Anda di halaman 1dari 11

3.

Tarif dan Dasar Pengenaan

Besarnya tarif PPh ini adalah 10 persen. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah bruto

nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.

PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.

4. Tata Cara Pemotongan,Penyetoran, dan Pelaporan

a. Atas penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan yang diterima atau diperoleh

dari penyewa yang bertindak atau ditunjuk sebagai pemotong pajak, wajib dipotong

pajak oleh penyewa.

b. Apabila penyewa bukan sebagai pemotong pajak, PPh yang terutang wajib dibayar

sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.

Pemotong atau pemungut wajib menyetorkan pajak yang telah dipotong ke

bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan wajib

melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) selambat-lambatnya tanggal 20

bulan berikutnya setelah bulan dibayarkan/diserahkan hadiah tersebut.

Contoh

Tuan Ananda mempunyai beberapa ruko yang disewakan. Apotek Sehat Farma dan Pusat

Oleh-Oleh Enak menyewa ruko tersebut masing-masing dengan sewa Rp50.000.000

dan Rp25.000.000 untuk tahun 2016. Apotek Sehat Farma merupakan pemotong pajak,

sedangkan Pusat Oleh-Oleh Enak bukan pemotong pajak. PPh atas sewa yang dipotong

oleh Apotek Sehat Farma adalah:

10%xRp50.000.000=Rp5.000.000

Pusat Oleh-Oleh Enak bukan pemotong pajak sehingga PPh atas sewa dipotong,

dibayar, dan dilaporkan oleh Tuan Ananda sebesar:

10%xRp25.000.000=Rp2.500.000

Pajak Penghasilan atas Usaha Jasa Konstruksi


Pajak penghasilan atas usaha jasa konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

51 Tahun 2008 sebagaimana telah disempurnakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor

40 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008.

1.Pengertian

a.Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,

layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi

pengawasan pekerjaan konstruksi.

b. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan

perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan

arsitekturai,sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta

kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunann atau bentuk fisik lain.

c.Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli dan profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yangmampu

mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik Iain.

d. Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu

menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi

bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi

terintegrasi, yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan

perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engincering procurement, and construction)

serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).

e. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli dan profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, mampu

melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi

sampai selesai dan diserahterimakan.


f. Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang

memerlukan layanan jasa konstruksi.

g. Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap,yang

kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana

konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya.

h. Nilai kontrak jasa konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak jasa

konstruksi secara keseluruhan.

____________

Pajak Penghasilan atas Pengalihan Harta berupa Tanah

dan/atau Bangunan

Pajak penghasilan atas pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994. Peraturan ini telah diubah terakhir dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan

dari pengalihan tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah

dan/atau bangunan beserta perubahannya.

1. Pengertian

Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,meliputi:penjualan,tukar-menukar,

pelepasan hak,penyerahan hak,lelang,hibah,waris,atau cara lain yang disepakai

antara para pihak yang terkait.

Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya,

meliputi:

- pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli pada

saat pertama kali ditandatangani; atau

pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli

sebelum terjadinya perubahan atau adendum perjanjian pengikatan jual beli, atas
terjadinya perubahan pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut.

2. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib Pajak PPh ini adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan

dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli

atas tanah dan/atau bangunan.

Objek pajak PPh ini adalah penghasilan yang diperoleh/diterima orang pribadi

atau badan karena pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian

pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan.

3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif PPh pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan

jual beli atas tanah dan/atau bangunan adalah:

a. sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak ats

tanah dan/atau bangunan selain pengalihan hakatas tanah dan/atau bangunan berup

Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajs

yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;

b. sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hakatas tanah dan/atau

bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan

oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/

atau bangunan;atau

c.sebesar 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada

pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari

pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus

dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur

mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Dasar pengenaan pajak untuk PPh atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan adalah nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu:

a. nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan kepada

pemerintah;

b. nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan

lelang(Vendu Reglement Staatsblad Tahun 1908 Nomor 189 beserta perubahannya).

c. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas

tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan

istimewa, selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada hurufa dan hurufb;

d. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan

istimewa, selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada hurufa dan hurufb; atau

e. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam hal

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui tukar-menukar,

pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara

para pihak.

