Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)

DI SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI

DI KPP PRATAMA MEDAN BARAT

EKO DWI PUTRA SIHOMBING

111020000841 / 810201383

PROGRAM ON THE JOB TRAINING PEGAWAI BARU/CPNS

KPP PRATAMA MEDAN BARAT

KANWIL SUMATERA UTARA I

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN ............................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

a. Kondisi Ideal ................................................................................... 1

b. Kondisi Saat ini ................................................................................ 2

B. Sasaran ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Permasalahan ....................................................................................... 3

B. Analisis Permasalahan ......................................................................... 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 5

B. Saran ................................................................................................... 5

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang memiliki peran besar dalam pembangunan negara ini, karena pajak
berkontribusi sekitar 70%-80% dalam penerimaan negara setiap tahunnya. Direktorat
Jenderal Pajak adalah lembaga yang ditunjuk oleh undang-undang untuk melaksanakan
fungsi pelayanan, pengawasan dan penegakan hukum terhadap masyarakat Wajib Pajak.
Penagihan Pajak adalah salah satu fungsi penegakan hukum yang diberi kewenangan oleh
undang-undang perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Tujuan penagihan pajak adalah agar Wajib Pajak atau Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya pengihan pajak. Agar tujuan pengihan pajak tersebut tercapai, maka
diperlukan serangkaian tindakan yang dapat diambil oleh Account Representative (AR) mulai
dari tindakan penerbitan Surat Teguran atau sejenisnya, serta penyampaian Surat Tagihan
Pajak (STP) kepada Wajib Pajak.
Dasar penerbitan Surat Tagihan Pajak di Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
84/PMK.03/2010, dan Surat Edaran yang terkait Nomor SE-41/PJ.41/2001 tanggal 13
November 2001 tentang Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Pasal 25.

a. Kondisi Ideal
Ada beberapa prosedur yang menguraikan tata cara penerbitan surat tagihan pajak
(STP) di seksi pengawasan dan konsultasi II di KPP Pratama Medan Barat:
1. Account Representative (AR) melakukan identifikasi terhadap data-data yang akan
diterbitkan Surat Tagihan Pajak (tidak termasuk Pasal 19 ayat (1) dan (2) UU KUP)
2. Account Representative (AR) membuat Nota Penghitungan dan Surat Tagihan Pajak,
dalam hal Surat Tagihan Pajak yang akan diterbitkan adalah Surat Tagihan Pajak
Denda Penagihan, Account Representative membuat Nota Penghitungan dan Surat
Tagihan Pajak jika:
a. Wajib Pajak tidak mengajukan banding atas Keputusan Keberatan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima
b. Putusan Banding menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak
yang menyebabkan menambah jumlah pajak yang masih harus dibayar.

1
3. Kepala Seksi Waskon II meneliti dan menandatangani Nota Penghitungan serta
melakukan persetujuan penerbitan Surat Tagihan Pajak dan menyampaikan kepada
Kepala Seksi Pelayanan.
4. Kepala Seksi Pelayanan Menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak
Surat Tagihan Pajak yang telah disetujui dan mencetak Surat Tagihan Pajak.
5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani Surat Tagihan Pajak,
selanjutnya Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dan menyampaikan Surat
Tagihan Pajak ke Wajib Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penatausahakan
Dokumen Wajib Pajak dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

b. Kondisi Saat Ini


Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) di seksi pengawasan dan konsultasi II
dilakukan terhadap data-data Wajib Pajak yang terlambat bayar, terlambat lapor, tidak
bayar, tidak melapor kewajiban perpajakannya. Setelah menemukan data-data Wajib Pajak
yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kemudian Account Representative
(AR) membuat konsep Surat Tagihan Pajak (STP) yang berupa lembar penghitungan dan
nota penghitungan. Kemudian Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan
menandatangani Nota Penghitungan serta melakukan persetujuan penerbitan Surat Tagihan
Pajak (STP) dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan setelah Surat Tagihan
Pajak tersebut diinput di SIDJP.

