Anda di halaman 1dari 43

P P H P A S A L 4 AYAT ( 2 )

PPH PASAL 4 AYAT 2

Pph Pasal 4 ayat 2

PPh Final

Tidak dikreditkan saat


pembuatan pajak tahunan
PAJAK PENGHASILAN DARI PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PENGHASILAN DARI PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
( PP No. 29 TAHUN 1996 jo. PP No.5 Tahun 2002 )

DASAR HUKUM

PERATURAN KEPUTUSAN KEPUTUSAN


PEMERINTAH MENTERI KEUANGAN DIRJEN PAJAK

No. : 394/
PP No. 29 KMK.04/1996 KEP-50/PJ/1996
TAHUN 1996 jo. jo.
PP No.5 Tahun 2002 No. : 120/ KEP-227/PJ/2002
KMK.03/2002
OBJEK PPh

PENGHASILAN YG
DITERIMA/DIPEROLEH

ORANG PRIBADI BADAN

DARI PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
BERUPA

* TANAH * KONDOMINIUM
* RUMAH * GEDUNG PERKANTORAN/
* RUMAH SUSUN PERTEMUAN/PERTOKOAN
* RUMAH TOKO TERMASUK BAGIANNYA
* APARTEMEN * RUMAH KANTOR
* TOKO * GUDANG DAN BANGUNAN INDUSTRI
TIDAK TERMASUK OBJEK
PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN
YG
MERUPAKAN

OBJEK PAJAK HOTEL DAN RESTORAN


(PAJAK DAERAH)
YAITU PELAYANAN YG DISEDIAKAN DGN PEMBAYARAN DI HOTEL ATAU
RESTORAN, TERMASUK :

1. FASILITAS PENGINAPAN ATAU FASILITAS TINGGAL JANGKA PENDEK;


2. PELAYANAN PENUNJANG SBG KELENGKAPAN FASILITAS PENGINAPAN
ATAU TINGGAL JANGKA PENDEK YG SIFATNYA MEMBERIKAN
KEMUDAHAN DAN KENYAMANAN
3. JASA PERSEWAAN RUANG UNTUK KEGIATAN ACARA ATAU PERTEMUAN
HOTEL
PELUNASAN PPH

PENYEWA

ORANG ORANG PRIBADI YANG DITETAPKAN OLEH


PRIBADI DIRJEN PAJAK (KEP-50/PJ/1996)
• Akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT, pengacara,
dan konsultan, yg melakukan pekerjaan bebas
• Orang pribadi yg menjlnkan usaha yg
BUKAN menyelenggarakan pembukuan
PEMOTONG PJK
* badan pemerintah
* subjek pajak badan dalam negeri
* penyelenggara kegiatan
* bentuk usaha tetap
PEMBAYARAN * kerja sama operasi
SENDIRI * perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

Oleh Orang Pribadi atau PEMOTONGAN


Badan yg menerima
penghasilan OLEH
PENYEWA
BESARNYA TARIF PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

YANG MENYEWAKAN

BADAN DENGAN
ORANG
BADAN KEPEMILIKAN
PRIBADI
ORANG PRIBADI

10% 10% 10%

DARI JUMLAH BRUTO NILAI PERSEWAAN

semua jumlah yg dibayarkan/terutang oleh penyewa dgn nama dan dalam


bentuk apapun yg berkaitan dgn tanah dan/atau bangunan yg disewa
termasuk :
biaya perawatan; biaya pemeliharaan; biaya keamanan; biaya fasilitas lainnya
dan service charge baik yg perjanjiannya dibuat secara terpisah/disatukan
KEWAJIBAN PENYEWA
SEBAGAI PEMOTONG PAJAK

PENYEWA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK WAJIB :

Bukti
MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN ATAU TERUTANGNYA Potong
SEWA, DAN MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL

MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DGN MENGGUNAKAN


SSP PADA BANK PERSEPSI/KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA SSP
TGL 10 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
MEMBAYARAN/TERUTANGNYA SEWA

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KEPALA KPP SPT


SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYATGL 20 BULAN BERIKUTNYA Masa
SETELAH BULAN PEMBAYARAN/TERUTANGNYA SEWA

DENGAN
LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DENGAN DILAMPIRI :
- LEMBAR KE-3 SSP;
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
KEWAJIBAN PENYETORAN SENDIRI

PENERIMA PENGHASILAN :

SPT
SSP
Masa

MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DGN MENGGUNAKAN


SSP PADA BANK PERSEPSI/KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA
TGL 15 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN
MEMBAYARAN/TERUTANGNYA SEWA