Dasar pengenaan pajak untuk PPh atas perjanjian pengikatan jual beli atas tanah

dan/atau bangunan adalah jumlah bruto,yaitu:

a. nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah dan/

atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi hubungan

istimewa;atau

b. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah dan/atau

bangunan dilakukan melalui pengalihan yang dipengaruhi hubungan istimewa.

4. Pemungutan,Penyetoran,dan Pelaporan

'a. Orang Pribadi atau Badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, wajib menyetor sendiri PPh yang
terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos sebelum akta, keputusan perjanjian,

kesepakatan,atau risalah lelang ditandatangani oleh pejabatyang berwenang: dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), dan pada SSP wajib dicantumkan:

1) nama, alamat, dan NPWP pihak yang mengalihkan Orang Pribadi atau Badan

yang bersangkutan;

2) lokasi tanah dan/atau bangunan yang dialihkan;

3) nama pembeli.

b. Orang Pribadi yang nilai pengalihan tidak lebih dari Rp60.000.000 (enam puluh juta

rupiah), tetapi penghasilan lainnya dalam satu tahun melebihi PTKP, penyetoran

PPh Final selambat-lambatnya pada akhir tahun pajak yang bersangkutan.

c. Bendahara pemerintah ata pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang

menyetujui tukar-menukar, memungut PPh yang terutang dan menyetorkannya

ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan SSP sebelum pembayaran

atau tukar-menukar dilaksanakan kepada Orang Pribadi atau Badan.

d. Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran sendiri Pajak Penghasilan,

wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama tanggal 20 bulan

berikutnya setelah bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

atau diterimanya pembayaran.

e. Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang

menyetujui tukar-menukar yang melakukan pemungutan Pajak Penghasilan

wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama tanggal 20 bulan

berikutnya setelah bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

atau diterimanya pembayaran.

5.Dikecualikan dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan

a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena


Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan

jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60.000.000 (enam puluh juta rupiah)

dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

b. orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan

dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunanlurus satu derajat,

badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi

atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut

tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara

pihak-pihak yang bersangkutan;

c. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan

cara hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk

yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang

hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

d. pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris;

e. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam

rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan

Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;

f. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan

dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna,

atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau

g. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukn

pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan.


__________

Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang

Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi

Orang Pribadi

Pajak penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada anggota

koperasi orang pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009 dan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112 Tahun 2010.

1.Pengertian

Penghasilan berupa bunga simpanan adalah imbalan berupa bunga simpanan yang

diterima anggota koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi

orang pribadi pada koperasi tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota.

2.Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib Pajak di sini adalah orang pribadi sebagai anggota koperasi yang mempunyai

simpanan di koperasi dan memperoleh/menerima bunga atas simpanannya.

Objek Pajak di sini adalah bunga simpanan yang diterima oleh anggotanya.

Tidak termasuk dalam bunga simpanan ini adalah bunga simpanan yang diterima

anggota koperasi orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa hasil usaha. Bunga

simpanan yang jumlahnya tidak melebihi Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu

rupiah) dalam sebulan, dikecualikan dari pengenaan PPh ini.

3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Besarnya tarif ini adalah:

a. sebesar 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan

Rp240.000(dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan;

b. sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa

bunga simpanan lebih dari Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) perbulan.
Dasar pengenaan pajak ini adalah jumlah bruto bunga simpanan yang diterima oleh

anggota koperasi.

PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.

