Anda di halaman 1dari 20

RESUME PEMERIKSAAN PAJAK

KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK

Disusun Oleh :
Nia Agustina 01031381823154
Sekar Ade Hapsari 01031381823164

DOSEN PENGAMPU :
UMI KALSUM, SE, M.SI, AK

MATA KULIAH PEMERIKSAAN PAJAK


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
 Kebijakan Pemeriksaan Pajak

Ada beberapa alasan mengapa wajib pajak menjadi sasaran/objek


pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Jika mengacu pada ketentuan
undang-undang, pemeriksaan pajak bisa terjadi atas adanya dua sebab,
yaitu pertama untuk Wajib Pajak yang mengajukan permohonan restitusi
dan kedua adalah pemeriksaan berbasis analisis risiko karena
ketidakpatuhan Wajib Pajak. 

Wajib Pajak yang mengajukan restitusi akan menjalani tahapan


pemeriksaan oleh pemeriksa pajak untuk memastikan kepatuhan mereka
dalam menjalankan kewajibannya. Sementara Wajib Pajak yang didapati
ada indikasi ketidakpatuhan, ditindaklanjuti dengan proses pengumpulan
data terlebih dahulu.

A. Tujuan Pemeriksaan Pajak


Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang KUP
dinyatakan bahwa Pemeriksaan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan; dan
2. Tujuan lain.

B. Kriteria Pemeriksaan Pajak


Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
yaitu Pemeriksaann Rutin dan Pemeriksaan Khusus. Selain itu terdapat 1
(satu) lagi kriteria Pemeriksaan yang Pemeriksaan Tujuan Lain.
1. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan


sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak.

Adapun Pemeriksaan Rutin meliputi:


a) Wajib pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh yang menyatakan
lebih bayar restitusi (SPT Tahunan pph Lebih Bayar Restitusi)
sebagaimana dimaksud dalam:
1) Pasal 17B Undang-Undang KUP; atau
2) Pasal 17C Undang-Undang KUP tetapi memiliki untuk
tidak dilakukan pengembangan dengan SKPPKP dan
meminta untuk direstitusikan, atau tidak dapat diberikan
pengembalian dengan SKPPKP dan meminta untuk
direstitusikan, atau tidak dapat diberikan pengembalian
dengan SKPPKP.
b) Wajib pajak menyampaikan SPT Masa PPN yang menyatakan
lebih bayar restitusi (SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi)
sebagaimana dimaksud dalam:
1) Pasal 17B Undang-Undang KUP; atau
2) Pasal 17C Undang-Undang KUP tetapi memiliki untuk
dilakukan pengembalian melalui prosedur biasa, atau tidak
dapat diberikan pengembalian dengan SKPPKP.
c) Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa
PPN yang menyatakan lebih bayar yang tidak disertai dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) UU KUP;
d) Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar
Kompensasi;
e) Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP;
f) Wajib Pajak menympaikan SPT yang menyatakan rugi;
g) Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi atau pembubaran usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; dan
h) Wajib Pajak melakukan:
1) Perubahan tahun buku;
2) Perubahan metode pembukuan; dan/atau
3) Penilaian kembali aktiva tetap.

2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara
manual atau secara komputerisasi menunjukkan adanya indikasi
ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Adapun ketentuan
terkait dengan Pemeriksaan Khusus adalah sebagai berikut:
a) Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak berdasarkan analisis risiko.
b) Terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi kriteria Pemeriksaan
Rutin, dapat dilakukan Pemeriksaan Khusus.
c) Analisis Risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai
tingkat ketidakpatuhan Wajib Pajak yang mengindikasikan potensi
penerimaan pajak.
d) Analisis risiko dibuat dengan mendasarkan pada profil Wajib Pajak
dan/atau maupun berdasarkan kriteria seleksi berbasis risiko secara
manual.
e) Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan.
f) Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan alasan:
1) Persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak;
2) Instruksi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
atau
3) Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.

3. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain


Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang
berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan


ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan
kriteria antara lain sebagai berikut:

a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang


dilakukan berdasarkan verifikasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
verifikasi;
b) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan
berdasarkan verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai tata cara verifikasi;
c) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
selain dilakukan berdasarkan verifikasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
verifikasi;
d) Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e) Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan
penghasilan neto;
f) Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan
Nilai;
i) Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j) Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka
waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian
fasilitas perpajakan dan/atau;
k) Memenuhi permintaan informasi dari Negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.

C. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK

Ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia dibedakan menjadi dua,


yakni pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. 
 Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan merupakan pemeriksaan yang


dilakukan di tempat kegiatan usaha, tempat tinggal wajib pajak,
atau tempat lainnya yang sudah ditentukan oleh Direktur Jenderal
Pajak (Ditjen Pajak). Pemeriksaan lapangan biasanya akan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6 bulan, terhitung sejak
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diberikan atau
disampaikan ke wajib pajak bersangkutan sampai tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Pajak (SPHP) disampaikan ke
wajib pajak. 

Namun, pemeriksaan lapangan ini bisa diperpanjang 2 bulan,


apabila terjadi hal-hal seperti berikut ini: 

 Pemeriksaan lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian


Tahun Pajak, atau Tahun Pajak lainnya. 
 Terdapat konfirmasi atau permintaan data/keterangan
kepada pihak ketiga. 
 Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis
pajak atau berdasarkan pada pertimbangan kepala unit
pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan terkait dengan: Wajib
pajak kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi,
wajib pajak dalam satu grup, atau wajib pajak yang
terindikasi melakukan transaksi transfer pricing atau
transaksi khusus lain yang memungkinkan adanya rekayasa
transaksi keuangan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lamanya 6 bulan dan dapat dilakukan paling banyak
3 kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan
pengujian.

 Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor merupakan pemeriksaan yang


dilakukan di kantor Ditjen Pajak. Tujuan dari pemeriksaan kantor
guna menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dilakukan dalam waktu paling lama 4 bulan terhitung sejak tanggal
wajib pajak memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan
kantor sampai dengan dengan SPHP disampaikan ke wajib pajak. 

Waktu dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, kecuali untuk


pemeriksaan atas keterangan lain yang berupa data konkret yang
dilakukan dengan pemeriksaan kantor tidak bisa diperpanjang. 

D. TAHAP PEMERIKSAAN

Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan


Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor. Dalam hal khusus, misalnya kondisi pandemi,
pemeriksaan dapat dilakukan secara daring.
Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui
penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang
dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan mencantumkan
dasar hukum atas temuan tersebut.

Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan


pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang
dapat berupa:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Pemeriksaan untuk tujuan lain ditutup dengan diterbitkannya LHP yang


berisi usulan diterima atau ditolaknya permohonan WP.

E. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SAAT PEMERIKSAAN PAJAK

Dalam hal pemeriksaan pajak, tidak hanya fiskus yang memiliki hak dan
kewajiban dalam prosesnya. Wajib pajak juga memiliki kewajiban-
kewajiban yang harus diperhatikan dan dilakukan saat pemeriksaan pajak.
Nah, berikut ini kewajiban wajib pajak dalam pemeriksaan pajak. 

1. Memenuhi panggilan dengan datang menghadiri pemeriksaan


pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Biasanya, jadwal
dibuat untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan kantor. 
2. Mampu memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan, dan
dokumen yang akan menjadi dasar pemeriksaan, serta dokumen-
dokumen lain termasuk data yang Anda kelola secara elektronik
yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
pajak. 
3. Untuk pemeriksaan lapangan, wajib pajak memiliki kewajiban
memberi kesempatan untuk mengakses data dengan mengunduh
data-data yang dikelola secara elektronik. 
4. Memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki ruang
yang dirasa perlu untuk diperiksa dan memberi bantuan-bantuan
lain guna kelancaran pemeriksaan pajak. 
5. Memberikan tanggapan secara tertulis atas SPHP. 
6. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan
publik khususnya untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan pajak
kantor. 
7. Berkenan memberikan keterangan lainnya baik secara lisan
maupun tulisan yang diperlukan. 

F. PENERBITAN SURAT KETETAPAN PASCA PEMERIKSAAN


PAJAK

Setelah rangkaian pemeriksaan pajak dilakukan, maka wajib pajak akan


mendapatkan hasil dari pemeriksaan pajak. Dari hasil pemeriksaan pajak
yang dilakukan oleh Ditjen Pajak, maka akan diterbitkan surat ketetapan
pajak yang isinya atau yang dapat mengakibatkan adanya pajak terutang
menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau bahkan nihil. 

Dari hasil pemeriksaan pajak tersebut, akan muncul jenis-jenis ketetapan


yang dikeluarkan Ditjen Pajak, antara lain: 

 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLKB). 


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). 
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). 
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). 
Selain surat ketetapan di atas, Ditjen Pajak juga dapat menerbitkan Surat
Tagihan Pajak (STP) apabila wajib pajak dikenakan sanksi administrasi
baik berupa denda, bunga, dan kenaikan.
G. HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA
PEMERIKSAAN

Wajib Pajak berhak:

a. meminta Pemeriksa Pajak untuk :


o memperlihatkan tanda pengenal dan Surat Perintah
Pemeriksaan;
o memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan;
o memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa
apabila susunan keanggotaan mengalami perubahan;
o memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
pemeriksaan;
b. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
c. menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan bersama dengan
pemeriksa pada waktu yang telah ditentukan;
d. mengajukan permohonan Quality Assurance Pemeriksaan dalam
hal belum disepakati dasar hukum koreksi pemeriksaan; dan
e. mengisi kuesioner terkait pelaksanaan pemeriksaan.

Wajib Pajak berkewajiban:

a. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan tepat


waktu;
b. memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang menjadi
dasar penghitungan penghasilan;
c. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh
data yang dikelola secara elektronik;
d. memberikan kesempatan tim pemeriksa untuk memasuki dan
memeriksa ruangan yang menjadi tempat penyimpanan dokumen
serta meminjamkannya;
e. memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat
berupa:
1. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib
Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara
elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
2. memberikan bantuan kepada tim pemeriksa untuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
dan/atau
3. menyediakan ruangan khusus dalam hal pemeriksaan
dilakukan di tempat Wajib Pajak;
f. meminjamkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan
publik;
g. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan; dan
h. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

H. KEWENANGAN PEMERIKSA PAJAK


1. Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang:
a) Melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak;
b) Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
c) Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang
bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut
diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang dan/ atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak;
d) Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna
kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:
1) Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya
Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang
dikelola secara elektronik memerlukan peralatan
dan/atau keahlian khusus.
2) Memberikan bantuan kepada Pemeriksa Pajakuntuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
dan/atau
3) Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya
Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan
dilakukan di tempat Wajib Pajak;
e) Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta
barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
f) Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib
Pajak; dan
g) Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari
pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib
Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana
Pemeriksaan.
2. Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan
Kantor, Pemeriksa Pajak berwenang;
a) Memang Wajib Pajak untuk datang ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak dengan menggunakan Surat Panggilan
Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor;
b) Melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara
elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
c) Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna
kelancaran Pemeriksaan;
d) Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib
Pajak;
e) Meminta KKP yang dibuat oleh akuntan public melalui
Wajib Pajak; dan mempunyai hubungan dengan Wajib
Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana
Pemeriksaan.
SOAL PERTANYAAN BESERTA JAWABAN

1. Jelaskan pengertiaan dari pemeriksaan?


Berdasarkan pasal 1 ayat 25 Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Jelaskan tujuan pemeriksaan pajak?


