Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PAJAK DALAM USAHA ASURANSI”


(Disusun dalam rangka memenuhi tugas pajak dalam entetitas tertetu)

Disusun oleh :

Mochammad Sulaiman Alfadli ( 17110022 )

Dewi Alma Nurina Akbari ( 17110018 )

Aretha Febri Yanti ( 19110055 )

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG

FALKUTAS EKONOMI & BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

TAHUN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Pajak dalam usaha
asuransi” ini dapat diselesaikan. Dengan segala kemampuan kami yang terbatas, makalah ini
mencoba menguraikan tentang pengertian, jenis, proses, ketentuan-ketentuan dan kewajiban
dalam perpajakan. Dan dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu para
pembaca dan kami sendiri dalam memahami pengertian, jenis, proses, ketentuan-ketentuan
dan kewajiban dalam perpajakan yang baik dan benar.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini dengan harapan untuk memperbaiki kualitas makalah.

Kami berharap makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua yang membacanya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................4


1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................5
1.3 TUJUAN .....................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................6


1. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK USAHA ASURANSI .............................6
2. JENIS DAN BENTUK USAHA ASURANSI ...........................................................8
3. PROSES BISNIS USAHA ASURANSI ....................................................................9
4. KETENTUAN PPh UNTUK USAHA ASURANSI ..................................................9
5. KETENTUAN YANG TERKENA PPh PotPut UNTUK USAHA ASURANSI ....10
6. KETENTUAN DAN PENERAPAN PPN UNTUK USAHA ASURANSI .............10
7. KEWAJIBAN PERPAJAKAN DALAM USAHA ASURANSI .............................10

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................11


A. SIMPULAN ..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri asuransi di Indonesia dari tahun ke tahun makin berkembang baik dalam jumlah
maupun jenisnya. Hal ini salah satunya karena makin dikenalnya dunia perasuransian
oleh masyarakat dan kemanfaatannya. Bahkan untuk menyikapi perkembangan industri
perasurasian di Indonesia, pemerintah bersama DPR mengundangkan UU No.40 Tahun
2014 Tentang Perasurasian sebagai pengganti dari UU No. 2 Tahun 1992.

Berdasarkan UU No 40 Tahun 2014 yang dimaksudkan dengan asuransi adalah adalah


perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi
dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: (a)
memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau (b) memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada
hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

UU No 40 Tahun 2014 menyebutkan bahwa yang dimasud dengan usaha perasuransian


adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko,
pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk
asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau
reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah. Dari pengertian
tersebut, maka ruang lingkup usaha peransuransian itu cukup luas dan tidak semata-mata
dalam artian produk asuransi belaka.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan karakteristik usaha Asuransi!
2. Apa saja jenis dan bentuk usaha Asuransi?
3. Jelaskan proses bisnis usaha Asuransi!
4. Jelaskan ketentuan PPh untuk usaha Asuransi i!
5. Jelaskan ketentuan pot-put untuk usaha Asuransi i!
6. Jelaskan ketentuan PPN untuk usaha Asuransi!
7. Jelaskan Kewajiban Perpajakan dalam usaha Asuransi!
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian dan karakteristik usaha Asuransi.
2. Memahami jenis dan bentuk usaha Asuransi.
3. Memahami proses bisnis usaha Asuransi.
4. Memahami ketentuan PPh untuk usaha Asuransi.
5. Memahami ketentuan pot-put untuk usaha Asuransi.
6. Memahami ketentuan PPN untuk usaha Asuransi.
7. Memahami Kewajiban Perpajakan dalam usaha Asuransi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Usaha Asuransi

Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan


pada tertanggung apabila terjadi risiko dimasa mendatang. Apabila risiko itu benar-benar
terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan
antara penangggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan
dalam dunia bisnis yang penuh risiko. Secara rasional para pelaku bisnis akan
mempertimbangkan usaha untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga
menghadapi risiko cacat atau meninggal.

