Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPH ATAS PENGHASILAN


DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN / ATAU BANGUNAN

NAMA : FANNY MARWHATI OCTHAVIA


NO. TPU : 05.1082.06484

PROGRAM ON THE JOB TRAINING CPNS


KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PALMERAH
KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA BARAT
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2011
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………............ i
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN LAPORAN INDIVIDU……………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………. iii
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang………………………………………………………………………............ 1
b. Sasaran………………………………………………………………………....................... 2
PEMBAHASAN
a. Permasalahan……………………………………………………………………………...... 2
b. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan……………………………………........... 3
PENUTUP
a. Kesimpulan…………………………………………………………………………………... 4
b. Saran………………………………………………………………………………………..... 5

iii
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan,
khususnya pada pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa yang menjadi objek pajak adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun. Objek pajak tersebut dapat diperoleh dalam bentuk gaji, upah,
tunjangan, hadiah,laba usaha serta keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta dan lain-lain.
Namun, adapula pengecualian dalam objek pajak penghasilan yang terdapat Undang-
Undang RI No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 seperti bantuan atau sumbangan,
termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah dan harta hibahan
yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan serta warisan
Pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas hibah dan
warisan tersebut telah diatur dalam Pasal 5 PP No. 71 Tahun 2008 dan Pasal 2B ayat (3)
Peraturan Menteri Keuangan No. 243/PMK.03/2008. Dengan adanya pasal tersebut
diatas maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
No. 30/PJ/2009 tanggal 27 April 2009 yang mengatur tentang Tata Cara Pengecualian
Dari Kewajiban Pembayaran Atau Pemungutan PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan
Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.
1. Kondisi Ideal
Kondisi ideal untuk tata cara penyelesaian permohonan SKB PPh atas penghasilan
dari pengalihan hak tanah dan/atau bangunan adalah Wajib Pajak datang ke KPP
dengan membawa persyaratan yang sesuai dengan PER-30/PJ/2009. Kemudian
permohonan SKB tersebut diterima oleh petugas TPT (Seksi Pelayanan) setelah dari

1
seksi ini, akan diteruskan kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang akan
dianalisa dan diteliti oleh Account Representative (selanjutnya akan disingkat menjadi
AR). Dalam kondisi ini, AR dapat memutuskan permohonan SKB tersebut dapat
diterima atau tidaknya. Setelah adanya keputusan diterima atau tidaknya SKB tersebut
maka Seksi Pelayanan akan mencetak konsep SKB PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau konsep penolakan. Jangka waktu
untuk memberikan keputusan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal permohonan
SKB di atas, apabila jangka waktu yang dimaksud diatas Kepala Kantor Pelayan Pajak
tidak memberikan keputusan, maka permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan
menerbitkan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu yang
dimaksud di atas.
2. Kondisi Saat Ini
Proses pengajuan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta
Palmerah telah sesuai dengan PER-30/PJ/2009 tentang Tata Cara Pemberian
Pengecualian Dari Kewajiban Pembayaran Atau Pemungutan PPh Atas Penghasilan
Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan. Tetapi pada saat permohonan
SKB tersebut telah sampai, AR meminta kepada Wajib Pajak untuk melengkapi
beberapa dokumen pendukung. Dengan adanya penambahan dokumen pendukung
tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan SKB yang dimaksud diatas tidak
sesuai dengan PER-30/PJ/2009.

b. Sasaran
Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi DJP dengan
memberikan sedikit evaluasi serta alternatif pemecahan masalah dalam tata cara
penyelesaian permohonan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan bangunan, sehingga pada permohonan SKB yang akan datang penerbitannya
lebih efektif. Tulisan ini juga dibuat sebagai tugas akhir On the Job Training (OJT) di
KPP Pratama Jakarta Palmerah.

PEMBAHASAN

a. Permasalahan
Berikut ini beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KPP Pratama Jakarta
Palmerah dalam SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan
bangunan :

2
1. Wajib Pajak salah mengartikan hibah
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2008, harta hibahan diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat bukan merupakan objek pajak. Tetapi,
seringkali Wajib Pajak menghibahkan tanah atau bangunannya kepada bukan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat.
2. Persyaratan dalam mengajukan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan bangunan masih dirasa kurang
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 30/PJ/2009, persyaratan tersebut
adalah :
a. Surat Pernyataan Berpenghasilan di Bawah PTKP (Wajib Pajak yang
berpenghasilan kurang dari Rp 60.000.000,00) format sesuai dengan Peraturan
Jenderal Pajak, Surat Pernyataan Hibah apabila mendapat hibah
b. Surat Pernyataan Pembagian Warisan
c. Fotokopi Kartu Keluarga
d. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang PBB tahun yang bersangkutan
Namun, persyaratan tersebut dirasa kurang oleh AR karena dapat terjadi
kemungkinan penyalahgunaan SKB. Adanya kemungkinan SKB digunakan untuk
membuat sertifikat palsu (apabila sertifikat diagunkan). Selain itu, untuk
meminimalisir adanya masalah yang timbul dikemudian hari dan mencegah adanya
tuntutan dari pihak lain (misalnya saudara kandung ahli waris). Oleh sebab itu, AR
memberikan tambahan dokumen pendukung untuk dilengkapi Wajib Pajak seperti :
a. Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga ahli waris beserta keluarganya
b. Fotokopi Akta Keterangan Hak Waris
c. Fotokopi Sertifikat Kepemilikan Tanah
d. Fotokopi Akte Kelahiran
e. Fotokopi Akta Kematian yang mewariskan
f. Sertifikat Roya (apabila tanah tersebut diagunkan)
3. AR tidak hanya mengurus SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan bangunan
AR tidak hanya mengurusi masalah SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan bangunan saja sehingga setiap adanya permintaan SKB perlu
adanya analisa yang lebih mendalam untuk permohonan tersebut sedangkan waktu
yang ditetapkan dalam peraturan adalah 3 (tiga) hari kerja sehingga waktu tersebut
dirasa kurang dalam menganalisa apakah Wajib Pajak tersebut layak atau tidaknya
mendapat SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan.
4. Peraturan tidak mengatur mengenai kepatuhan pembayaran PBB