Dalam menjalankam pemeriksaan pajak, terdapat dua tujuan dari
pemeriksaan tersebut, antara lain:
 Tujuan pertama, pemeriksaan pajak dilakukan dalam hal:
 Wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak.
 Menyampaikan SPT yang menyatakan lebih bayar,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak.
 Menyampaikan SPT yang menyatakan rugi.
 Tidak menyampaikan atau menyampaikan SPT tapi
melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat
teguran.
 Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran,atau akan meninggalkan Indonesia
untuk selama-lamanya; atau
 Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi
kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP yang
tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

 Untuk tujuan kedua, pemeriksaan pajak dilakukan dalam hal:


 Pemberian NPWP secara jabatan.
 Penghapusan NPWP.
 Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP.
 Wajib pajak mengajukan keberatan.
 Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Netto.
 Pencocokan data dan atau alat keterangan.
 Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil.
 Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
 Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
 Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang
jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan
pemberian fasilitas perpajakan.
 Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

3. Sebutkan dan jelaskan kriteria pemeriksaan pajak?


Kriteria Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak, bisa dilakukan dengan dua kriteria berdasarkan
latar belakang alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu:
 Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan
pemenuhan hak atau pelaksanaan kewajiban perpajakan WP, antara
lain:
a. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN
yang menyatakan LB restitusi
b. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN
yang menyatakan LB tidak disertai permohonan
pengembalian kelebihan.
c. Menyampaikan SPT Masa PPN LB kompensasi.
d. Sudah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak
e. Menyampaikan SPT rugi
f. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, atau akan meninggalkan Indonesia selamanya
g. Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan
penilaian aktiva tetap

 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis
risiko yang menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan khusus dijalankan
dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:
a. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil
WP atau data internal lainnya serta data eksternal secara
manual ataupun komputerisasi
b. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau
seluruh jenis pajak
c. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.

4. Jelaskan ruang lingkup pemeriksaan pajak!


a. Ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan objek pemeriksaan
yang meliputi:
 Jenis pajak, dan
 Periode pencatatan/pembukuan yang dilakukan oleh WP

b. Ruang lingkup pemeriksaan berdasarkan cakupan jenis pajak meliputi:


 Satu jenis pajak
 Beberapa jenis pajak; atau
 Seluruh jenis pajak

c. Adapun ruang lingkup pemeriksaan berdasarkan cakupan periode


pencatatan/pembukuan yang dilakukan oleh wajib pajak meliputi:
 Satu masa pajak;
 Beberapa masa pajak;
 Bagian tahun pajak; atau
 Tahun pajak

Pemeriksaan pajak dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup


atau cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan
pemeriksaan kantor.
 Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap wajib pajak ditempat wajib pajak, yang dapat
mencakup kantor wajib pajak, pabrik, tempat usaha, tempat
tinggal, dan tempat lain yang ada kaitannya dengan kegiatan
usaha, juga pekerjaan bebas wajib pajak, serta tempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

 Pemeriksaan Kantor
Adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan di
kantor unit pelaksana pemeriksaan pajak, dapat meliputi suatu
jenis pajak tertentu, baik untuk tahun berjalan maupun tahun-
tahun sebelumnya. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilakukan
dengan pemeriksaan sederhana kantor (PSK), jangka waktu
penyelesaian selama 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang
menjadi paling lama 6 (enam) minggu, dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.

5. Sebutkan kewajiban pemeriksa pajak dalam pelaksanaan


pemeriksaan pajak itu sendiri!
Dalam rangka melaksanakan tugasnya untuk memeriksa pajak, pemeriksa
pajak harus mengetahui beberapa kewajibannya yaitu:
 Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan lapangannya
kepada wajib pajak dalam hal pemeriksaan lapangan atau Surat
Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan Kantor dalam hal
pemeriksaan kantor.
 Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada
wajib pajak saat melakukan pemeriksaan.
 Memperlihatkan surat perubahan tim pemeriksa pajak kepada
wajib pajak apabila susunan keanggotaan tim pemeriksa pajak
mengalami perubahan.
 Melakukan pertemuan dengan wajib pajak dalam rangka
memberikan penjelasan mengenai:
i. Alasan dan tujuan pemeriksaan
ii. Hak dan kewajiban wajib pajak selama dan setelah
pelaksanaan pemeriksaan
iii. Hak wajib pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan
pembahasan dengan Tim Quality Assurance
iv. Pemeriksaan dalam rangka terhadap hasil pemeriksaan
yang belum disepakati antara pemeriksa pajak dan wajib
pajak saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