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KEPALA KPP


SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYA TGL 20 BULAN BERIKUTNYA
SETELAH BULAN PEMBAYARAN/ TERUTANGNYA SEWA
DENGAN
LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DENGAN DILAMPIRI :
- LEMBAR KE-3 SSP;
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
P P H F I N A L ATA S
PENGHASILAN DARI
P E N G A L I H A N H A K ATA S
TA N A H D A N / ATA U
BANGUNAN
DASAR HUKUM
1. PP Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran PPh atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan stdtd PP Nomor 71 Tahun 2008
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 tentang Pelaksanaan
Pembayaran PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan stdtd Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/KMK.03/2008;
3. Per Dirjen Pajak:
a. Nomor PER/28/PJ/2009: SKB Real Estate
b. Nomor PER-30/PJ/2009: SKB Pengecualian
c. Nomor PER-26/PJ/2010: Penelitian SSP
4. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-80/PJ/2009 tentang Pelaksanaan PPh
yang Bersifat Final Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah
Dan/Atau Bangunan Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Usaha
Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan
SUBJEK DAN OBJEK PAJAK
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan.

orang pribadi atau badan


Subjek Pajak

Objek Pajak penghasilan dari pengalihan


hak atas tanah dan/atau
bangunan
TARIF PPH
5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, kecuali untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa rumah sederhana dan rumah susun
sederhana oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dikenakan tarif 1% dari jumlah bruto nilai
pengalihan;
JUMLAH BRUTO NILAI PENGALIHAN

NILAI TERTINGGI
ANTARA
NILAI BERDASARKAN

NJOP
AKTA TANAH DAN/ATAU
PENGALIHAN HAK BANGUNAN

CATATAN
JUMLAH BRUTO TDK TERMASUK PPN DAN BIAYA NOTARIS ATAU PEJABAT
YG BERWENANG MENERBITKAN AKTA
Nilai pengalihan hak adalah nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta
pengalihan hak dengan NJOP tanah/bangunan kecuali:
• dalam hal pengalihan hak kepada Pemerintah adalah nilai
berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan:
• dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang adalah nilai
menurut risalah lelang.

NJOP adalah sebagaimana terdapat pada Surat Pemberitahunan Pajak


terutang (SPPT) PBB , dan apabila belum terbit makasurat keterangan
sesuai data SPPT sebelumnya.

Apabila blm terdaftar, sesuai surat keterangan yang diterbitkan Kepala


Kantor lokasi dimana tanah/bangunan berada.

www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN PAJAK
Apabila pembayaran dengan cara angsuran, DPP-nya
jumlah setiap pembayaran angsuran termasuk uang
muka, bunga, pungutan dan pembayaran
tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli,
sehubungan dengan penjualan atau pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan tersebut.
PENGECUALIAN
1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang
jumlah bruto pengalihan haknya kurang dari Rp60 juta dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah (SKB);

2. Pengalihan hak kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan


untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus
yaitu: jalan umum, saluran pembuangan air, waduk, bendungan,
saluran irigasi, pelabuhan laut, bandar udara dan fasilitas
keselamatan umum seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir,
lahar dan bencana lainnya, serta fasilitas ABRI;
3. pengalihan tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah
yang memenuhi ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU PPh (SKB)

OP : hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus


satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sisoal termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalan usaha mikro dan kecil (ketentuan PMK), sepanjang
tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak2 ybs.

Badan : hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan,


badan sisoal termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi
yang menjalan usaha mikro dan kecil (ketentuan PMK),
sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak2 ybs
4. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
sehubungan dengan warisan (SKB).
5. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang dilakukan oleh bukan subjek pajak.
PROSEDUR SKB
Prosedur SKB:
1. Permohonan SKB diajukan oleh orang pribadi atau badan yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ke KPP tempat
terdaftar atau bertempat tinggal, kecuali:
a. Untuk SKB Warisan, permohonan diajukan oleh ahli waris
b. Untuk SKB Hibah Wasiat, permohonan diajukan oleh penerima hibah wasiat.
2. Persyaratan SKB untuk pengalihan kurang dari Rp60 juta, dilampiri
dengan:
a. Surat Pernyataan berpenghasilan di bawah PTKP
b. fotokopi Kartu Keluarga
c. Foto kopi SPPT
3. Persyaratan SKB untuk pengalihan karena hibah dilampiri Surat
Pernyataan Hibah
4. Persyaratan SKB untuk pengalihan karena warisan dilampiri dengan
Surat Pernyataan Pembagian Waris
TATA CARA PEMBAYARAN

1. membayar sendiri dalam hal pengalihan tanah


dan/atau bangunan kepada selain pemerintah.