3
Peraturan yang ada tidak mengatur bagaimana Wajib Pajak (pihak yang mengajukan
SKB) untuk melaksanakan kepatuhannya dalam membayar PBB sehingga AR
meminta bukti pembayaran sampai dengan daluwarsa pajak kemudian mengecek ke
Data Pembayaran PBB di Portal DJP untuk Wajib Pajak yang bukan berasal dari luar
KPP Pratama Jakarta Palmerah dan SISMIOP untuk Wajib Pajak yang berasal dari
KPP tersebut diatas.
5. Tidak adanya peraturan yang mengatur bahwa atas tanah dan bangunan yang
dihibahkan atau telah diwariskan untuk dilaporkan dalam SPT Tahunan.

b. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan


Berdasarkan analisis dan wawancara pada pihak-pihak yang terkait, masalah-
masalah diatas disebabkan oleh :
1. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tetang hibah
Wajib Pajak hanya mengetahui bahwa hibah dapat dilakukan kepada siapa saja,
sehingga setiap Wajib Pajak yang mengajukan SKB PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan bangunan bukan merupakan pihak yang seharusnya
mendapatkan hibah (menurut UU No. 36 Tahun 2008). Pengajuan SKB tersebut
ditolak karena alasan diatas.
2. Waktu yang kurang dalam memproses SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah dan bangunan
Dalam memproses SKB tersebut diperlukan waktu yang lebih banyak dari yang
sudah ditetapkan dalam peraturan karena AR akan menganalisis lebih seksama lagi
mengenai persyaratan yang diajukan.
3. Persyaratan yang terdapat dalam peraturan tersebut diatas kurang mencukupi untuk
diterbitkannya SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan
bangunan
Dengan persyaratan yang kurang mencukupi tersebut, maka AR menambahkan
syarat-syarat pendukung untuk bukti penunjang agar dapat meminimalisir timbulnya
kesalahan penerbitan SKB dikemudian hari.

PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan analisis yang dikemukakan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa tata cara dalam pemrosesan SKB PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan bangunan masih mengalami kendala. Hal tersebut

4
disebabkan oleh ketidakpahaman Wajib Pajak (khususnya hibah) dalam tata cara hibah
yang sebenarnya serta persyaratan yang dirasa masih kurang sehingga AR
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam menganalisisnya. Agar pelaksanaan SKB
PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan lebih efisien dan
efektif,maka diharapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 30/PJ/2009 dapat
diperbaharui agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi pada Wajib Pajak (khususnya
mengenai hibah) serta antara AR (khususnya syarat tambahan dalam permohonan SKB
tersebut) di masing-masing KPP khususnya di KPP Pratama Jakarta Palmerah.

b. Saran
Berikut beberapa saran yang penulis berikan untuk kelancaran pemenuhan
permohonan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan
bangunan adalah
1. Perbaikan peraturan
Dengan memperbaiki peraturan yang sudah ada. PER-30/PJ/2009 sebaiknya
diperbaharui dengan menambahkan beberapa dokumen pendukung untuk
dilampirkan bersama surat permohonan SKB. Hal ini untuk mengurangi terjadinya
masalah dikemudian hari.
2. Pembuatan daftar dokumen pendukung dalam pengajuan permohonan SKB PPh
atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan
Menyiapkan daftar dokumen pendukung yang dibutuhkan AR untuk memproses
SKB tersebut. Selanjutnya daftar ini diberikan kepada Seksi Pelayanan untuk
diserahkan kepada Wajib Pajak agar dapat melengkapinya saat pengajuan SKB.
3. Pengklasifikasian sementara permohonan awal SKB sebagai jenis surat lain-lain
di TPT
Dengan volume pekerjaan AR yang sangat banyak, permohonan SKB di TPT
pada tahap awal dijadikan sebagai surat lain-lain dan kemudian diteruskan
kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk ditelaah kelengkapan
persyaratan beserta dokumen pendukung. Setelah persyaratan dan dokumen
pendukung telah dipenuhi Wajib Pajak barulah permohonan SKB tersebut
direkam kembali oleh petugas TPT sebagai Permohonan SKB. Hal ini
dimaksudkan agar waktu penyelesaian SKB selama 3 (tiga) hari dapat
direalisasikan serta layanan unggulan perpajakan dapat dicapai sebagaimana
diatur dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-79/PJ/2010 tanggal
15 Juli 2010.

Anda mungkin juga menyukai