Anda di halaman 1dari 47

PENGKREDITAN

PAJAK MASUKAN

FEBRUARI 2012

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 1
Definisi
Pajak Pertambahan Nilai yang
seharusnya sudah dibayar oleh
Pajak Pengusaha Kena Pajak karena
perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
Masuka perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau
n pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean
dan/atau impor Barang Kena Pajak
Ps 1 angka 24
UU PPN

Pajak Pertambahan Nilai terutang


yang wajib dipungut oleh Pengusaha
Pajak Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak,
Keluara penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor
n Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,
dan/atau ekspor Jasa Kena
Ps Pajak
1 angka 25
UU PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 2
Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak


Keluaran dalam Masa Pajak yang sama
Ps 9 (2) UU
PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 3
Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur


Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)
Ps 9 (2b) UU
PPN

Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan harus memenuhi syarat


bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya
penyerahan yang terutang PPN dan berhubungan dengan
kegiatan usaha (kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan
manajemen).
Penjelasan Ps 9 (8) b
UU PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 4
PAJAK MASUKAN
DAPAT DIKREDITKAN

SYARAT FORMAL SYARAT MATERIAL


(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984) (Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

DALAM FAKTUR PAJAK BELUM DIBEBANKAN


STANDAR YG TDK CACAT SEBAGAI BIAYA
(Ps. 9 ay. 8 UU PPN 1984) (Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

FP Standar cacat UNTUK PEROLEHAN BKP DAN/


JKP YG BERHUB. LANGSUNG
Ada coretan
DG KEGIATAN USAHA MELAKU-
Menggunakan KAN PENYER. KENA PAJAK
yg tdk diper-
cap tanda tangan (Ps. 9 ay. 5 & ay. 8 huruf b
bolehkan
UU PPN 1984)
Nama PKP/NPWP Dibuat > 3 bl sejak
Nomor seri salah batas wkt pemb. FP
KRITERIA PM DPT
DIKREDITKAN
KEGI-
ATAN
Tdk mencoret Tdk/terlambat lapor
yg seharusnya Penggunaan Kode & PRO- USAHA PEMA-
dicoret Nomor Seri. DUKSI SARAN

Tdk/terlambat lapor Nama & MANA- DISTRI-


contoh tanda tangan pejabat
5 JEMEN BUSI
yg ditunjuk Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai
Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan
pemeriksaan
Ps 9 (9) UU
PPN

Contoh:
Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur
Pajaknya tertanggal 7 Juli 2012 dapat dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak Juli 2012 atau pada Masa Pajak
berikutnya paling lama Masa Pajak Oktober 2012.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 6
Prinsip Pengkreditan Pajak Masukan
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar
daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan
Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak
Ps 9 (3) UU
PPN

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat


dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya
Ps 9 (4) UU
PPN

Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun
buku
Ps 9 (4a) UU
PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 7
Pengkreditan PM bagi PKP Belum
Berproduksi

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga


belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat
dikreditkan
Ps 9 (2a) UU
PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 8
PKP Belum Berproduksi

PKP

PM atas impor
atau perolehan
Belum
Berproduksi
Belum melakukan BKP selain
Barang
penyerahan yang Barang JKP
Modal
terutang PPN Modal

Dapat Tidak Dapat


Dikreditkan Dikreditkan
Ps 9 (2a) UU Ps 9 (8) j UU
PPN PPN
Berlaku untuk seluruh kegiatan usaha,
yaitu industri/manufaktur, usaha
perdagangan, usaha jasa, dan kegiatan
usaha lainnya
Ps 16 PP
1/2012

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 9
Definisi Barang Modal
harta berwujud
dengan masa
manfaat > 1
Baran (satu) tahun
g
termasuk
Modal pengeluar
an
yang
yang menurut dikapitalisasi ke
tujuan semula dalam harga
tidak untuk perolehan
diperjualbelika barang modal
n Ps 16 PP
1/2012
Contoh:
PKP membeli barang modal, berupa mesin, dari luar Daerah Pabean.
Untuk pemasangannya, PKP memanfaatkan jasa pemasangan dari PKP
lain.
Pembayaran atas jasa pemasangan yang dikapitalisasi ke dalam harga
perolehan mesin tersebut merupakan pengeluaran yang Pajak
Masukannya dapat dikreditkan.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 1
PKP Gagal Berproduksi

