Anda di halaman 1dari 35

1

PPh Final Pasal 4 (2) dan Pasal 15

M. Indra Gunawan, SE., M.Ak


Dimana PPh Pot/put …???
Penjualan
Perusahaan Pembelian
dan/atau Biaya

Penghasilan
Beban yang dapat dikurangkan
Penghasilan kena pajak
Dividen,
X tarif pajak bunga, dsb
Pajak terutang 1thn fiskal
Kredit pajak
• Angsuran pajak (PPh25)
• Dipotong pihak lain (22,23)
• Pajak luar negeri (24)
Pajak kurang/lebih bayar (29/28
1. PPh Final atas Persewaan Tanah 2

dan/atau Bangunan

1) PP 34 TAHUN 2017 (berlaku sejak 2 Januari 2018) tentang Pajak Penghasilan


atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
2) KMK-120/KMK.03/2002 (berlaku sejak 1 Mei 2002) tentang perubahan KMK-
394/KMK.04/1996 (berlaku sejak 5 Juni 1996) tentang pelaksanaan
pembayaran dan pemotongan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan
atau bangunan
3) KEP-227/PJ./2002 (berlaku sejak 1 Mei 2002) tentang tata cara pemotongan
dan pembayaran, serta pelaporan PPh dari persewaan tanah dan atau
bangunan
Objek dan tarif 2

1) Objek PPh Final Pasal 4 Ayat (2) adalah penghasilan dari persewaan tanah
dan/atau Bangunan baik sebagian maupun seluruh Bangunan yang diterima
atau diperoleh orang pribadi atau badan
2) Tidak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa pelayanan
penginapan beserta akomodasinya antara lain kamar, asrama untuk
mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok pekerja, dan rumah kos.
3) Tarif Pajak ditetapkan 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau
Bangunan dan bersifat final.
4) Yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang
dibayarkan atau yang diakui sebagai utang oleh Penyewa dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan/atau Bangunan yang
disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya
layanan, dan biaya fasilitas lainnya.
Pemotong PPh dan saat terhutang 2

 Yang menjadi pemotong PPh Pasal 4 ayat 2 atas sewa tanah dan/atau bangunan
adalah PENYEWA yang bertindak atau ditunjuk sebagai Pemotong Pajak Penghasilan.
 Pemotong pajak meliputi badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, kerja sama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya,
dan orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak
 Pemotong wajib memotong PPh Pasal 4 ayat (2) atas sewa tanah dan/atau bangunan yang
terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa, tergantung peristiwa mana lebih
dahulu terjadi.
 Menyetor PPh paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan
pembayaran atau terutangnya sewa
 Dalam hal Penyewa bukan sebagai pemotong pajak, Pajak Penghasilan yang terutang wajib
dibayar sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.
 Wajib Pajak yang melakukan pemotongan dan membayar sendiri Pajak Penghasilan yang
terutang wajib menyetorkan dan melaporkan Pajak Penghasilan tersebut.
 Kewajiban Pemotong:
Dipotong Atau Dibayar Sendiri? 2
2. PPh Final atas Pengalihan hak 2

atas Tanah dan/atau bangunan


1) PP 34 TAHUN 2016 (berlaku sejak 7 September 2016) tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau
Bangunan, Dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Atas Tanah Dan/Atau Bangunan
Beserta Perubahannya
2) PMK-261/PMK.03/2016 tentang Tata Cara Penyetoran, Pelaporan, dan
Pengecualian Pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas
Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya
3) PER-30/PJ/2009 tentang Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Kewajiban
Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan
Objek 2
1) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah penghasilan
yang diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau
bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang,
hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak.
2) perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya
Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan merupakan kesepakatan
jual beli antara para pihak yang dapat berupa surat perjanjian pengikatan jual beli,
surat pemesanan unit, kuitansi pembayaran uang muka, atau bentuk kesepakatan
lainnya antara pihak yang menjual atau bermaksud menjual tanah dan/ atau bangunan
dan pihak yang membeli atau bermaksud membeli tanah dan/ atau bangunan.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan, serta penghasilan yang timbul dari perjanjian pengikatan
jual beli beserta perubahannya, baik dalam kegiatan usahanya maupun di luar
usahanya, wajib dibayar atau dipungut pajak Penghasilannya pada saat terjadinya
transaksi dan pengenaan Pajak Penghasilan tersebut bersifat final.
Tarif 2

1) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan → 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan.
2) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
→ 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
3) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah, badan
usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, atau
badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala
daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Pengertian Nilai Peralihan 2
1) Nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan hak
kepada pemerintah;
2) Nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan
lelang.
3) Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan
istimewa, Selain jenis pengalihan dalam angka 1 dan 2 diatas;
4) Nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa, selain jenis pengalihan dalam angka 1 dan 2 diatas;
5) Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara
para pihak.
Saat terhutang 2

1) Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, wajib menyetor sendiri Pajak
Penghasilan yang terutang ke Kas Negara sebelum akta, keputusan, kesepakatan, atau
risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang.
2) Bagi orang pribadi atau badan yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan, Pajak Penghasilan terutang pada
saat diterimanya sebagian atau seluruh pembayaran atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunanNilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai
dengan peraturan lelang.
3) Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui jual beli atau tukar-menukar
kepada pemerintah, dipungut Pajak Penghasilan oleh bendahara pemerintah atau
pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar menukar
3. PPh Final atas Bunga deposito dan tabungan 2
serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

1) PP 123 TAHUN 2015 tentang perubahan atas PP 131 TAHUN 2000 tentang PPh
atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
2) PMK-212/PMK.03/2018 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
3) PER-03/PJ/2020 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan
serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan
Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Objek dan tarif 2

Bunga yang berasal dari deposito/tabungan baik yang ditempatkan pada bank yang didirikan
di dalam negeri maupun bank di luar negeri melalui cabangnya diIndonesia, termasuk jasa
giro serta diskonto SBI → 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
Pengecualian :
1) orang pribadi yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu) Tahun Pajak, termasuk bunga
dan diskonto, tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
2) bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI, untuk jumlah Deposito dan Tabungan
serta SBI yang tidak melebihi Rp7.500.000,00
3) bunga dan Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
4) bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana
Pensiun
5) bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan
sangat sederhana, atau rumah susun sederhana untuk dihuni sendiri.
4. PPh Final atas Bunga simpanan Koperasi 2

1) PP 15 TAHUN 2009 tentang PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi OP
2) PMK-112/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi OP
Objek dan tarif 2

Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di
Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final, dengan ketentuan :
1) 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.240.000 per
bulan; atau
2) 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp. 240.000,00 per bulan.
5. PPh Final atas Bunga/Diskonto Obligasi 2

1) PP 16 TAHUN 2009 Tentang PPh atas penghasilan berupa bunga obligasi


2) PP 27 TAHUN 2008 Tentang PPh atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara
(SPN)
3) PMK-63/PMK.03/2008 Tentang tata cara pemotongan PPh atas diskonto Surat
Perbendaharaan Negara (SPN)
4) PER-18/PJ./2008 Tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
PPh atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
5) PP 25 TAHUN 2009 tentang PPh kegiatan usaha berbasis syariah
Objek dan tarif 2

1) Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih
dari 12 (dua belas) bulan.
2) Bunga/diskonto Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh
pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.
3) Bunga obligasi adalah jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi.
4) Diskonto obligasi dengan kupon (tingkat bunga) adalah selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga
berjalan.
5) Diskonto obligasi tanpa bunga adalah selisih lebih harga jual atau nilai nominal
di atas harga perolehan obligasi.
6. PPh Final atas Penjualan Saham di Bursa 2
Efek
1) Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4 dan Pasal 4 ayat (3) haruf a angka 2 UU
Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang perubahan
keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
2) PP 94 TAHUN 2010 (berlaku sejak 30 Desember 2010) tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan pelunasan PPh dalam tahun berjalan
3) PP 14 TAHUN 1997 (berlaku sejak 29 Mei 1997) tentang perubahan atas PP 41
TAHUN 1994 tentang PPh atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di
bursa efek
4) KMK-282/KMK.04/1997 (berlaku sejak 29 Mei 1997) tentang pelaksanaan
pemungutan PPh atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa
efek
Objek dan tarif 2

 untuk semua transaksi penjualan saham: 0,1 % X jumlah


bruto nilai transaksi penjualan (Pasal
2 KMK 282/KMK.04/1997)
 untuk transaksi penjualan saham pendiri: ((0,1 % X
jumlah bruto nilai transaksi penjualan) + (0,5% X nilai
saham)) (Pasal 3 KMK 282/KMK.04/1997)
7. PPh Final atas Hadiah Undian 2

1) PP 132 TAHUN 2000 tentang PPh atas hadiah undian


2) PER-11/PJ/2015 tentang PPh atas hadiah undian
Objek dan tarif 2

 Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama


dan dalam bentuk apapun dipotong atau dipungut Pajak
Penghasilan yang bersifat final. (Pasal 1 PP 132 TAHUN
2000)
 25% dari jumlah bruto nilai hadiah (Pasal 2 PP 132
TAHUN 2000)
 nilai hadiah adalah nilai uang atau nilai pasar apabila
hadiah tersebut diserahkan dalam bentuk natura
misalnya mobil.
8. PPh Final atas Dividen 2

1) Pasal 17 Ayat (2c) UU Nomor 36 TAHUN 2008 tentang


perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983
tentang Pajak Penghasilan
2) PP 19 TAHUN 2009 tentang PPh atas deviden yang
diterima atau diperoleh oleh WP OP DN
3) PMK-111/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan PPh atas dividen yang
diterima atau diperoleh WP OP DN
Objek dan tarif 2

 Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun,


termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi. (Pasal 1 ayat (2) PMK-111/PMK.03/2010)
 penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh
WP OP DN dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10%
dan bersifat final.
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 4 ayat (3) huruf f angka 1
PASAL
111

Dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima oleh:


a. WP Orang Pribadi Dalam Negeri, sepanjang diinvestasikan di wilayah NKRI dalam
jangka waktu tertentu, dan/atau
b. WP Badan Dalam Negeri, tidak dikenai PPh (dikecualikan dari objek pajak).

