Anda di halaman 1dari 5

Pengujian oleh Pemeriksa Pajak

Setelah melakukan peminjaman dokumen, maka atas dokumen tersebut akan dilakukan
pengujian. Pemeriksa pajak akan melakukan pengujian mengenai besarnya pajak terutang
dengan menggunakan buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut. Akan tetapi jika dokumen
tersebut berada dalam kondisi hanya terpenuhi sebagian atau tidak terpenuhi sama sekali, maka
pemeriksa pajak wajib menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka
menghitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan pada bukti kompeten yang cukup
sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan. Jika pemeriksa pajak menyatakan tidak dapat
melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak maka
konsekuensinya adalah penghasilan kena pajak dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghitungan penghasilan kena pajak
secara jabatan artinya penghasilan kena pajak bukan berdasarkan pembukuan, tetapi berdasarkan
pada analisis dan kewajaran menurut pemeriksa pajak (deem). Menurut PMK Nomor
17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan perubahannya dalam PMK Nomor
18/PMK.03/2021 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja di Bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, serta Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa terdapat jangka watu
yang ditetapkan. Jangka waktu proses pengujian adalah sebagai berikut.

a. Pemeriksaan Lapangan
Apabila Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, jangka waktu
pengujian paling lama 6 (enam) bulan, yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai dengan tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak. Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan. Perpanjangan waktu tersebut
dikarenakan beberapa hal berikut.
 Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya;
 Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga;
 Ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak; dan/atau
berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Sedangkan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan sebagaimana dimaksud yang


terkait dengan:

 Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi;
 Wajib Pajak dalam satu grup; atau
 Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau transaksi
khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan,
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan
paling banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.

b. Pemeriksaan Kantor
Apabila Pemeriksaan dilakukan denganjenis Pemeriksaan Kantor, jangka waktu
pengujian paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak,
wakil, kuasa dari Wajib Pajak, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari
Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor
sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. Jangka waktu
pengujian Pemeriksaan Kantor dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan, kecuali untuk Pemeriksaan atas data konkret yang dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor. Perpanjangan jangka waktu pengujian dilakukan atas dasar
beberapa hal berikut.
 Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak lainnya;
 Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/ atau keterangan kepada pihak
ketiga;
 Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak; dan/ atau
 Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
Apabila pemeriksaan kantor yang dilakukan ialah pemeriksaan atas data konkret yang
menyebabkan pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar, maka jangka waktu
pengujian paling lama 1 (satu) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil,
atau kuasa Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan
Kantor sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.
1. Penyampaian SPHP
Berdasarkan pasal 1 angka 15 PMK 17/2013 jo PMK 184/2015 jo PMK 18/2021 Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan atau yang disingkat dengan SPHP merupakan surat
yang berisi tentang temuan Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai
koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara dari jumlah pokok pajak terutang dan
perhitungan sementara dari sanksi administrasi. Dalam hal ini SPHP dapat dikatakan
sebagai hasil pemeriksaan sementara. Apabila Wajib Pajak tidak sependapat dengan
pemeriksa pajak, dalam jangka waktu pembahasan, Wajib Pajak berhak untuk
mengajukan permohonan pembahasan dengan tim Quality Assurance (QA) pemeriksaan
pajak. Sedangkan untuk hasil pemeriksaan yang bersifat final tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak (SKP). Wajib pajak yang menerima SPHP diberikan hak untuk
memberikan sanggahan dan pembahasan dengan pemeriksa pajak tentang hasil
pemeriksaan pajak. Angka angka yang trecantum dalam SPHP nantinya akan berbeda
dengan angka yang tercantum dalam SKP.

A. Format Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)


Format SPHP terbagi menjadi dua jenis yang berbeda. Adapun jenis format SPHP
ialah sebagai berikut.
a. SPHP Standar
SHPH format ini artinya hasil pemeriksaan pajak yang didasarkan atas
pembukuan yang dipinjamkan wajib pajak kepada pemeriksa pajak.

b. SPHP Secara Jabatan


SPHP secara jabatan dalam hal penghasilan kena pajak dihitung secara jabatan
berdasarkan norma penghitungan pajak. Adapun norma penghitungan pajak yang
dimaksud berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015.

