Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA PERMASALAHAN PENERBITAN SURAT TEGURAN


PENAGIHAN SECARA SISTEM

NAMA : JENNIFER NOVENA AQUARISTA


TPU : 05101215471

PROGRAM ON THE JOB TRAINING CPNS


KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PALMERAH
KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA BARAT
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2011
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………............ i
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN LAPORAN INDIVIDU……………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………. iii
Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………………............ 1
B. Sasaran………………………………………………………………………....................... 2
Pembahasan
A. Permasalahan……………………………………………………………………………...... 2
B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan……………………………………........... 4
Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………... 4
B. Saran………………………………………………………………………………………..... 5

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Penagihan dengan Surat Paksa dan
Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus, yang dimaksud dengan
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya Penagihan Pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Diatur lebih lanjut dalam pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) disebutkan bahwa
Tindakan pelaksanaan Penagihan Pajak dilakukan dengan terlebih dahulu
menerbitkan Surat Teguran oleh Pejabat. Surat Teguran yang dimaksud tidak
diterbitkan terhadap Penanggung Pajak yang telah disetujui untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
Dalam proses pelaksanaannya, yaitu menurut SOP Nomor KPP40-0010
tentang Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan,
Surat Teguran Penagihan dicetak berdasarkan data keterlambatan
pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem. Sistem yang
digunakan pada saat ini yaitu Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
(SIDJP) yang mulai digunakan di KPP Pratama Jakarta Palmerah sejak tahun
2007 berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-19/PJ/2007
Tentang Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada
Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Sistem ini merupakan pengganti dari
Sistem Informasi Perpajakan (SIP). SIDJP diharapkan lebih baik dari SIP,
namun dalam kenyataannya SIDJP belum dapat memfasilitasi proses yang
terjadi di Seksi Penagihan, khususnya dalam hal penerbitan Surat Teguran
berkaitan dengan penyajian data Wajib Pajak yang dapat ditegur secara
otomatis. Sehubungan dengan hal tersebut penulis akan membahas lebih
lanjut dalam laporan ini.

1
1. Kondisi Ideal
Tersedianya sistem yang dapat mendukung kinerja proses pelaksanaan di
Seksi Penagihan, khususnya dalam hal pengawasan jatuh tempo utang
Wajib Pajak sehingga dapat ditampilkan data Wajib Pajak yang dapat
ditegur.
2. Kondisi Saat Ini
Pelaksana Seksi Penagihan melakukan proses kerja ganda, yaitu
melakukan penginputan di SIDJP dan SIP sehingga menimbulkan
ketidakefisienan proses.

B. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya perbaikan dan pengembangan
pada SIDJP sehingga kondisi ideal suatu KPP dalam pelaksanaan penerbitan
Surat Teguran dapat semakin meningkat, dan dapat meningkatkan efesiensi
dan efektivitas kinerja di Seksi Penagihan karena tidak perlu melakukan
penginputan ganda, yaitu pada SIDJP dan juga SIP.

ISI/PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Tindakan yang pertama kali dilakukan dalam Penagihan Pajak adalah
penerbitan Surat Teguran. Adapun alur dan waktu pelaksanaan penagihan
pajak dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penerbitan Surat Teguran
Alasan diterbitkan yaitu apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajaknya sampai dengan jatuh tempo pelunasan. Waktu pelaksanaan
yaitu setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan. (Pasal 8 s.d.
Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.03/2008).
2. Penerbitan Surat Paksa
Alasan diterbitkan yaitu apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajaknya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran. Waktu
pelaksanaan yaitu setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak
tanggal disampaikan Surat Teguran (Pasal 12 Peraturan Menteri
Keuangan No.24/PMK.03/2008).

