Anda di halaman 1dari 3

Nama : Desak Putu Devi Widiantari

NIM / Absen : 2215644006 / 01

Kelas : 2F Akuntansi Manajerial

Materi BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)


1. Dasar hukum Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan
Jawaban:
Berdasarkan sumber yang terdapat pada Buku Perpajakan, Mardiasmo (2019). Dasar hukum
Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan adalah
a. UU No. 21 Tahun 1997 yang kemudian diubah menjadi UU No. 20 Tahun 2000 tentang
Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan. Undang-undang tersebut menggantikan
ordonasi Bea Balik Nama Staatsblad 1924 Nomor 291.
b. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Subjek pajak dan objek pajak BPHTB


Jawaban:
a. Subjek Pajak
Menurut buku Seluk Beluk Perpajakan Indonesia oleh Dra. Mujiyati dan Drs. M. Abdul
Aris, subjek yang dikenakan pajak BPHTB adalah
 Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan.
 Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB menurut perundang-
undangan perpajakan yang menjadi Wajib Pajak.
b. Objek Pajak
Objek pajak BPHTB berdasarkan pasal 85 UU No.28 Tahun 2009 adalah
 Jual beli
 Tukar-menukar
 Hibah
 Wasiat (pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan
hukum tertentu, yang diberikan setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia)
 Waris
 Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya (pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan dari orang pribadi atau badan kepada PT atau badan hukum lainnya
sebagai penyertaan modal )
 Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan (pemindahan sebagian hak bersama atas
tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada sesama pemegang hak
Bersama)
 Penunjukan pembeli dalam lelang (penetapan pemenang lelang oleh Pejabat Lelang
sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang)
 Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap (peralihan hak
dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah satu pihak kepada pihak yang
ditentukan dalam putusan hakim)
 Penggabungan usaha
 Pemekaran usaha
 Hadiah
c. Tidak Termasuk Objek Pajak
 Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
 Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum
 Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar
fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut
 Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama
 Orang pribadi atau badan karena wakaf
 Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

3. Waktu terhutangnya BPHTB


Jenis Transaksi Saat Terutang
Jual-Beli
Tukar-menukar
Hibah
Pemasukan dalam perseroan atau badan
Sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
hukum
akta
Hadiah
Penggabungan usaha
Peleburan usaha
Pemekaran usaha
Lelang Sejak tanggal penunjukan pemenang lelang
Putusan hakim yang berkekuatan hukum Sejak tanggal putusan pengadilan yang
tetap berkekuatan hukum tetap
Waris Sejak tanggal pendaftaran hak ke kantor
Hibah Wasiat bidang pertanahan
Pemberian hak baru sebagai kelanjutan Sejak tanggal diterbitkannya surat
pelepasan hak dan diluar pelepasan hak keputusan pemberian hak

4. Apa yang menjadi dasar pengenaan BPHTB


a. Harga transaksi untuk jual beli
b. Nilai pasar untuk tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan
atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, peralihan hak
karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, pemberian
hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian hak baru atas tanah
di luar pelepasan hak, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan
hadiah
c. Harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang untuk penunjukan pembeli dalam
lelang.
d. Jika nilai perolehan obyek pajak tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP) yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang digunakan adalah
NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan.

5. Berapa besar tarif BPHTB dan berapa besar BPHTB tidak kena pajak
a. Tarif BPHTB
Tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ini adalah sebesar 5% dari harga jual
yang dikurangi dengan nilai perolehan objek pajak tidak kena pajak (NJOP), yang
menjadi DPP atas penghitungan bea ini.
Mencari NJOP, terlebih dahulu menghitung nilai perolehan objek pajak dikurangi nilai
perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOP – NPOPTKP)
b. Besar BPHTB tidak kena pajak
Pasal 87 ayat 4 UU No.28/2009, besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NPOPTKP) ditetapkan paling rendah sebesar Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai