Npm : 20310016
Prodi : D3 Perpajakan
1. Apa yang dimaksud Pemeriksaan berdasarkan Pasal 1 angka 25 pada Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), silahkan jelaskan !
Jawab : KETENTUAN tentang pemeriksaan tercantum dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU KUP).
Mengacu pada Pasal 1 angka 25 UU KUP, yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah serangkaian
kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam Pasal 31 ayat (1) UU KUP disebutkan tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan
peraturan menteri keuangan. Oleh karena itu, pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan
Menteri Keuangan No. 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK.03/2015 (PMK 184/2015).
2. Dalam hal pemeriksaan jangka waktu Pemeriksaann terbagi menjadi dua, sebutkan!
Pemeriksaan LapanganPemeriksaan Lapangan paling lama 6 (enam) bulan, yang dihitung sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak. Pemeriksaan
KantorPemeriksaaan Kantor paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
datang memenuhi Surat Panggilan dalam rangka Pemeriksaaan Kantor sampai dengan tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak.
2. Jangka Waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporannnya:Paling lama 2 (dua) bulan,
dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP).
SESUAI dengan definisi pemeriksaan di atas, tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah untuk
pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan/atau tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Adapun pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan diatur dalam
Pasal 4 ayat (1) PMK 18/2021. Pemeriksaan dilakukan jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
2. terdapat data konkret yang menyebabkan pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;
3. wajib pajak menyampaikan SPT yang menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1;
4. wajib pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
6. wajib pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
7. wajib pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena dilakukannya
penilaian kembali aktiva tetap;
8. wajib pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tetapi melampaui jangka waktu yang
telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan
analisis risiko;
9. wajib pajak menyampaikan SPT yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis
risiko; atau
10. Pengusaha kena pajak tidak melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan/atau jasa
kena pajak (JKP) dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP dan telah dberikan pengembalian pajak
masukan atau telah mengkreditkan pajak masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e)
UU PPN.
2. Penghapusan NPWP.
11. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.
12. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
(P3B)
4. . Anda sebutkan rangkaian pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak sejak awal hingga akhir
pemeriksaan !
Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui penyampaian Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan
dengan mencantumkan dasar hukum atas temuan tersebut.
Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan pembuatan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang dapat berupa:
Pemeriksaan untuk tujuan lain ditutup dengan diterbitkannya LHP yang berisi usulan diterima atau
ditolaknya permohonan WP.
Pajak berhak:
• memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa apabila susunan keanggotaan
mengalami perubahan;
4. Mengajukan permohonan Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal belum disepakati dasar
hukum koreksi pemeriksaan; dan
3. Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
4. Memberikan kesempatan tim pemeriksa untuk memasuki dan memeriksa ruangan yang menjadi
tempat penyimpanan dokumen serta meminjamkannya;
• menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data
yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
• memberikan bantuan kepada tim pemeriksa untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak
bergerak; dan/atau
• menyediakan ruangan khusus dalam hal pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib Pajak;
7. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan
Jawab : Untuk mengembangkan sebuah perusahaan, kamu harus melakukan pembukuan akuntansi
untuk membuat laporan keuangan secara berkala. Lewat laporan tersebut, kamu bisa mengetahui
kondisi keuangan perusahaan kamu dan membuat keputusan terkait perkembangan perusahaan.
6. Sebutkan dan Jelaskan secara lengkap mengenai Prosedur dalam Hal Pembayaran Pajak
yang Seharusnya Tidak Terhutang!
Jawab : Pajak yang seharusnya tidak terutang yakni pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak (WP)
yang bukan merupakan objek pajak yang terutang. Selain itu juga dapat berupa kesalahan
pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar
daripada pajak yang seharusnya dipotong. Tata cara pengembaliannya yakni:
1. Wajib Pajak (WP) termasuk orang pribadi yang belum memiliki NPWP dapat mengajukan
permohonan restitusi ke Dirjen Pajak melalui KPP tempat WP terdaftar atau berdomisili. Surat
permohonan harus melampirkan: bukti pembayaran pajak asli; perhitungan pajak yang seharusnya
tidak terutang; serta alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang.
2. Wajib Pajak yang dipotong atau dipungut (PPh, PPN, dan PPnBM) dapat mengajukan
permohonan restitusi ke Dirjen Pajak melalui KPP tempat WP yang dipotong atau yang dipungut
terdaftar atau melalui KPP tempat Pengusaha Kena Pajak yang dipungut dikukuhkan. Dengan catatan
PPh, PPN, dan PPnBM yang dipotong atau dipungut belum dikreditkan atau dibiayakan.
7. PT. A melakukan perubahan sistem akuntansi yang menyebabkan laporan keuangan belum
selesai sampai batas akhir melaporkan SPT. Jelaskan langkah yang harus dilakukan oleh PT. A dan
apakah ada denda akibat dari kejadian tersebut?
Jawab : WP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT sesuai dengan pasal 3 ayat 4 UU
KUP jo. Pasal 9 ayat 2 PER 181/PMK.03/2007 jo 152/PMK03/2009 yaitu :
• Sanksi akibat penundaan penyampaian SPT bunga sebesar 2% perbulan dihitung dari saat
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT
Ketentuan lebih lanjut dan tata cara perpanjangan waktu penyampaian SPT ini diatur dalam
Peraturan Dirjen Pajak No. 21/PJ/2009. Sesuai PER 21/2009, wajib pajak badan dapat mengajukan
perpanjangan waktu penyampaian SPT tahunan PPh dengan syarat-syarat berikut:
1. Membuat surat pemberitahuan perpanjangan waktu penyampaian SPT tahunan secara tertulis dan
disampaikan ke KPP sebelum batas waktu penyampaian SPT tahunan berakhir.
2. Surat pemberitahuan harus menyebutkan alasan perpanjangan waktu penyampaian SPT tahunan.
3. Menyampaikan penghitungan sementara PPh yang terutang dan dilampiri laporan keuangan
sementara tahun pajak yang berkenaan.
4. Melampirkan surat setoran pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang kedudukannya
dipersamakan dengan SSP batas waktu penyampaian SPT tahunan.
6. Melampirkan surat pernyataan dari Akuntan Publik yang menyatakan audit laporan keuangan
belum selesai dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik.
9. Jika pemberitahuan perpanjangan waktu SPT tahunan yang tidak memenuhi ketentuan di atas
maka dianggap bukan merupakan pemberitahuan perpanjangan waktu SPT tahunan.
8. Wajib pajak berhak untuk melakukan pembetulan SPT. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
pembetulan? Jelaskan konsekuensi bagi perusahaan jika hasil pembetulan menyebabkan pajak
yang telah dilaporkan lebih tinggi?
Jawab : Menurut Pasal 8 Ayat 1 Undang-Undang PPh, Pembetulan SPT Pajak memiliki batas waktu
yang telah ditentukan. Batasnya yaitu sepanjang belum dilakukannya tindakan pemeriksaan pajak
oleh Direktur Jenderal Pajak. Dengan demikian, apabila tindakan pemeriksaan pajak telah dilakukan,
maka hak wajib pajak untuk membetulkan SPT sudah tertutup.
Ketentuan ini dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 (PP 74). Di dalamnya
menyatakan penegasan kembali mengenai batas waktu wajib pajak dapat melakukan pembetulan
SPT Pajak. Dalam PP Nomor 74 ini menegaskan bahwasanya wajib pajak dapat melakukan
Pembetulan SPT sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan, verifikasi dalam rangka
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, dan pemeriksaan bukti permulaan oleh DJP. Pemeriksaan
terjadi pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SP3) telah disampaikan kepada wajib
pajak, wakil, kuasa, pegawai/anggota keluarga wajib pajak yang telah dewasa.
Tindakan pemeriksaan pajak pada prinsipnya dilaksanakan dalam rangka untuk menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak. Apabila DJP telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Verifikasi, meskipun
belum memeriksa bukti permulaan, maka WP tidak dapat melakukan pembetulan SPT.
Pasal 8 Ayat 1A UU KUP, khusus pembetulan SPT lebih bayar dan rugi, terdapat tambahan batas
waktu yang telah ditentukan. Seorang wajib pajak yang melakukan pembetulan SPT lebih bayar atau
rugi maka pembetulan SPT dapat dilakukan paling lama 2 tahun sebelum kadaluarsa penetapan.
Kadaluarsa penetapan merupakan jangka waktu selama 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sebagaimana tertuang dalam Pasal
13 Ayat 1 UU KUP.
Contohnya, Tuan Putra menyampaikan pembetulan SPT Tahunan PPh Tahun 2018. Dimana berdasar
hasil Pembetulan, menyatakan SPT Lebih Bayar. Oleh karena itu, pembetulan SPT Pajak dapat
dilakukan sampai dengan 31 Desember 2021 atau 2 tahun sebelum kadaluarsa pada tahun 2023.
Pembetulan SPT dalam rangka mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
Masa maupun Tahunan yang telah disampaikan oleh wajib pajak, terbatas pada hal-hal sebagai
berikut ini:
Saat WP melakukan Pembetulan SPT yang berakibat utang pajak lebih besar, maka dikenakan sanksi
2% perbulan atas jumlah pajak kurang dibayar. Ketentuan ini dihitung sejak saat menyampaikan
surat pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung
penuh satu bulan.