Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Teguh Ismael

NIM : 041644124

TUGAS TUTORIAL KE-2


PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Hukum Pajak


Kode Mata Kuliah : EKSI 4202
Jumlah sks : 3 sks
Nama Pengembang : Marlina, S.S.T., M.Ak
Nama Penelaah : Etik Ipda Riyani, S.E., Ak., M.Ak., CA
Status Pengembangan : Baru
Tahun Pengembangan : 2020
Edisi Ke- : 3

Skor
No Tugas Tutorial Sumber Tugas Tutorial
Maksimal
1 Jelaskan Tujuan Pemeriksaan, Ruang 30 Modul 5
Lingkup, Kriteria dan Jenis Pemeriksaan KB 2
2 Jelaskan Tahapan dalam upaya penagihan 30 Modul 5
aktif dan pengaturan dalam penagihan KB 3

3 Jelaskan syarat-syarat pengajuan Banding 35 Modul 6


dipengadilan pajak KB 1
* coret yang tidak sesuai

Jawab :

1. A. Tujuan Pemeriksaan :
Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Dalam hal ini yang berwenang dalam melakukan
pemeriksaan adalah Direktur Jenderal Pajak melalui satuan kerja dibawahnya. Selain itu,
pemeriksaan juga bertujuan untuk mendapatkan bukti yang cukup untuk menyatakan
bahwa WP yang diperiksa mempunyai utang pajak, akan dilakukan penagihan dan
dikenakan sanksi.
B. Ruang Lingkup Pemeriksaan dan Kriteria Pemeriksaan :
a) Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-
tahun lalu maupun tahun berjalan.

b) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus


dilakukan terhadap wajib pajak yang mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang-
Undang KUP.
c) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat
dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Wajib pajak menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan lebih
bayar, selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
 Wajib pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.
 Wajib pajak menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan rugi.
 Wajib pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
 Wajib pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan
atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap.
 Wajib pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan surat
pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan
dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan
berdasarkan analisis resiko.
 Wajib pajak menyampaikan surat pemberitahuan yang terpilih untuk
dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis resiko.
C. Jenis Pemeriksaan :
a) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
sebagaimana dimaksud dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan atau
pemeriksaan kantor.
b) Pemeriksaan Kantor, dalam hal permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran tersebut diajukan oleh wajib pajak yang memenuhi persyaratan :
 Laporan keuangan wajib pajak untuk tahun pajak yang diperiksa diaudit
oleh akuntan publik atau laporan keuangan salah satu tahun pajak dari
2 (dua) tahun pajak sebelum tahun pajak yang diperiksa telah diaudit
oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dan
 Wajib pajak sedang tidak dilakukan pemeriksaan bukti permulaan,
penyidikan, atau penuntutan tindak pidana perpajakan, dan/atau wajib
pajak dalam 5 (lima) tahun terakhir tidak pernah dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
c) Terhadap pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud adalam butir
1,2,3 dari huruf a sampai dengan huruf e, penentuan jenis pemeriksaannya
diatur oleh direktur jenderal pajak.
d) Terhadap pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud adalam butir
1,2,3 dari huruf f dan huruf g dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.
e) Dalam hal pemeriksaan kantor ditemukan indikasi transaksi yang terkait
dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi
rekayasa transaksi keuangan, pelaksanaan pemeriksaan kantor diubah menjadi
pemeriksaan lapangan.
2. Tahapan dalam upaya penagihan aktif dan pengaturan dalam penagihan :
Penagihan pajak diatur dalam UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 merupakan serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang-barangyang telah disita. Adapun tahapan
penagihan adalah sebagai berikut:
a. Surat Teguran, dikeluarkan apabila utang pajak yang tercantum dalam STP,
SKPKB, SKPKBT, tidak dilunasi sampai melewati waktu 7 (tujuh) hari dari batas
waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya).
b. Surat Paksa, dikeluarkan apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari
tanggal surat teguran, maka WP akan diterbitkan surat paksa yang disampaikan
oleh juru sita pajak negara dengan dibebani biaya penagihan paksa sebesar Rp
25.000(dua puluh lima ribu rupiah) dan utang pajak harus dilunasi dalam jangka
waktu 2x24 jam.
c. Surat Sita, dilakukan penyitaan apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam
jangka waktu 2x24 jam maka dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-
barang WP, dengan dibebani biaya pelaksaan sita sebesar Rp 75.000 (Tujuh puluh
lima ribu rupiah). Penyitaan tersebut dilakukan oleh Jurusita Pajak untuk
menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi
utang pajaknya sesuai peraturan perundang-undangan. Barang-barang yang disita
merupakan barang milik penanggung pajak dapat berupa:
 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening, giro, atau bentuk lainya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga.
 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
d. Lelang, Dalam waktu empat belas hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak
belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui kantor
lelang negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksaan sita belum
dibayar makan akan dibebankan bersama-sama dengan biaya iklan untuk
pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelagan.
Masalah lainnya dalam penagihan pajak :
a. Hak mendahulu, Negara mempunyai hak mendahulu utang pajak atas barang-
barang milik penanggung pajak. Ketentuan tentang hak mendahulu tersebut
meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak, kecuali terhadap biaya perkara yang hanya disebabkan
oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan/atau barang
tidak bergerak, biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang
dimaksud, biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan. Hak mendahului dapat hilang setelah melampaui
waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang haus dibayar
bertambah.
b. Penagihan seketika dan sekaligus, Penagihan seketika dan sekaligus adalah
tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada
penanggung pajak tanpa menuggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi
seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak,
dilaksanakan secara langsung oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak
sebelum penerbitan surat paksa. Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan
apabila :
1) Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk itu,
2) Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau peerjaan yang dilakukannya di Indonesia,
3) Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya,
4) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara, atau
5) Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.

3. Syarat-syarat pengajuan banding di pengadilan pajak :


a. Banding diajukan secara tertulis
b. Banding diajukan dalam surat banding dalam bahasa Indonesia dan ditujukan
kepada pengadilan pajak.
c. Banding diajukan dalm jangka waktu 3(tiga) bulan sejak tanggal diterima
keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan. Jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung dari tanggal keputusan
diterima sampai dengan tanggal surat banding dikirim oleh pemohon banding.
d. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding.
e. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan
tanggal diterima surat keputusan yang dibanding.
f. Pada surat banding dilampirkan salinan keputusan yang dibanding
g. Tidak berlaku syarat keharusan membayar 50% dari pajak yang disengketakan
dengan adanya perubahan dalam KUP yang mengatur bahwa pada saat diajukan
banding, pajak yang belum dibayar belum dianggap terutang sampai dengan satu
bulan sejak putusan pengadilan pajak dikeluarkan dan ditambah denda sebesar
100%.
h. Banding dapat diajukan oleh wajib pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau
kuasa hukumnya.

Sumber :
Buku Materi Pokok Hukum Pajak, Penuis : Tubagus Chairul Amachi, Irma, dan Amin Darra

Anda mungkin juga menyukai