B. Sasaran
Sasaran penulis laporan ini dimaksudkan agar penulis bisa mengamati, meneliti
dan menemukan permasalahan dalam proses menerbitkan dan menatausahakan surat
tagihan pajak yang ada di KPP Pratama Medan Barat. Selain itu dapat memberikan solusi
atau saran mengenai permasalahan yang diamati tersebut. Bagi kantor pajak penulisan
laporan ini diharapkan bisa sebagai bahan masukan mengenai kekurangan-kekurangan
atau permasalahan yang ada di KPP sehingga dapat dijadikan bahan untuk perbaikan di
masa depan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam proses menerbitkan surat tagihan pajak
(STP) di Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, yaitu:
1. Kesulitan menentukan Wajib Pajak yang akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP)
2. Penghitungan denda dilakukan secara manual
3. Kesulitan dalam memilah Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP)
4. Surat Tagihan Pajak (STP) yang diterbitkan tidak sampai kepada Wajib Pajak

B. Analisis Permasalahan
Permasalahan - permasalahan yang timbul dalam proses penerbitan Surat
Tagihan Pajak (STP) di Seksi Pengawasan Seksi dan Konsultasi II dikarenakan hal
berikut:
1. Kesulitan menentukan Wajib Pajak yang akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP)
Proses penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) ini dirasa terlalu lama. Lamanya
penerbitan ini dikarenakan kesulitan menentukan Wajib Pajak efektif dan/atau
Wajib Pajak non-efektif. Kenon-efektifan dari Wajib Pajak ditentukan
berdasarkan ada tidaknya itikad baik dari si Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya serta keberadaan dari Wajib Pajak tersebut.
2. Penghitungan denda dilakukan secara manual
Penghitungan denda yang dikenakan kepada Wajib Pajak dilakukan bilamana
keberatan dan banding yang dilakukan oleh Wajib Pajak tersebut sudah selesai
sehingga memerlukan waktu yang lama. Penghitungan tersebut berdasarkan
sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan, apabila Wajib Pajak tersebut
melakukan permohonan banding baik ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib
Pajak dikenai Sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen)
dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Penghitungan denda
ini dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
21/PJ/2010 tentang Bentuk dan Isi Nota Penghitungan.

3
3. Kesulitan dalam memilah Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP)
Kesulitan dalam memilah Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP) dikarenakan setelah menerbitkan STP kepada Wajib Pajak, Account
Representative (AR) tidak dan/atau lupa menatausahakan Surat Tagihan Pajak
yang telah diterbitkan.
4. Surat Tagihan Pajak (STP) yang diterbitkan tidak sampai kepada Wajib Pajak
Surat Tagihan Pajak (STP) yang telah terbit tetapi tidak sampai kepada Wajib
Pajak, hal ini kemungkinan besar disebabkan karena terdapat beberapa Wajib
Pajak yang mencantumkan alamat tempat tinggal dan/atau alamat tempat usaha
yang dilakukan oleh Wajib Pajak tersebut kurang lengkap atau kurang jelas.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penerbitan surat
tagihan pajak di KPP Pratama Medan Barat telah berjalan dengan cukup baik, jelas
dan benar meskipun membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dalam menentukan
Wajib Pajak yang terkait dalam Wajib Pajak efektif/non-efektif.

B. Saran
Dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari proses penerbitan Surat
Tagihan Pajak (STP) diatas, penulis memberikan saran yang mungkin bisa digunakan
sebagai masukan dalam penerimaan dan pengelolaan SPT Tahunan. Berikut ini
saran penulis:
1. Perlu dilakukan pengecekan terhadap data Wajib Pajak yang tidak membayar
kewajiban perpajakan selama 3 (tiga) tahun. Wajib Pajak yang tidak membayar
tersebut bisa saja tidak melakukan usahanya lagi, pindah tempat usaha, atau faktor
lain yang menyebabkan Wajib Pajak tersebut digolongkan dalam Wajib Pajak non-
efektif.
2. Penyempurnaan sistem administrasi perpajakan di seksi pengawasan dan
konsultasi seperti membuat suatu system penghitung denda otomatis misalnya dari
program komputer Mircosoft Excel agar penghitungan denda tersebut dalam lebih
cepat selesai dan juga tepat penghitungannya.
3. Ada baiknya menatausahakan Surat Tagihan Pajak (STP) dalam satu buku atau
sistem komputer setelah diterbitkan kepada Wajib Pajak, agar tidak terjadi
kenanaran suatu hari Wajib Pajak mana saja yang telah diterbitkan Surat Tagihan
Pajak (STP).
4. Dalam hal terdapat alamat Wajib Pajak yang kurang jelas, sehingga
kemungkinan Surat STP tersebut tidak sampai ke Wajib Pajak. Sebaiknya pada saat
diadakannya Sensus Pajak Nasional (SPN) atau DROP BOX lebih memastikan
Wajib Pajak yang sedang ditangani bahwa data diri Wajib Pajak tersebut, terutama
alamat dari Wajib Pajak tersebut lengkap dan jelas.

Anda mungkin juga menyukai