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga


belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat
dikreditkan
Ps 9 (2a) UU
PPN
Pajak Masukan yang telah dikreditkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2a) dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar
kembali oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena
Pajak tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak
pengkreditan Pajak Masukan dimulai
Ps 9 (6a) UU
PPN

Ketentuan mengenai penentuan waktu, penghitungan, dan tata


cara pembayaran kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (6a)
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
PMK No
Ps 9 (6b) UU
81/PMK.03/2012 PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 1
PKP Gagal Berproduksi
Definisi Gagal Berproduksi
Gagal Berproduksi adalah :
a. Suatu keadaan dari PKP dengan kegiatan usaha utama sebagai
produsen yang menghasilkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak, apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
pertama kali mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan
kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena
Pajak, ekspor Barang Kena Pajak, dan/atau ekspor Jasa Kena
Pajak yang berasal dari hasil produksinya sendiri.

b. Suatu keadaan dari PKP dengan kegiatan usaha utama PKP selain
produsen sebagaimana dimaksud pada huruf a, apabila dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun sejak pertama kali mengkreditkan
Pajak Masukan tidak melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena
Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak,
dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 1
PKP Gagal Berproduksi

Pembayaran Kembali PM

1. PKP yang Gagal Berproduksi wajib membayar kembali Pajak


Masukan sebesar Pajak Masukan atas impor dan/atau
perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah
diberikan pengembalian.
2. Pajak Masukan tersebut disetorkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Saat Gagal Berproduksi, dengan
menggunakan SSP dengan mencantumkan keterangan
Pembayaran kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau
perolehan barang modal yang telah dikreditkan dan telah
diberikan pengembalian.
3. Pembayaran kembali Pajak Masukan tersebut dilaporkan
pada Masa Pajak dilakukan pembayaran.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
PKP Gagal Berproduksi

Force Majeur

Dalam hal keadaan Gagal Berproduksi


disebabkan oleh bencana alam atau sebab
lain di luar kekuasaan PKP (force majeur),
PKP tidak wajib membayar kembali Pajak
Masukan atas impor dan/atau perolehan
Barang Modal yang telah dikreditkan dan
telah diberikan pengembalian.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
PKP Gagal Berproduksi

Sanksi

1. Terhadap PKP yang melakukan pembayaran kembali


diterbitkan Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% per bulan dihitung dari tanggal
SKPKPP s.d tanggal STP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (5) Undang-Undang KUP.
2. Dalam hal PKP tidak melakukan kewajiban pembayaran
kembali, terhadap PKP diterbitkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g
Undang-Undang KUP, yang terdiri dari:
a. Pajak Masukan yang wajib dibayar kembali; dan
b. sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g jo Pasal 14 ayat (5)
Undang-Undang KUP.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN Pasal 9 ayat (8)

a perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP


perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
b kegiatan usaha
c perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station
wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
d Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
e dihapus

f perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
g Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan
h ketetapan pajak
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
i Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi
j sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 1
Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena
Pajak Sebelum Pengusaha Dikukuhkan Sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
Ketentuan memberikan kepastian hukum bahwa
Pajak Masukan yang diperoleh sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak tidak dapat dikreditkan.
Contoh:
Pengusaha A melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada
tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai
Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20
April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19
April 2010. Pajak Masukan yang diperoleh
sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat
dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena
Pajak Yang Tidak Mempunyai Hubungan
Langsung Dengan Kegiatan Usaha

Yang dimaksud dengan pengeluaran yang


langsung berhubungan dengan kegiatan usaha
adalah pengeluaran untukkegiatan produksi,
distribusi, pemasaran, dan manajemen.
Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha.
Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus
memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut
berkaitan dengan adanya penyerahan yang
terutang Pajak Pertambahan Nilai.
Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran
telah memenuhi syarat adanya hubungan
langsung dengan kegiatan usaha, masih
dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak
dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran
dimaksud tidak ada kaitannya dengan
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan
Nilai. Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud Atau Pemanfaatan Jasa Kena Pajak
Dari Luar Daerah Pabean Sebelum Pengusaha
Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak
Ketentuan ini memberikan kepastian hukum bahwa Pajak
Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.
Contoh:
Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010.
Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada
tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19
April 2010. Pajak Masukan atas pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean yang diperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidak
dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Yang
Pajak Masukannya Ditagih Dengan Penerbitan Ketetapan
Pajak