4. Pemotongan,Penyetoran,dan Pelaporan

Tata cara pemotongan,penyetoran, dan pelaporan pajak ini diatur sebagai berikut.

a. Koperasi yang membayarkan bunga simpanan kepada anggotanya wajib melakukan

pemotongan PPh sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Koperasi sebagai pemotong pajak wajib memberikan tanda bukti pemotongan

PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Wajib Pajak orang pribadi yang dipotong PPh setiap

melakukan pemotongan.

c. Pajak Penghasilan yang telah dipotong oleh koperasi, wajib disetor ke kas negara

melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling lama

tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir menggunakan SSP.

d. Koperasi wajib menyampaikan laporan tentang pemotongan dan penyetoran Pajak

Penghasilan paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir menggunakan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2).

_____

Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima oleh Wajib

Pajak Orang Pribadi

Pajak penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota

koperasi orang pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 dan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111 Tahun 2010.

1. Pengertian

Dividen merupakan bagian laba dengan nama dan dalam bentukapa pun yang diterima

oleh pemegang saham atas kepemilikan saham dalam sebuah perseroan. Termasuk
dividen dalam hal iniadalah dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis

dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

2. Wajib Pajak dan Objek Pajak

Wajib Pajak di siniadalah orang pribadi dalam negeri yang bertindak sebagai pemegang

saham suatu perseroan, pemegang polis suatu perusahaan asuransi, dan anggota

koperasi yang menerima sisa hasil usaha.

Objek Pajak di sini adalah dividen sebagaimana dijelaskan pada pengertian.

3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Besarnya Pajak Penghasilan atas dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi,

adalah 10% (sepuluh persen).

Dasar pengenaan pajak ini adalah jumlah bruto dividen.

PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.

4.Pemotongan,Penyetoran,dan Pelaporan

Tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak ini diatur sebagai berikut.

membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.

b. Pemotongan dilakukan pada saat dividen disediakan untuk dibayarkan.

c. Pemotong PPh wajib memberikan bukti tanda pemotongan pajak kepada Wajib

Pajak yang dipotong PPh setiap melakukan pemotongan.

d. Pemotong PPh wajib menyetor PPh yang dipotongnya ke kas negara paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dengan menggunakan SSP.

e. Pemotong PPh wajib melaporkan pajak yang sudah dipotong dan disetor ke

Kantor Pelayanan Pajak paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat(2).

Contoh

PT Perdana membagikan dividen kepada para pemegang saham di antaranya kepada


Nurindah yang memiliki saham sebanyak 100.000 lembar saham dari total saham beredar

sebanyak 400.000 lembar. Dividen tunai yang dibagi adalah Rp1.000 per lembar saham.

PPh yang dipotong oleh PT Perdana adalah:

10% x 100.000 x Rp1.000=Rp10.000.000

SURAT PEMBERITAHUAN MASA DAN BUKTI

PEMOTONGAN

Bank Perdana yang beralamat di Jl. Pahlawan No. 51,NPWP 01.633.445.1.542.000

merupakan pemotong pajak penghasilan. Pada bulan Oktober 2016 melakukan

pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas pembayaran imbalan sebagai berikut.

07 Oktober : Membayar bunga deposito kepada Akbar yang beralamat

di Jl. Lojajar C-28 Yogyakarta,NPWP 04.009.990.3.542.000

Nominal deposito Rp100.000.000 bunga 6% setahun.

17 Oktober Menyerahkan hadiah undian senilai Rp200.000.000

kepada Amelia, yang beralamat di Jl. Magelang No.542

Yogyakarta.

24 Oktober : Membayar imbalan atas jasa perencanaan konstruksi senilai

b. Pemotongan dilakukan pada saat dividen disediakan untuk dibayarkan.

10% x 100.000 x Rp1.000=Rp10.000.000

30 Oktober : Membayar dividen kepada Vinvina Noveria sebesar

Rp15.000.000.Vinvina beralamat di Jalan Sukarno No. 27

Semarang,NPWP 04.133.445.1.504.000.

Anda mungkin juga menyukai