2. dipungut oleh Bendaharawan atau pejabat


yang berwenang melakukan pembayaran atau
menyetujui tukar-menukar dalam hal
pengalihan tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah.
SAAT PEMBAYARAN PPH:
1. Dalam hal membayar sendiri, PPh dibayar sebelum akta,
keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang.
2. Dalam hal pembayaran dengan cara angsuran maka PPh wajib
dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah bulan diterimanya pembayaran.
3. Dalam hal dipungut oleh bendaharawan, PPh dibayar sebelum
bendaharawan melakukan pembayaran kepada orang pribadi
atau badan yang berhak menerimanya atau sebelum tukar-
menukar dilaksanakan.
TATA CARA PENGISIAN SSP SEHUBUNGAN
DENGAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN MILIK ORANG PRIBADI

DALAM SSP HARUS


DICANTUMKAN :

- NAMA, ALAMAT, DAN NPWP PIHAK YANG MENGALIHKAN.


- LOKASI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN YANG DIALIHKAN
- NAMA PEMBELI

BILA PIHAK YANG MENGALIHKAN TIDAK


MEMILIKI NPWP, MAKA NPWP DIISI DENGAN
0.000.000.0.XXX
(XXX ADALAH KODE KPP TEMPAT WP
YG MENGALIHKAN BERTEMPAT TINGGAL)
TATA CARA PELAPORAN
1. Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran sendiri PPh wajib
menyampaikan SPT Masa paling lama tanggal 20 bulan berikutnya
setelah bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
atau diterimanya pembayaran.
2. Bendaharawan/pejabat yang melakukan pemungutan PPh wajib
menyampaikan SPT Masa paling lama tanggal 20 bulan berikutnya
setelah bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
atau diterimanya pembayaran.
PP 15 TAHUN 2009
PPH BUNGA SIMPAPAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI
ORANG PRIBADI

Penghasilan berupa bunga simpanan yg dibayarkan ol koperasi yg di dirikan di


indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai pph yg bersifat final;

Tarif PPh atas bunga simpanan yg dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi adalah:
 0% untuk penghasilan s.d Rp 240 ribu perbulan atau
 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp240 ribu perbulan ;

Koperasi wajib melakukan pemotongan PPh yg bersifat final atas pembayaran


bunga simpanan kepada anggota koperasi orang pribadipada saat pembayaran
PP 16 TAHUN 2009 STDD PP 100 Tahun 2013
PPH ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA
OBLIGASI

1. obligasi adalah surat utang & surat utang negara, yg berjangka waktu > 12 bln
2. bunga obligasi adalah imbalan yg diterima & atau diperoleh pemegang obligasi
dlm bentuk bunga & atau diskonto.
3. atas penghasilan yg diterima & atau diperoleh wp berupa bunga obligasi
dikenai pemotongan pajak penghasilan yg bersifat final dan besarnya pph
adalah :
a. untuk bunga dari obligasi dengan kupon sebesar
 15% wp dalam negeri dan but; dan
 20% atau sesuai dgn tarif p3b bagi wp luar negeri selain but dari
jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi
b. diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar:
 15% bagi wp dalam negeri dan but; dan
 20% atau sesuai dgn tarif p3b bagi w p luar negeri selain but
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi, tidak termasuk bunga berjalan
PP 16 TAHUN 2009 STDD PP 100 Tahun 2013
PPH ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA
OBLIGASI

c. diskonto dari obligasi tanpa bunga sebesar:


 15% bagi wp dalam negeri dan but; dan
 20% atau sesuai dgn p3b bagi wp luar negeri selain but,
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi;
d. bunga & atau diskonto dari obligasi yg diterima &atau diperoleh
w p reksadana yg terdaftar pada OJK sebesar:
 5% untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020; dan
 10% untuk tahun 2021 dan seterusnya.

4. Pemotong pajaknya adalah penerbit obligasi atau kustosian selaku


agen dan Perusahaan efek, dealer atau bank selaku pedagang
perantara
PP 131 TAHUN 2000
PPH ATAS BUNGA DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI

1. Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
dipotong PPh final
2. Termasuk bunga yang harus dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), adalah bunga yang diterima atau diperoleh dari
deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia
3. Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga dari deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
a. dikenakan pajak final sebesar 20%(dua puluh persen) dari jumlah bruto,
terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

a. dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto
atau dengan tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang
berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri
PERATURAN PELAKSANAAN PASAL 4 AYAT (2)

POINTER PP 131 TAHUN 2000

PENGECUALIAN
a. bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat
Bank Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan
serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp
7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b. bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank
yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia;
PERATURAN PELAKSANAAN PASAL 4 AYAT (2)

POINTER PP 131 TAHUN 2000

PENGECUALIAN
c. bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

d. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka


pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun
sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
PP 132 TAHUN 2000
PPH ATAS HADIAH UNDIAN

• Hadiah undian dengan nama dan bentuk apapun


dikenakan PPh Final

• Tarif 25 % dari jumlah bruto hadiah undian.

Bukti
Potong
PP 19 TAHUN 2009
PPH ATAS DEVIDEN YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH WP ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

• Deviden yang diterima atau diperoleh WP OP


dalam negeri

• Tarif 10 % dan bersifat final.

• Dipotong oleh pihak yang membayar atau pihak


lain yang ditunjuk sebagai pembayar deviden

Bukti
Potong
PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN ATAS USAHA JASA KONSTRUKSI

DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008


DAN PERUBAHANNYA YAITU PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 40 TAHUN 2009

BERLAKU PER 1 AGUSTUS 2008


SUBJEK PAJAK
USAHA JASA KONSTRUKSI

SUBJEK PAJAK

WP Orang Pribadi WP Badan BUT

YANG BERGERAK DI BIDANG

- JASA PERENCANAAN KONSTRUKSI


- JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
- JASA PENGAWASAN KONSTRUKSI
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPH
USAHA JASA KONSTRUKSI

IMBALAN JASA
KONSTRUKSI

FINAL

JASA JASA
PERENCANAAN
PELAKSANAAN & PENGAWASAN

YG MEMILIKI YG TIDAK YG MEMILIKI YG MEMILIKI YG TIDAK


KUALIFIKASI MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA KUALIFIKASI MEMILIKI
USAHA KECIL KUALIFIKASI MENENGAH ATAU USAHA KUALIFIKASI
USAHA KUALIFIKASI BESAR USAHA

2% 4% 3% 4% 6%

DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN


YG MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK
TERMASUK PPN
PELUNASAN PPH USAHA JASA KONSTRUKSI

PENGGUNA JASA

• BADAN PEMERINTAH,
• SUBJEK PAJAK BADAN DALAM NEGERI,
• PENYELENGGARA KEGIATAN
• BUT
• KERJASAMA OPERASI • ORANG PRIBADI
• PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR NEGERI LAINNYA • BUKAN SUBJEK PAJAK
• ORANG PRIBADI YANG DITETAPKAN OLEH DIRJEN
PAJAK

PELUNASAN PPh MELALUI

PEMOTONGAN OLEH PENYETORAN SENDIRI OLEH


PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA
TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PENGGUNA JASA
PENGGUNA JASA YG DITUNJUK SBG PEMOTONG WAJIB :

MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN UANG MUKA DAN


TERMIJN, DAN MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL Bukti
Potong
MENYETORKAN PPhYG TELAH DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN SSP
PADA BANK PERSEPSI / KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 10
BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN
SSP

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KPP SETEMPAT,


SELAMBAT-LAMBATNYATGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN SPT
PEMBAYARAN IMBALAN
Masa
DENGAN

LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PENGHASILAN


DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN DILAMPIRI :
- LEMBAR KE-3 SSP;
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
TATA CARA PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PENYEDIA JASA

KEWAJIBAN PENYEDIA JASA:

MENYETOR SENDIRI PPh TERUTANG KE BANK PERSEPSI/KANTOR


POS DENGAN SSP SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL
15 BULAN BERIKUTNYA

MELAPORKAN PENYETORAN PPh KE KPP SELAMBAT-LAMBATNYA


TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN DITERIMANYA
IMBALAN

LAPORAN BULANAN PPh BAGI


WP YANG BERGERAK DI BIDANG SSP
USAHA JASA KONSTRUKSI
DILAMPIRI LEMBAR KE 3 SSP
TRANSAKSI SAHAM DI BURSA EFEK
PP 14 TAHUN 1997

• Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi


atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek
dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya Pajak
Penghasilan adalah : 0,1% (satu per dari jumlah bruto
nilai transaksi penjualan
• Pemungutan Pajak Penghasilan dilakukan oleh penyelenggara
bursa efek melalui pedagang perantara efek pada saat
menerima pelunasan transaksi penjualan saham pada tanggal
20 bulan berikutnya dan dilaporkan tanggal 25 bulan
berikutnya
PPH FINAL SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP
PMK 79/PMK.03/2008
PER-12/PJ/2009

– Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan


berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap
tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva
tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau
ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah.
– Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal semula
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 10% (sepuluh persen).
TERIMA K ASIH

Anda mungkin juga menyukai