Dalam hal tertentu dapat terjadi


Pengusaha Kena Pajak baru membayar
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
atas perolehan atau pemanfaatan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah
diterbitkan ketetapan pajak.
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas
ketetapan pajak tersebut tidak merupakan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
Ps 9 (8) I UU
PPN

Contoh:
Dalam SPT Masa PPN dilaporkan:
Pajak Keluaran = Rp10.000.000,00
Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00
Dari hasil pemeriksaan diketahui:
Pajak Keluaran = Rp15.000.000,00
Pajak Masukan = Rp11.000.000,00
Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar
Rp11.000.000,00, tetapi tetap sebesar Rp8.000.000,00 sesuai dengan yang
dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan
Pajak Keluaran = Rp15.000.000,00
Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00
----------------------(-)
Kurang Bayar menurut
hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00
Kurang Bayar menurut
Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00
----------------------(-)
Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 2
Penggabungan, Peleburan, Pemekaran,
Pemecahan, Dan Pengambilalihan
Usaha
Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena
Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha,Pajak Masukan
atas Barang Kena Pajak yang dialihkan
yang belum dikreditkan oleh Pengusaha
Kena Pajak yang mengalihkan dapat
dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak yang menerima pengalihan,
sepanjang Faktur Pajaknya diterima
setelah terjadinya pengalihan dan
PajakMasukan tersebut belum dibebankan
sebagai biaya atau dikapitalisasi
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai dapat dikreditkan

Ps 16B (2) UU
PPN

Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak


dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat
dikreditkan
Ps 16B (3) UU
PPN

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 2
PENYERAHAN DALAM
NEGERI

PKP A BKP PKP B BKP Konsumen

Harga jual
Harga jual PK 1.500
1.000 150 PPN
PPN PM 150
100 100 Total
Total KB 1.650
1.100 50

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
EKSPOR

PKP A BKP PKP B BKP Ekspor

Harga jual
Harga jual PK 1.500
1.000 0 PPN
PPN PM 0
100 100 Total
Total LB 1.500
1.100 100

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
PENYERAHAN
DIBEBASKAN

PKP A BKP PKP B BKP - Bebas Konsumen

Harga jual
Harga jual PK 1.600
1.000 - PPN
PPN PM -
100 - Total
Total KB 1.600
1.100 -

Menambah Cost

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Penghapusan Piutang

PK Yang Telah
Dilaporkan
Penjual
Penghapusan Tidak Perlu
Piutang Disesuaikan
PM Yang Telah
Dikreditkan
Ps 12 (1) PP
Pembeli 1/2012

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 2
BKP Musnah/Rusak Karena Force
Majeur
BKP PM atas
Musnah/Rusak perolehannya
Karena Force tetap dapat
Majeur dikreditkan

Peperangan
Kerusuhan
Revolusi
Force Majeur : kejadian yang terjadi di
Bencana Alam luar kemampuan manusia dan tidak
Pemogokan dapat dihindarkan sehingga suatu
kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau
Kebakaran tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
Bencana Lainnya yang mestinya.
dinyatakan oleh
pejabat/instansi yang Ps 12 (2) PP
berwenang 1/2012

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 2
Kesalahan Pemungutan PPN
sepanjang:
Salah Pungut PPN - belum
PPN dipungut
dikreditkan
terlalu besar
- belum
PPN hanya dapat dibiayakan
PPN tidak
dimintakan - belum
seharusnya
dipungut kembali oleh dikapitalisasi
Pihak Yang
Terpungut

PPN tersebut Ps 13 PP 1/2012


telah disetor dan Pihak Yang Terpungut:
dilaporkan a. importir;
b. pembeli barang atau penerima jasa
(termasuk Pemungut PPN);
c. pihak yang memanfaatkan barang tidak
berwujud atau jasa dari luar Daerah
Pabean.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 2
PM atas Penyerahan yang menggunakan DPP
Nilai Lain

penyerahan jasa 10% (sepuluh persen) dari


pengiriman paket jumlah yang ditagih atau jumlah
yang seharusnya ditagih

untuk penyerahan jasa 10% (sepuluh persen) dari


biro perjalanan atau jasa jumlah tagihan atau jumlah yang
biro pariwisata adalah seharusnya ditagih

40% (empat puluh persen) dari


Kegiatan membangun jumlah biaya yang dikeluarkan
sendiri dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak
termasuk harga perolehan tanah

Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan di


atas
tidak dapat dikreditkan.
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai 3
Pajak Masukan terkait Penyerahan
Yang Tidak Terutang Pajak
Yang dimaksud dengan "penyerahan yang terutang pajak"
adalah penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini dikenai Pajak Pertambahan
Nilai.
Yang dimaksud dengan "penyerahan yang tidak terutang
pajak" adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak
dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4A dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16B.
Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak
melakukan penyerahan yang terutang pajak dan
penyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapat
mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan
penyerahan yang terutang pajak. Bagian penyerahan yang
terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti
dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Pajak Masukan terkait Penyerahan
Yang Tidak Terutang Pajak

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
PM BAGI PKP YG MELAKUKAN
PENYERAHAN TERUTANG DAN
TDK TERUTANG

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (6) UU PPN

PMK-78/PMK.03/2010

Apabila dlm suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yg


terutang pajak juga melakukan penyerahan yg tdk terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan utk penyerahan yg terutang pajak tdk
dpt diketahui dg pasti, jumlah Pajak Masukan yg dpt dikreditkan
utk penyerahan yg terutang pajak dihitung dg menggunakan
pedoman yg diatur dg Peraturan Menteri Keuangan
penyerahan barang atau jasa yang dikenai PPN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UU PPN, tidak
termasuk penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan
Penyerahan terutang PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU PPN

penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai PPN


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A UU PPN dan
yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana
Penyerahan tdk terutang dimaksud dalam Pasal 16B UU PPN
33
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP
Rumus:
P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dg jumlah Penyerahan yg Terutang Pajak terhadap
penyerahan seluruhnya.

Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan


Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM yang
dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun buku, dg rumus:

a. P = (PM/T) x Z, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya >


1 tahun.
b. P = PM x Z, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1
tahun.
dengan ketentuan:
P adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Contoh Penghitungan

PKP bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik


minyak jagung.

APRIL 2011
April 2011, PKP membeli truk dengan harga Rp200
juta (PPN Rp20 juta).
Masa manfaat truk sebenarnya 5 tahun, tetapi untuk
tujuan penghitungan PM berdasarkan PMK ini
ditetapkan 4 tahun.
Diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan
yang terutang pajak terhadap seluruh penyerahan
adalah 70%.
PM yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN
Masa April 2011: Rp20 juta x 70% = Rp14 juta
Cont
Pajak
.
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Contoh Penghitungan (Tahun ke-I)
MARET 2012
Total peredaran usaha tahun 2011 : Rp100 miliar, terdiri dari
penjualan jagung : Rp40 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp60
miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk


selama tahun buku 2011 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2012
adalah:
Rp60 miliar x Rp20 juta = Rp3 juta
Rp100 miliar 4

PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku
sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5
juta

Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk


Masa Pajak Maret 2012) adalah sebesar Rp3,5 juta Rp3 juta = Rp500
ribu
Cont
Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai atas
.
Contoh Penghitungan (Tahun ke-II)

MARET 2013
Total peredaran usaha tahun 2012 : Rp100 miliar, terdiri dari
penjualan jagung : Rp10 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp90
miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk


selama tahun buku 2012 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2013
adalah:
Rp90 miliar x Rp20 juta = Rp4,5 juta
Rp100 miliar 4

PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku
sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5
juta

Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (menambah PM untuk


Masa Pajak Maret 2013) adalah sebesar Rp4,5 juta Rp3,5 juta = Rp1
Cont
juta .
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Contoh Penghitungan (Tahun
ke-III)
MARET 2014
Total peredaran usaha tahun 2013 : Rp100 miliar, terdiri dari
penjualan jagung : Rp30 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp70
miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk


selama tahun buku 2013 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2014
adalah:
Rp70 miliar x Rp20 juta = Rp3,5 juta
Rp100 miliar 4

PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku
sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5
juta

Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali adalah:


Rp3,5 juta Rp3,5 juta = Rp 0 Cont
Pajak
.
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Contoh Penghitungan (Tahun
ke-IV)
MARET 2015
Total peredaran usaha tahun 2014 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan
jagung : Rp50 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp50 miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk


selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015
adalah:
Rp50 miliar x Rp20 juta = Rp2,5 juta
Rp100 miliar 4

PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku
sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta

Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa


Pajak Maret 2015) adalah sebesar Rp3,5 juta Rp2,5 juta = Rp 1 juta

Penghitungan PM sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu lagi


dilakukan pada tahun 2016.
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
DEEMED PAJAK MASUKAN
BERDASARKAN OMZET