Aturan sebelumnya

Dividen yang diterima oleh:


 WP Badan DN dengan kepemilikan ≥ 25% tidak dikenai PPh
 WP Badan DN dengan kepemilikan < 25% dikenai PPh tarif normal
 WP Orang Pribadi DN dikenai PPh Final 10%.
9. PPh Final atas Jasa Konstruksi 2

1) Pasal 4 ayat (2) UU Nomor 36 TAHUN 2008 tentang


perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983 tentang
Pajak Penghasilan
2) PP 40 TAHUN 2009 tentang perubahan PP 51 TAHUN 2008
tentang PPh atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
3) PMK-153/PMK.03/2009 tentang tata cara pemotongan,
penyetoran, pelaporan dan penatausahaan PPh atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi
4) UU Nomor 18 TAHUN 1999 tentang Jasa Konstruksi
Objek dan tarif 2
Objek dan tarif 2
Objek dan tarif 2
PPh Pasal 15 atas Pelayaran Dalam Negeri 2
 Dasar Hukum → KMK-416/KMK.04/1996 tentang norma penghitungan khusus penghasilan neto
bagi WP Perusahaan Pelayaran DN
 Subjek → Orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau badan yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia (SPDN) yang melakukan usaha pelayaran dengan
kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain
 Objek → Penghasilan perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau
barang termasuk penyewaan kapal dari Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di Indonesia,
Pelabuhan di Indonesia ke luar pelabuhan Indonesia, Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan
di Indonesia, pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lain di luar Indonesia.
 Tarif (Bersifat Final) → 30 % x Norma Penghitungan Penghasilan Netto.
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 4% x Peredaran Bruto
 PPh Terutang = 30% x 4% x Peredaran bruto = 1,2% x Peredaran Bruto
 peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang
diterima atau diperoleh WP perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang
dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
PPh Pasal 15 atas Penerbangan Dalam Negeri 2
 Dasar Hukum → KMK-475/KMK.04/1996 tentang norma penghitungan khusus
penghasilan neto bagi WP perusahaan penerbangan dalam negeri
 Subjek → Wajib Pajak perusahaan penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia
yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter
 Yang dimaksud dengan perjanjian charter meliputi semua bentuk charter, termasuk sewa
ruangan pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang
 Objek → Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang
dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia maupun
di luar negeri.
 Tarif (Tidak Final) → 30 % x Norma Penghitungan Penghasilan Netto.
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 6% x Peredaran Bruto
 PPh Terutang = 30% x 6% x Peredaran bruto = 1,8% x Peredaran Bruto
 Pemotong adalah pihak pencharter yang merupakan Badan pemerintah, WP Badan,
Penyelenggara Kegiatan, BUT, atau Perwakilan Perusahaan Luar Negeri lainnya
PPh Pasal 15 atas Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri 2
 Dasar Hukum → KMK-417/KMK.04/1996 tentang norma penghitungan khusus
penghasilan netto bagi WP perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan Luar
Negeri
 Subjek → Wajib Pajak yang bertempat kedudukan di luar negeri yang melakukan
usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia
 Objek → Semua nilai pengganti atau imbalan berupa uang atau nilai uang dari
pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari suatu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan
di luar negeri.
 Tarif (Final) → PPh Terutang = 2,64% x Peredaran Bruto
PPh Pasal 15 atas Kantor Perwakilan Dagang Asing 2
(representative office/liaison office) di Indonesia
 Dasar Hukum → KMK-634/KMK.04/1994 tentang Norma Penghitungan Khusus
Penghasilan Neto bagi WP LN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia
 Dasar Hukum → KEP-667/PJ./2001 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan
Neto bagi WP LN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia
 Subjek → Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang
(representative office/liaison office) di Indonesia yang berasal dari negara yang belum
mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia.
 Objek → nilai ekspor bruto yaitu semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau
bertempat kedudukan di Indonesia.
 Tarif (Final) → PPh Terutang = 0,44% X nilai ekspor bruto
PPh Pasal 15 atas WP yang melakukan kegiatan usaha jasa
2
maklon internasional di bidang produksi mainan anak-anak
 Dasar Hukum → KMK-543/KMK.03/2002 tentang penghasilan neto dan cara pembayaran
PPh bagi WP yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon internasional di bidang produksi
mainan anak-anak
 Subjek → Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan jasa pembuatan atau perakitan
barang berupa produk mainan anak-anak, dengan bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk
teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak pemesan yang berkedudukan di luar negeri
dan mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
 Objek → Seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian
bahan baku (direct materials), Pengertian biaya pembuatan atau perakitan barang
mencakup seluruh pengeluaran yang merupakan biaya pabrikasi langsung (selain bahan
baku milik prinsipal) dan tidak langsung serta biaya umum dan administrasi sesuai dengan
pembukuan komersial Wajib Pajak;
 Tarif (Final) → penghasilan neto = 7% (tujuh persen) X jumlah seluruh biaya.
 PPh terutang = 7% X 30% = 2,1% X jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang
tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct materials
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai