Sosialisasi
PMK 261/PMK.03/2016
a. uang muka,
b. bunga,
c. pungutan, dan
d. pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli,
sehubungan dengan pengalihan hak atas Tanah dan/atau
Bangunan tersebut.
PPh yang terutang wajib dibayar oleh orang pribadi atau badan
yang bersangkutan ke Kas Negara paling lambat tanggal 15 (lima
belas) bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran
WP yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas Tanah dan/atau
Bangunan kepada pemerintah, dipungut PPh oleh Bendahara pemerintah atau pejabat yang
melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar menukar.
Bendahara pemerintah atau pejabat wajib menyetor PPh yang telah dipungut ke Kas
Negara,
sebelum melakukan pembayaran kepada WP yang berhak menerimanya atau sebelum
tukar menukar dilaksanakan.
Penyetoran PPh dilakukan dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain yang
disamakan dengan SSP atas nama WP yang menerima pembayaran atau yang melakukan
tukar menukar.
Dalam hal penghasilan dari pengalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada
pemerintah tidak perlu mengisi SSP.
13
1. Pelunasan PPh yang terutang atas penghasilan dari PPJB atas Tanah dan/atau
Bangunan beserta perubahannya wajib dilakukan melalui penyetoran sendiri ke Kas
Negara oleh WP yang merupakan:
a. pihak penjual; atau
b. pihak pembeli
2. PPh-nya terutang pada saat diterimanya sebagian atau seluruh pembayaran
3. PPh-nya dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran
4. PPh yang terutang wajib dibayar paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran
5. Pembayaran PPh dilakukan untuk setiap perjanjian PPJB
6. Jika penjual telah melakukan pembayaran PPh yang terutang dari PPJB beserta
perubahannya, pembayarannya diperhitungkan dalam pelunasan PPh terutang
selain pengalihan kepada pemerintah sepanjang PPJB dimaksud diakhiri dengan
pembuatan akta pengalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan
7. Pihak penjual hanya menandatangani perubahan atau adendum PPJB jika
kepadanya dibuktikan bahwa kewajiban pembeli yang namanya tercantum dalam
PPJB sebelum terjadinya perubahan atau adendum atas PPJB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (5) huruf b telah dipenuhi dengan menyerahkan fotokopi SSP atau
hasil cetakan sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP ybs yang telah
dilakukan penelitian oleh KPP
Penyetoran PPh ke Kas Negara 14
melalui:
a. layanan pada loket/teller (over
the counter); dan/atau
b. layanan dengan menggunakan
sistem elektronik lainnya,
pada bank/pos persepsi.
Bagi Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak
atas Tanah dan/atau Bangunan, PPh
terutang di lokasi tanah dan/atau
bangunan berada, selain itu, terutang
di tempat tinggal orang pribadi yang
bersangkutan atau tempat kedudukan
badan dimana SPT Tahunan PPh Wajib
Pajak badan yang bersangkutan
diadministrasikan.
15
Ketentuan Lain
a. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi Tanah dan/atau
Bangunan yang bersangkutan, bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan; atau
b. KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat
kedudukan badan dimana SPT Tahunan PPh WP badan ybs diadministrasikan, bagi Wajib
Pajak selain Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas Tanah
dan/atau Bangunan, kecuali untuk Subjek Pajak Luar Negeri, penyampaian SPT Masa
dianggap telah dilakukan jika Wajib Pajak telah melakukan penyetoran, dan tanggal
penyampaian SPT Masa sesuai tanggal validasi NTPN yang tercantum pada SSP atau
sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
17
BUMN yang mendapat penugasan khusus dari pemerintah atau BUMD yang
mendapat penugasan khusus dari kepala daerah harus:
a. membuat daftar pihak yang mengalihkan hak objek yang akan dialihkan
dimaksud disertai dengan fotokopi surat penugasan dimaksud dan
menyampaikan kepada pejabat yang berwenang menandatangani akta
pengalihan hak sebagai pengganti SSP; dan
b. membuat dan menyampaikan laporan dalam rangka penugasan dimaksud
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah bulan dilakukannya pengalihan hak
dimaksud ke KPP tempat BUMN atau BUMD ybs terdaftar.
Wajib Pajak wajib: 18
1. menyetor sendiri PPh yang terutang
2. menyampaikan laporan atas:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh
b. PPh yang telah dibayar, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir kepada:
1. KPP yang wilayah kerjanya meliputi lokasi objek ybs, bagi Wajib Pajak yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan; atau
2. KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat
kedudukan badan dimana SPT Tahunan PPh ybs diadministrasikan.
Bagi Wajib Pajak selain Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas
Tanah dan/atau Bangunan, penyampaian SPT Masa dianggap telah dilakukan jika Wajib
Pajak telah melakukan penyetoran,
tanggal penyampaian SPT Masa sesuai tanggal validasi NTPN yang tercantum pada SSP
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
19
Laporan
merupakan bukti pemenuhan kewajiban Pajak
Penghasilan bagi pihak yang melakukan pengalihan
hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang
penghasilannya dikenai tarif 0% (nol persen)
22
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh
adalah:
a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang melakukan pengalihan hak atas Tanah dan/atau
Bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60 juta dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah;
b. orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa Tanah dan/atau Bangunan dengan cara hibah kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan , badan sosial
termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang hibah tersebut
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak ybs;
c . badan yang melakukan pengalihan harta berupa Tanah dan/atau Bangunan dengan cara hibah kepada badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak ybs;
d. pengalihan harta berupa Tanah dan/atau Bangunan karena waris;
e. badan yang melakukan pengalihan harta berupa Tanah dan/atau Bangunan dalam rangka penggabungan,
peleburan, atau pemekaran usaha yang menggunakan nilai buku;
f. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian BGS, BSG,
atau pemanfaatan BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan; atau
g. Wajib Pajak yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan pengalihan harta berupa Tanah dan/atau Bangunan.
1. Dalam hal terdapat pengalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan melalui perjanjian
atau kerja sama antara pemilik Tanah dan/atau Bangunan dan Wajib Pajak lain yang
secara substansi merupakan pembeli hak atas Tanah dan/atau Bangunan, serta
selanjutnya Wajib Pajak lain dimaksud mengalihkan hak atas Tanah dan/atau Bangunan
tersebut kepada pihak ketiga, perjanjian atau kerjasama tersebut merupakan PPJB yang
dikenai PPh.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Tanah dan/atau
Bangunan dari Wajib Pajak lain yang secara substansi merupakan pembeli Tanah
dan/atau Bangunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan penghasilan
3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak lain yang secara substansi
merupakan pembeli hak atas Tanah dan/atau Bangunan dari pihak ketiga merupakan
penghasilan.
4. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3 dikenai PPh.
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id