan akhir Tahun
Pajak berikutnya setelah Tahun Pajak saat beroperasi secara komersial.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Pajak 2010-2011/ Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral
Pajak
12