Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS PENERBITAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

DI KPP PRATAMA MEDAN BARAT

ALBERT PARLINDUNGAN SINAGA

093020007273/830200836

PROGRAM ON THE JOB TRAINING PEGAWAI BARU/CPNS

KPP PRATAMA MEDAN BARAT

KANWIL SUMATERA UTARA I

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


HALAMAN TANDA PERSETUJUAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR ................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Sasaran ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Permasalahan ..................................................................................................... 3
B. Analisa Penyebab Timbulnya Permasalahan Utama .......................................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 4
A.Kesimpulan ........................................................................................................... 4
B.Saran .................................................................................................................... 4

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak. Pajak merupakan penerimaan
negara yang utama dan mempunyai potensi yang cukup besar. Dari laman
www.kemenkeu.go.id diketahui penerimaan negara dari pajak tahun 2014 sebesar
Rp.1.280,3 triliun dan total pendapatan negara sebesar Rp. 1.667,1 triliun. Dari data
tersebut, dapat diketahui bahwa 76,79% dari total pendapatan negara berasal dari
penerimaan pajak. Oleh karena itu, negara dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak berupaya
meningkatkan penerimaan pajak.

Salah satu upaya peningkatan penerimaan pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal
Pajak yaitu melakukan reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan dimulai pada tahun
1983 dengan melakukan perubahan mendasar pada sistem pemungutan pajak yaitu dari
sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

Mardiasmo (2003:12) menyebutkan bahwa sistem self assessment memberi


kewenangan bagi Wajib Pajak dalam menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar. Sistem self assessment ini menuntut
kesadaran Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dan menuntut
pelayanan, pembinaan, serta pengawasan yang intensif dari Direktorat Jenderal Pajak
terhadap pemenuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Permasalahan yang sering timbul adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam
membayar pajak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tunggakan – tunggakan pajak dalam
jumlah besar yang belum terselesaikan pembayarannya maupun Wajib Pajak yang
berusaha lari atau menghindari pajak dengan tidak melaporkan kegiatan usahanya.

Salah satu sarana yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk mengatasi
masalah diatas apabila Wajib Pajak tidak membayar utang pajak sampai jatuh tempo
pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak sampai jatuh tempo
pembayaran dengan menerbitkan Surat Paksa. Dalam Pasal 1 angka (12) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa,
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

Penerbitan Surat Paksa merupakan proses penagihan secara aktif dimana fiskus
berperan aktif dalam kegiatan penagihan dan diterbitkan apabila penanggung pajak tidak

1
melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya
telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, terhadap
penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, penanggung pajak
tidak memenuhi ketetentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.

Penagihan pajak dengan surat paksa penting dalam mengoptimalisasi pajak.


Diharapkan dengan kegiatan tersebut, penerimaan pajak meningkat dan Wajib Pajak
semakin patuh untuk membayar utang pajak. Oleh karena itu, penulis tertarik membahas
efektivitas penerbitan Surat Paksa dalam kaitannya dengan penerimaan pajak di KPP
Pratama Medan Barat.

1. Kondisi Ideal
Kondisi ideal yang diharapkan dalam penerimaan pajak agar Wajib Pajak membayar
dan melaporkan jumlah pajak yang harus dibayar tepat waktu sebelum jatuh tempo
pembayaran dan pelaporan pajak sehingga tidak perlu dilaksanakan kegiatan penagihan
pajak aktif yang dan Wajib Pajak mematuhi peraturan perpajakan baik dalam pemenuhan
kewajiban maupun hak perpajakannya.
2. Kondisi Sat Ini
Kondisi saat ini yang dijumpai dilapangan kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya dalam membayar dan melaporkan pajak yang harus
dibayar tepat waktu . Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tunggakan – tunggakan pajak
dalam jumlah besar yang belum terselesaikan pembayarannya maupun Wajib Pajak yang
berusaha lari atau menghindari pajak dengan tidak melaporkan kegiatan usahanya. Oleh
karena itu diperlukan adanya tindakan penagihan pajak aktif yang antara lain berupa
penagihan pajak dengan surat paksa ( PPSP ).

B. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah tingkat efektifitas penagihan
pajak dengan surat paksa dalam kaitannya dalam penerimaan pajak di KPP Pratama Medan
Barat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan
LAPORAN KEGIATAN PENAGIHAN PAJAK s.d. Bulan DESEMBER Tahun 2013

Pelaksanaan Surat Paksa


Standar
Persentase
Kinerja Persentase
Pencairan Efektivitas
Jumlah Surat Paksa Juru Sita Pencapaian
Piutang Surat Paksa
Pajak per (%)
(%)
Tahun
1 (lbr) 2 (Rp) 3 (Rp) 4 5= (1):(4) 6 =(3):(2)
1341 3.803.282.681 885.792.939 432 310,42 % 23,30 %

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa persentase penerimaan pajak dari penerbitan
surat paksa sudah jauh melampaui target yang diharapkan yaitu 310,42%. Namun
persentase efektivitas penerbitan surat paksa atas pelunasan utang pajak masih rendah. Hal
ini dapat dilihat dari persentase penerimaan yang hanya 23,30% dari jumlah penerimaan
pajak dari penerbitan surat paksa yang seharusnya diperoleh. Permasalahan yang timbul
disebabkan banyaknya Wajib Pajak tidak membayar atau melunasi utang atau tunggakan
pajak yang dimilikinya sampai melewati masa jatuh tempo penerbitan surat paksa yaitu 2x24
jam sehingga dilanjutkan dengan penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
( SPMP ).

B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan Utama


Penyebab kurangnya penerimaan pajak dari penerbitan surat paksa bahwa pada
prakteknya di lapangan:
1. Wajib Pajak tidak ditemukan di lokasi yang dituju disebabkan oleh data Wajib Pajak
sekarang tidak benar.
2. Wajib Pajak di profil system sudah Non-Efektif dalam kurun waktu yang lama
sehingga data mengenai Wajib Pajak tersebut tidak ditemukan.
3. Wajib Pajak tidak melaporkan pajak sebelum badan usahanya dibubarkan.

3
4. Penanggung pajak tidak kooperatif. Apabila Wajib Pajak berusaha menghindarkan
diri dari pajak dengan melarikan diri, dapat dilakukan dengan pemblokiran rekening
penanggung pajak yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya kesadaran dan tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan pajak yang terutang sampai
dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang aktif oleh Direktorat Jenderal Pajak
melalui penerbitan surat paksa. Namun sampai dengan jatuh tempo penerbitan surat
paksa, masih banyak Wajib Pajak yang belum melunasi utang atau tunggakan pajaknya
yang berkaitan dengan kurang efektifnya penerimaan pajak dari penerbitan surat paksa.

B. Saran
1. Kualitas pelayanan terhadap masyarakat ditingkatkan serta memberikan sanksi
yang tegas bagi Wajib Pajak yang denga sengaja tidak membayar pajak.
2. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat untuk mengetahui update alamat
penanggung pajak.
3. Selalu meng-update profil sistem Wajib Pajak dalam masterfile

Anda mungkin juga menyukai