2
3. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Alasan diterbitkan yaitu apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajaknya dan kepadanya telah diberitahukan Surat Paksa. Waktu
pelaksanaan yaitu setelah lewat waktu 2x24 (dua kali dua puluh empat)
jam Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak. (Pasal 24
Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.03/2008).
Oleh sebab itu, sudah seharusnya diperlukan adanya dukungan sistem
yang dapat mengakomodir dalam hal pengawasan jatuh tempo utang pajak,
sehingga Surat Teguran dapat diterbitkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Namun, dalam pelaksanaannya SIDJP belum dapat memfasilitasi
hal tersebut. Sistem ini tidak dapat menyajikan data Wajib Pajak yang dapat
dikirimkan Surat Teguran secara otomatis. Pelaksana di Seksi Penagihan
harus mengolah data secara manual terlebih dahulu untuk dapat
menghasilkan data Wajib Pajak yang dapat ditegur.
Adapun proses kerja yang terjadi dengan penggunaan SIDJP untuk
menghasilkan data Wajib Pajak yang dapat ditegur dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu:
1. Data ditarik dari SIDJP ke dalam format excel melalui menu ‘Daftar
Tunggakan’.
Data yang dihasilkan adalah data seluruh tunggakan.
Data seluruh tunggakan dalam format excel tersebut kemudian diolah
secara manual untuk dapat menghasilkan data tunggakan yang sudah
dibayar atau belum.
Data tunggakan yang belum dibayar kemudian diolah kembali untuk
dapat melihat apakah sudah jatuh tempo atau belum. Data yang
dihasilkan adalah data tunggakan pajak yang belum dibayar dan
sudah jatuh tempo.
Selanjutnya data kembali diolah untuk dapat melihat apakah data
tunggakan pajak yang belum dibayar dan sudah jatuh tempo tersebut
sudah ditegur atau belum. Apabila belum ditegur, maka berdasarkan
data tersebut, Pelaksana Seksi Penagihan menerbitkan Surat
Teguran.
Proses tersebut memakan waktu yang lama karena diperlukan beberapa
tahap untuk dapat menghasilkan data Wajib Pajak yang dapat ditegur.
3
2. Melalui menu ‘Data Tunggakan Pajak’
Melalui menu ini dapat dihasilkan data tunggakan Wajib Pajak. Namun
data yang tersaji tidak secara otomatis menampilkan daftar Wajib Pajak
yang dapat ditegur, karena data Wajib Pajak yang sudah diterbitkan Surat
Teguran pun masih muncul walaupun dalam melakukan pencarian data
sudah difilter berdasarkan kategori ‘Kurang Bayar’ dan ‘Yang Bisa
Ditegur’.
Proses ini pun belum diimplementasikan di Seksi Penagihan karena
masih dalam tahap uji coba.
Oleh karena itu, Pelaksana di Seksi Penagihan tetap menggunakan SIP
sebagai pendamping SIDJP. Hal ini dilakukan karena SIP dapat
menampilkan data Wajib Pajak yang dapat ditegur secara otomatis tanpa
harus mengolahnya terlebih dahulu. Namun, hal ini menyebabkan
ketidakefisienan proses karena harus melakukan penginputan ganda, yaitu
pada SIDJP dan SIP.

B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan


Dengan adanya pergantian sistem dari SIP menjadi SIDJP, dimana
SIDJP belum dapat mengakomodasi untuk dapat menampilkan data Wajib
Pajak yang dapat ditegur dengan akurat dan secara otomatis, sehingga hal
tersebut menyebabkan adanya proses ganda dalam proses kerja di Seksi
Penagihan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat Teguran adalah langkah awal tindakan penagihan bagi Wajib Pajak
yang tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan jatuh tempo pelunasan,
dimana waktu pelaksanaannya yaitu setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh
tempo pelunasan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya sistem yang
mendukung untuk melakukan pengawasan jatuh tempo utang pajak yang
belum dibayarkan sehingga dapat menampilkan data Wajib Pajak yang dapat
ditegur. Akan tetapi, sistem yang ada saat ini (SIDJP) belum dapat
mengakomodir hal tersebut. Pelaksana di Seksi Penagihan harus melakukan

4
proses manual mengolah data untuk dapat menampilkan data Wajib Pajak
yang dapat ditegur, dimana proses tersebut memakan waktu yang lama.
Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dapat mengakomodir hal tersebut.
Dengan sistem ini, data Wajib Pajak yang dapat ditegur dapat ditampilkan
secara otomatis. Oleh karena itu, dalam proses kerja di Seksi Penagihan SIP
masih digunakan sebagai pendamping SIDJP. Namun, penggunaan SIP ini
menyebabkan ada proses kerja ganda yang menimbulkan ketidakefisienan.

B. Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah adanya perbaikan dan
peningkatan pada SIDJP yaitu:
Menambahkan fitur atau aplikasi yang dapat menampilkan data utang
Wajib Pajak yang dapat diberikan Surat Teguran secara otomatis. Hal ini
akan meningkatkan efektivitas proses kerja karena tidak perlu dilakukan
pengolahan data secara manual terlebih dahulu, tidak perlu adanya
penginputan ganda, dan akan adanya pengawasan yang lebih akurat
karena sistem akan menampilkan data secara otomatis.
Menambahkan menu ‘Daftar Tunggakan yang Bisa Ditegur’ di SIDJP.
Seperti halnya untuk Surat Paksa, sudah tersedia menu ‘Daftar
Tunggakan yang Bisa Dipaksa’, dimana menu tersebut dapat
menampilkan data Wajib Pajak yang dapat diberikan Surat Paksa secara
otomatis.

Anda mungkin juga menyukai