B. Prosedur Penyampaian SPHP


SPHP beserta temuan hasil pemeriksaan dapat disampaikan oleh pemeriksa pajak
secara langsung atau dapat melalui faksimile. Apabila pemeriksaan yang dilakukan
atas data konkret sesuai dengan pasal 5 ayat (3) PMK Nomor 17 tahun 2013 jo PMK
Nomor 184 tahun 2015 jo PMK Nomor 18 tahun 2021, penyampaian SPHP dilakukan
bersamaan dengan penyampian undangan tertulis untuk menghadiri acara
pembahasan hasil akhir pemeriksaan (closing conference). Jika SPHP disampaikan
secara langsung dan wajib pajak menolak untuk menerima SPHP tersebut maka wajib
pajak diwajibkan untuk menandatangai surat penolakan menerima SPHP. Ketika
wajib pajak menandatangani surat penolakan maka pemeriksa pajak juga harus
membuat berita acara mengenai penolakan penerimaan SPHP dan nantinya berita
acara tersebut akan ditandatangani oleh pemeriksa pajak. Wajib pajak juga dapat
memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan hasil pemeriksaan.
Wajib pajak yang menyetujui seluruh hasil pemeriksaan maka dapat membuat
tanggapan dalam bentuk lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan. Apabila
wajib pajak tidak menyetuji seluruh hasil pemeriksaan maka dapat membuat surat
sanggahan. Wajib pajak harus menyampikan tanggapan tertulis tersebut dengan
jangka waktu paling lama 7 hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP. Waktu
tersebut dapat diperpanjang paling lama 3 hari kerja terhitung sejak jangka waktu 7
hari kerja berakhir. Ketika wajib pajak akan melakukan perpajangan, maka harus
menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum jangka waktu 7 hari kerja berakhir.
Tanggapan tertulis tersebut oleh wajib pajak bisa disampaikan secara langsung atau
melalui faksimile. Jika wajib pajak tidak menyampikan tanggapan tertulis atas SPHP,
maka pemeriksa pajak harus membuat berita acara tidak disampaikannya tanggapan
tertulis tersebut yang nantinya akan ditandatangani oleh pemeriksa pajak. Lebih
jelasnya lagi di bawah ini merupakan poin poin penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Pajak (SPHP).

a. Pemeriksa pajak melakukan pengujian pembukuan dan hasilnya dituangkan


dalam SPHP;
b. Wajib Pajak akan menerima SPHP dan lampiran daftar hasil temuan
pemeriksaan;
c. SPHP dan lampiran daftar hasil temuan pemeriksaan disampaikan secara
langsung atau dikirim melalui faksimili oleh pemeriksa pajak kepada Wajib
Pajak;
d. Wajib Pajak dapat menolak atas penerimaan SPHP dengan cara membuat dan
menandatangani Surat Penolakan Menerima SPHP;
e. Wajib Pajak atau wakilnya tetap menolak membuat surat, maka pemeriksa
pajak akan membuat Berita Acara Penolakan Menerima Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan Pajak;
f. Wajib Pajak dapat memberikan tanggapan. Apabila Wajib Pajak menerima
seluruh hasil pemeriksaan, maka dapat langsung mengisi lembar pernyataan
persetujuan hasil pemeriksaan; atau
g. Jika Wajib Pajak menolak sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan, maka
diharuskan membuat Surat Sanggahan dan disampaikan kepada pemeriksa
pajak sebelum Surat Undangan Pembahasan Akhir diterima.
Daftar Pustaka
PMK no 18 tahun 2013
PMK no tahin 2015
PMK
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-15/PJ/2018

DDTC

Ortax

Anda mungkin juga menyukai