Kewajiban dari wajib pajak adalah memenuhi permintaan buku catatan


dan atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, yang
dipinjam dari wajib pajak:
 Menuangkan hasil pertemuan sebagaimana dimaksud pada huruf d
di dalam Berita Acara Pertemuan dengan wajib pajak
 Menyampaikan SPHP kepada wajib pajak
 Memberikan hak untuk hadir kepada wajib pajak dalam rangka
Pembahasan Akhir Hasil pemeriksaannya pada waktu yang telah
ditentukan
 Menyampaikan Kuesioner pemeriksaan kepada wajib pajak.
 Melakukan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
 Mengembalikan buku catatan dan atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan yang dipinjam dari wajib pajak.
 Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala
sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib
pajak dalam rangka pemeriksaan perpajakan.

SOAL KASUS

1. Pak Ali merupakan salah satu Wajib Pajak yang menjadi target
pemeriksaan pajak. Namun, sebelum Pak Ali diperiksa oleh
pemeriksa pajak, apakah pemeriksa pajak harus memberi
pemberitahuan terlebih dahulu kepada pak Ali baik berupa surat,
komunikasi langsung dll. Atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
agar Pak Ali tidak dapat melakukan upaya perencanaan
pemalsuan/penyembunyian data-data yang akan diperiksa oleh
pemeriksa pajak? Jelaskan!

Jawab:

Sebelum dilakukannya pemeriksaan terhadap Pak Ali. Pemeriksa pajak


harus memberi laporan kepada Pak Ali terlebih dahulu bahwasanya akan
dilakukan pemeriksaan pajak terhadap dirinya. Laporan pemberitahuan
tersebut, dapat berupa:

 Surat pemberitahuan pemeriksaan lapangan, dalam hal menggunakan


jenis pemeriksaan lapangan; atau
 Surat panggilan dalam pemeriksaan kantor, dalam hal menggunakan
jenis pemeriksaan kantor.

2. Dalam kasus ini bagaimana jika Wajib Pajak telah menanggapi surat
permintaan klarifikasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
tetapi penjelasan Wajib Pajak tidak sesuai dengan data yang dimiliki
oleh Direktorat Jenderal Pajak?

Jawab:
Wajib Pajak yang telah menanggapi surat permintaan klarifikasi sesuai
jangka waktu yang telah ditentukan, tetapi tanggapan dari Wajib Pajak
tidak sesuai dengan data yang ada, maka:
 Jika dalam menanggapi surat permintaan klarifikasi, Wajib Pajak
memberikan bukti-bukti, catatan, dan/atau dokumen pendukung yang
menunjukkan bahwa data yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya maka proses permintaan
klarifikasi dihentikan dan tidak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan.
 Jika dalam menanggapi surat permintaan klarifikasi, Wajib Pajak tidak
dapat memberikan bukti-bukti, catatan, dan/atau dokumen pendukung
yang menunjukkan bahwa data yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal
Pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya maka proses
permintaan klarifikasi ditindaklanjuti dengan pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Wirawan B. Ilyas, Ak., M.Si., MH., CPA.dan Pandu Wicaksono, SST.,


M.Acc. 2015. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media.
https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/ruang-lingkup-
pemeriksaan-pajak
www.pajak.go.id
http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/100%20Pertanyaan
%20tentang%20Pemeriksaan%20Pajak%20-%20DS.pdf

Anda mungkin juga menyukai