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (7) UU PPN

PMK-74/PMK.03/2010

PKP yang mempunyai peredaran usaha


dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi
Rp1.800.000.000,00 dapat menghitung
Pajak Masukan dengan menggunakan
pedoman penghitungan pengkreditan
Pajak Masukan
40
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Ketentuan Umum Deemeed Omzet
a. Omzet dlm 2 thn buku sebelumnya
tdk melebihi Rp1.800.000.000,00
Syarat PKP untuk setiap 1 thn buku; atau
b. WP yang baru dikukuhkan sebagai
PKP
mulai Masa Pajak berikutnya setelah
peredaran usahanya melebihi
Wajib pindah ke PK-PM Rp1.800.000.000,00
Dikenai sanksi jika tdk pindah ke mekanisme PK-PM
PM yg dpt dikreditkan adalah PM mulai
masa pajak saat digunakannya mekanisme
PK-PM
PKP dpt kembali menggunakan
Kembali menggunakan deemed omzet apabila
deemed omzet peredaran dalam 2 tahun tdk
melebihi Rp1,8 M
paling lama pd saat penyampaian SPT PPN
Masa Pajak pertama thn buku dimulainya
Wajib pemberitahuan tertulis deemed omzet
paling lama pd saat penyampaian SPT PPN
Masa Pajak saat dikukuhkan sebagai PKP,
bagi PKP baru
PKP yg menggunakan deemed omzet hrs
Wajib konsisten taat asas dalam 1 thn buku, sepanjang
omzet dlm 1 thn buku tdk melebihi
Rp1.8 M
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Deemed Omzet

Prosentase PM Penghitungan PK PPN Disetor

JKP 60% x PK PK = 10% x DPP JKP 4% x DPP

BKP 70% x DPP = peredaran


PK BKP 3% x
usaha DPP

42
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Ketentuan Lain Deemeed Omzet

PKP yg menggunakan deemed omzet


tdk dpt membebankan PPN atas
perolehan BKP dan/atau JKP sebagai
Pembiayaan atas PM biaya untuk penghitungan PPh
PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg
di retur akan mengurangi PPN yang
terutang dlm Masa Pajak terjadinya retur,
Retur penjualan sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan
BKP dan/atau JKP tersebut telah
dilaporkan dalam SPT PPN

PKP dg Deemed PKP yg sudah menggunakan


Deemed Kegiatan tdk boleh
Kegiatan menggunakan deemed omzet
PKP memilih pindah ke mekanisme PK-PM,
hanya diperkenankan mulai Masa Pajak
Pindah ke mekanisme pertama thn berikutnya
Wajib memberitahukan scr tertulis ke KPP
PK-PM paling lama pd saat penyampaian SPT PPN
pertama thn buku berikutnya
PM yg dpt dikreditkan adalah PM mulai masa
pajak pertama thn buku berikutnya

43
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
DEEMED PAJAK MASUKAN
BERDASARKAN KEGIATAN

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (7A) UU PPN

PMK-79/PMK.03/2010

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh


Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha
tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan (Demmed
Kegiatan)
Semata-mata

Penjualan kendaraan bermotor bekas secara eceran

Penjualan emas perhiasan secara eceran

Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Deemed Kegiatan

Prosentase PM Penghitungan PK PPN Disetor

kendaraan 90% x kendaraan 1% x


PK PK = 10% x DPP
DPP

emas 80% x DPP = peredaran


PK emas 2% x
usaha DPP

45
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
Ketentuan Umum Deemeed Kegiatan

PKP yang melakukan Kegiatan


Kewajiban PKP Usaha Tertentu, wajib
menggunakan Deemed menggunakan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan Pajak
Kegiatan Masukan (demmed kegiatan)

PKP yg menggunakan deemed


kegiatan tdk dpt membebankan PPN
Pembiayaan atas PM atas perolehan BKP dan/atau JKP
sebagai biaya untuk penghitungan
PPh

PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg


di retur akan mengurangi PPN yang
Retur penjualan terutang dlm Masa Pajak terjadinya retur,
sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan
BKP dan/atau JKP tersebut telah
dilaporkan dalam SPT PPN

46
Pajak
Pajak Pertambahan
Pertambahan Nilai
Nilai
TERIMA KASIH
Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya

Anda mungkin juga menyukai