Karakteristik usaha asuransi kerugian (menurut PSAK:28) :

1. Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi risiko


kerugian keuangan dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana masyarakat
.
2. Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian
laporan keuangan.
3. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah
premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah
klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (incurred but
not reported claims). Dalam menghitung tingkat premi, usaha asuransi
kerugian menggunakan asumsi tingkat risiko dan beban.
4. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada
perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang
diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue)
bagi perusahaan asuransi.

6
5. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim, termasuk
jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan
menggunakan metode tertentu.
6. Peraturan perundangan di bidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi
kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.

Beberapa karakteristik usaha asuransi jiwa antara lain :

1. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu system proteksi menghadapi risiko keuangan
atas hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya
penghimpunan dana masyarakat.
2. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang
menjadi kegiatan tidak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.
3. Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban manfaat yang akan
diberikan kepada tertanggung.
4. Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi jiwa terkait dengan ketidakpastian
terjadinga suatu peristiwa, hal ini memengaruhi penyajian laporan keuangan.
5. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsure estimasi, misalnya estimasi
jumlah kewajiban manfaat polis masa depan (liability for future policy benefits)
yang dihitung berdasar perhitungan aktuaria, estimasi jumlah kewajiban klaim, serta
estimasi jumlah klaim terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported
claims).
6. Pihak tetanggung (pembeli kontrak asuransi) membayar terlebih dahulu premi
asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesuatu atau
peristiwa yang diasuransikan terjadi. Pembayaran ini merupakan pendapatan
(revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan
asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar manfaat
asuransi,berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi , kapan terjadinya. Hal ini
akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban.
7. Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian, misalnya batas
tingkat solvabilitas (solvency margin).

7
2.2 Jenis dan Bentuk Usaha Asuransi

1. Menurut Sifat Pelaksanaannya:


o Asuransi sukarela Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara
sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran akan kemungkinan
terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yag dipertanggungan tersebut, missal:
asurans kecelakaan, asuransi tenaga kerja dan sebagainya.
o Asuransi wajib Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan pihak-pihak
terkait yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian
o Usaha asuransi 1).Asuransi Kerugian (nonlife insurance) Asuransi kerugian
menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 yaitu usaha yang memberikan
jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan
tanggung jawab hukum pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
Usaha asuransi kerugian dapat dibagi sebagai berikut:
1. Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
2. Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine insurance)
penanggung atau perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami
tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran.
3. Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke
dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Misalnya asuransi
kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri dan sebagainya.
o Asuransi Jiwa (life insurance) Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan
oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan
jiwa atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa
memberikan:
1. Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan. Santunan bagi
tertanggung yang meninggal
2. Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya
orang kunci
3. Penghimpunan dana untuk persiapan pension
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat diolongkan menjadi:
1. Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)

8
2. Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)
3. Asuransi jiwa industrial (indusrial life insurance)

Reasuransi Dalam menjalankan ada kemungkinan perusahaan asuransi


menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuan finansialnya. Untuk mengatasi hal
itu perusahaan dapat membagi risiko dengan pihak lain. Penyebaran risiko tersebut dapat
dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah
pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Sedangkan
reasuransi adalah proses mengasuransikan kembali pertanggungjawaban pada pihak
tertanggung. Pihak tertanggung biasa disebut sebagai ceding ompany dan pihak
penanggung disebut reasuradur. Fungsi reasuransi adalah:

1. Meningkatkan kapasitas akseptasi


2. Alat penyebaran risiko
3. Meningkatkan stabilitas usaha
4. Meningkatkan kepercayaan

2.4 Ketentuan PPh dalam Usaha Asuransi


Wajib Pungut PPh Pasal 21
Untuk karyawan biasa, penghitungan PPh pasal 21 mengikuti aturan perpajakan yang
berlaku umum (sesuai PER –
57/PJ/2009 jo PER – 31/PJ/2009)

Petugas Dinas Luar Asuransi


Petugas Dinas Luar Asuransi adalah, yang bukan merupakan pegawai/karyawan
perusahaan asuransi, ini
menggunakan norma penghitungan penghasilan (SE -100/PJ/2009) dengan ketentuan
sebagai berikut: Petugas dinas luar asuransi boleh menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto, dengan syarat :
1. Peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah)
2. Memberitahukan kepada Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu tiga bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Persentase Norma Penghitungan Penghasilan neto bagi petugas dinas luar asuransi diatur
dalam KEP-536/PJ?2000)
dimana petugas dinas luar asuransi diklasifikasikan dalam jenis usaha “pekerjaan bebas
bidang profesi”.
Prosentasenya adalah sebagai berikut:
1. 50%untuk 10 ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makasar, dan Pontianak
2. 47,5% untuk ibukota propinsi lainnya

9
3. 45% untuk daerah lainnya.
2.5 Ketentuan Potongan dan pungutan usaha asuransi
Pemotongan PPh pasal 21 dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada WP
orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Perpajakan sebagai pemotong PPh pasal 21 atas penghasilanyang dibayarkan kepada
karyawannya maupun yang bukan karyawannya.
2.7 Kewajiban perpajakan pada usaha asuransi

Untuk memudahkan pemahaman mengenai pajak penghasilan yang diatur dalam SE-
32/PJ/2014, berikut ini akan diuraikan penjelasannya. Dengan begitu, Wajib Pajak
diharapkan tak lagi dibuat bingung:

1. Penghasilan Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan PP No. 46


Tahun 2013 ini adalah penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan
usahanya. Jadi, Wajib Pajak yang menjadi karyawan tidak dikenakan pajak
penghasilan PP No. 46 Tahun 2013
2. Penentuan waktu beroperasi secara komersial bagi Wajib Pajak Badan adalah ketika
wajib pajak tersebut melakukan kegiatan operasi secara komersial untuk pertama kali.
3. Penentuan peredaran bruto yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan PP No. 46
Tahun 2013 bagi Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi secara komersial untuk
pertama kali ditentukan berdasarkan peredaran bruto usaha dalam satu tahun pajak
setelah tahun pajak beroperasi secara komersial.
4. Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi secara komersial dikenai pajak penghasilan
berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan sampai dengan jangka
waktu satu tahun sejak beroperasi secara komersial.
5. Dalam jangka waktu satu tahun sejak beroperasi secara komersial melewati tahun
pajak saat beroperasi secara komersial, ketentuan pengenaan pajak penghasilan
berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan berlaku sampai dengan
akhir tahun pajak berikutnya setelah tahun pajak saat beroperasi secara komersial.
6. Pengenaan pajak penghasilan yang bersifat final berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013
bagi Wajib Pajak Badan pada nomor 2 untuk tahun pajak selanjutnya ditentukan
berdasarkan peredaran bruto tahun pajak sebelumnya.

10
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan


pada tertanggung apabila terjadi risiko dimasa mendatang. Apabila risiko itu benar-
benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penangggung dan tertanggung.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2014 menegaskan bahwa


penghasilan yang dikenai pajak penghasilan berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha, kecuali:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa sehubungan pekerjaan bebas
sebagaimana dimaksud dalam PP No. 46 Tahun 2013.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri.
3. Penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri.
4. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Penentuan peredaran bruto yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 bagi Wajib Pajak Badan yang baru beroperasi secara
komersial untuk pertama kali ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha dalam
satu tahun Pajak setelah Tahun Pajak beroperasi secara komersial. Bila dalam jangka
waktu satu tahun sejak beroperasi secara komersial di atas melewati Tahun Pajak saat
beroperasi secara komersial, ketentuan pengenaan Pajak Penghasilan berdasarkan tarif
umum Undang-Undang Pajak Penghasilan dimaksud berlaku sampai dengan akhir Tahun
Pajak berikutnya setelah Tahun Pajak saat beroperasi secara komersial.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Pajak 2010-2011/ Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral
Pajak

12

Anda mungkin juga menyukai