Anda di halaman 1dari 5

SURAT

EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR SE-138/PJ/2010

TENTANG

PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2010
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK
TERUTANG BERKAITAN DENGAN SPTNP ATAU SPKTNP, KEPUTUSAN KEBERATAN,
PUTUSAN BANDING, ATAU PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
53/PJ/2010 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang Berkaitan Dengan SPTNP
atau SPKTNP, Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali,
dengan ini disampaikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian sebagai berikut:

1. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut adalah untuk
jenis pajak PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, dan/atau PPnBM Impor yang tercantum
dalam SPTNP atau SKPTNP, SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan
Keputusan Keberatan; SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding; SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali; SPKTNP
yang telah diterbitkan Putusan Banding; atau SPKTNP yang telah diterbitkan Putusan
Banding dan Putusan Peninjauan Kembali.

2. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak


terutang sebagaimana tersebut dalam angka 1 di atas dapat diajukan dengan
menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur
Jenderal Pajak tersebut.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-138pj2010
3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang dinyatakan diterima secara lengkap dalam hal diajukan oleh Wajib Pajak
kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan (Kepala KPP) dengan
ketentuan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

b. mengemukakan alasan, jenis, jumlah, dan perhitungan pajak yang diajukan


permohonan pengembalian pajak yang seharusnya tidak terutang;

c. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) SPTNP, 1 (satu) SPKTNP, 1 (satu) Keputusan


Keberatan, 1 (satu) Putusan Banding, atau 1 (satu) Putusan Peninjauan Kembali;
dan

d. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan ditandatangani oleh
bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang KUP;dan harus dilampiri:

1) fotokopi dokumen yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak;

2) asli bukti pembayaran pajak; dan

3) surat pernyataan bahwa pajak yang diminta kembali belum dan tidak akan
dikreditkan dan/atau dibiayakan.

Asli bukti pembayaran pajak dapat berupa Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Bea
dan Cukai (SSBC), atau Surat Setoran Pabean, Cukai, Pajak Dalam Rangka Impor
(SSPCP).

Terhadap permohonan yang tidak memenuhi ketentuan di atas, Kepala KPP


menerbitkan surat permintaan pemenuhan persyaratan dan/atau lampiran
permohonan kepada Wajib Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut paling lama 7
(tujuh) hari sejak surat permohonan Wajib Pajak diterima.

4. Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi surat permintaan pemenuhan persyaratan
dan/atau lampiran dalam jangka waktu 2 (dua) minggu sejak surat permintaan
dikirimkan, Kepala KPP menerbitkan surat pemberitahuan penolakan kepada Wajib
Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III
Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut paling lama 7 (tujuh) hari sejak jangka waktu
2 (dua) minggu tersebut dilewati.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-138pj2010
5. Kepala KPP membuat permintaan konfirmasi kebenaran pembayaran kepada bank atau
pemungut dalam hal data pembayaran Wajib Pajak tidak tersedia di Modul Penerimaan
Negara (MPN) paling lama 7 (tujuh) hari sejak bukti pembayaran pajak diterima. Dalam
hal pembayaran dilakukan melalui Pemungut, konfirmasi kebenaran pembayaran
dikirimkan kepada Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terkait.

6. Kepala KPP melakukan permintaan konfirmasi kebenaran dan legalisasi dokumen


sesuai Pasal 11 PER-53/PJ/2010 kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam hal ini
Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerbit dokumen tersebut dengan
menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Direktur
Jenderal Pajak tersebut paling lama 7 (tujuh) hari sejak dokumen tersebut diterima.

7. Dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 6 adalah:

a. fotokopi SPTNP atau SPKTNP;

b. fotokopi Keputusan Keberatan;

c. fotokopi salinan Putusan Banding; atau

d. fotokopi salinan Putusan Peninjauan Kembali.

8. Berdasarkan Laporan Penelitian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V Peraturan


Direktur Jenderal Pajak tersebut Kepala KPP menerbitkan keputusan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang paling
lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak permohonan dinyatakan diterima secara
lengkap.

9. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian:

a. tidak terdapat kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang;

b. jawaban konfirmasi belum diterima; dan/atau

c. jawaban konfirmasi adalah "tidak ada" dan/atau "tidak benar";

Kepala KPP menerbitkan surat pemberitahuan penolakan kepada Wajib Pajak dengan
menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Direktur
Jenderal Pajak tersebut paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
permohonan dinyatakan diterima secara lengkap.

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-138pj2010
10. Dalam hal kepada Wajib Pajak diberikan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, asli bukti pembayaran harus diberi tanda dan diparaf
untuk menunjukkan bahwa terhadap bukti pembayaran telah diberikan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Asli bukti pembayaran
telah diberi tanda dan diparaf tersebut kemudian difotokopi untuk arsip dan kemudian
asli bukti pembayaran dikembalikan kepada Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak
tanggal Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

11. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak berupa PPh Pasal 22 Impor,
PPN Impor, dan/atau PPnBM Impor yang tercantum dalam:

- SPTNP atau SPKTNP;

- SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan Keputusan Keberatan;

- SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan Keputusan Keberatan dan
Putusan Banding;

- SPKPBM, SPTNP, atau SPP yang telah diterbitkan Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali;

- SPKTNP yang telah diterbitkan Putusan Banding; atau

- SPKTNP yang telah diterbitkan Putusan Banding dan Putusan Peninjauan


Kembali,

yang disampaikan sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-
53/PJ/2010 namun belum diselesaikan, maka Kepala KPP

a. Menyelesaikan permohonan Wajib Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal
PER-53/PJ/2010 diterbitkan.

b. Memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai kekurangan persyaratan


permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 3 dengan menggunakan
formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal
Pajak tersebut paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak ini diterbitkan.

c. Meminta konfirmasi:

i. bukti pembayaran pajak kepada bank atau pemungut dalam hal data bukti
pembayaran Wajib Pajak tidak tersedia di Modul Penerimaan Negara (MPN);

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-138pj2010
ii. kebenaran dan legalisasi dokumen ketetapan sebagaimana dimaksud
pada angka 6 kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dalam hal ini Kantor
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menerbitkan dokumen ketetapan;

paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini
diterbitkan.

12. Tata cara pengajuan dan penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan


pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang adalah sebagaimana ditetapkan
pada Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Desember 2010
Direktur Jenderal,
ttd.
Mochamad Tjiptardjo

Dokumen ini dipublikasikan ulang oleh www.perpajakan.id


https://perpajakan-id.ddtc.co.id/sumber-hukum/peraturan-pusat/surat-edaran-direktur-jenderal-pajak-se-138pj2010

Anda mungkin juga menyukai