A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi yang ada pada pertemuan 15 maka diharapkan
mahasiswa dapat mampu memahami definisi dari restitusi dan imbalan bunga serta
apa itu pembagian hasil penerimaan BPHTB, memahami kewajiban, pelaporan dan
sanksi serta memahami perhitungan BPHTB.
B. URAIAN MATERI
1. Restitusi Dan Imbalan Bunga Serta Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB
Ciri pertama, pembayaran pajak terjadi lebih dahulu daripada saat terutang.
Contohnya, pembeli tanah bersertifikat sudah diharuskan membayar BPHTB
sebelum terjadi transaksi atau sebelum akta dibuat dan ditandatangani. Hal ini
terjadi juga dalam bea Meterai. Siapapun pihak yang membeli meterai tempel,
berarti ia sudah membayar bea Meterai, walaupun belum terjadi saat terutang
pajak.
Perpajakan 241
1
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dikenakan terhadap
orang atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang
mana perolehan atas suatu hak atas tanah dan atau bangunan ini bisa diartikan
bahwa orang atau badan tersebut mempunyai nilai lebih atas tambahan atau
perolehan hak tersebut, di mana tidak semua orang mempunyai kemampuan
lebih untuk mendapatkan tanah dan atau
2
Prinsip-prinsip dasar yang dianut Undang-undang BPHTB sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang BPHTB
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 adalah sebagai
berikut:
b. Besarnya tarif, Yaitu ditetapkan sebesar 5% dari nilai perolehan obyek pajak
(NPOP) atau 5% dari NJOP PBB jika besarnya NPOP tidak diketahui atau
kurang dari NJOP PBB;
c. Dikenakan sanksi, Kepada wajib pajak maupun kepada pejabat pejabat umum
yang melakukan pelanggaran ketentuan atau tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang BPHTB;
a. Sebab-sebab Restitusi:
1
Ibid.
2
Ibid.
3
Ibid.
Perpajakan 242
a) Permohonan pengurangan dikabulkan;
d) Perubahan peraturan;
c) SKBKB apabila jumlah pajak yang telah dibayar oleh WP lebih kecil
dari jumlah pajak terutang;
Perpajakan 243
5) Berdasarkan SKBLB harus diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran BPHTB (SKPKPB) yang dikirim ke: WP, BO,
KPKN dan Kanwil DJP;
dan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
519/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000 sebagai berikut:
4
Ibid.
5
Perpajakan 244
menerbitkan Surat Perintah Menerbitkan Surat Kuasa Umum (SPMSKU).
erdasarkan SPMSKU ini maka Kuasa Bendahara Umum Negara menerbitkan
Surat Kuasa Umum (SKU) kepada Bank Operasional III untuk melakukan
pemindahbukuan Dana Bagi Hasil BPHTB dari Rekening Kas Umum Negara ke
Rekening Kas Umum Daerah dimana penyaluran Dana Bagi Hasil BPHTB ini
berdasarkan realisasi penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan dan
dilaksanakan se
6
Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan.
Perpajakan 245
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3) Pemerintah hanya mengawasi Wajib Pajak dan tidak ikut campur dalam
cara perhitungan BPHTB.
1) Keberatan
(1) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(2) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kurang Bayar (SKBKB)
(3) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT).
(4) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(6) Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Nihil (SKBN).
Perpajakan 246
(7) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang
berlaku.
Perpajakan 247
i) Apabila dalam jangka waktu 12 bulan telah lewat dan Kepala Daerah
tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap diterima.
2) Banding
3) Pengurangan
Contoh :
(2) Wajib pajak badan yang memperoleh hak baru selain Hak
Pengelolaan dan telah menguasai tanah dan atau bangunan
Perpajakan 248
lebih dari 20 tahun yang dibuktikan dengan surat pernyataan
wajib pajak dan keterangan dari pejabat pemerintah daerah
setempat.
(3) Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Susun
Sederhana serta Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang
diperoleh langsung dari pengembang dan dibayar secara
angsuran.
(4) Wajib pajak Orang Pribadi menerima Hibah dari Orang Pribadi
yang mempunyai hubungan keluarga.
(5) Wajib pajak BUMD baru berdiri dalam jangka waktu paling lama
satu tahun yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan
dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat sebagai
penyertaan modal pemerintah.
Contoh :
(1) Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah meliputi pembelian
dari hasil ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek Pajak.
(2) Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti
atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan
umum yang memerlukan persyaratan khusus.
(3) Wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter
yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional,
sehingga Wajib Pajak harus melakukan rekonstrukturalisasi
usaha dan atau utang usaha sesuai kebijakan pemerintah.
(5) Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah dan atau
bangunan yang tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan
bencana alam.
Perpajakan 249
c) Tanah dan atau bangunan digunakan semata-mata untuk
kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-mata tidak untuk
mencari keuntungan.
yaitu dapat berupa harga transaksi (termasuk harga transaksi dalam Risalah
Lelang) dan nilai pasar yang mana Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-
undang Nomor 20 tahun 2000 Nilai Perolehan Obyek Pajak dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1) Jual beli adalah harga transaksi Tukar menukar, hibah, wasiat, waris,
pemasukan hak dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan
hak yang mengakibatkan peralihan, peralihan hak karena pelaksanaan
putusan hakim yang mempunyai kekuatan tetap, pemberian hak baru
atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian hak baru
atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak, penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha, hadiah adalah nilai pasar;
7
Ibid.
Perpajakan 250
Menurut Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000
8
menetapkan bahwa apabila Nilai Perolehan Obyek Pajak tidak diketahui atau
lebih rendah dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), maka dasar pengenaan
pajak yang digunakan adalah Nilai Jual Obyek Pajak PBB, NJOP PBB
tersebut tertera pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan
Bangunan (SPPT PBB) yang diterbitkan oleh kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan wilayah tempat obyek be
dimaksud dalam Pasal 6 ayat 3 belum ditetapkan, besarnya NJOP PBB
tersebut dapat dimohonkan kepada Menteri Keuangan untuk menetapkannya.
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 5% (lima
persen) dengan Nilai Perolehan Obyek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).
Rumusan perhitungan besarnya BPHTB adalah:
BPHTB = (NPOP-NPOPTKP) x 5 %
8
Ibid.
Perpajakan 251
700.000/m2. Bila NPOPTKP ditetapkan Rp 50 juta, Hitung BPHTB
terutang.
Jawab :
Karena Nilai transaksi lebih besar maka digunakan nilai transaksi sebagai
dasar penghitungan BPHTB
NPOPTKP = 50.000.000
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
(4) Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya dengan nilai pasar Rp.
500.000.000,- NJOP yang tercantum dalam SPPT Rp. 800.000.000,-. NPOP TKP
Rp. 300.000.000,- Berapa Besarnya BPHTBnya ?
(5) Sebuah perusahaan negara milik daerah ( BUMD Perpakiran ) menerima hak
pengelolaan dari pemerintah sebidang tanah dan sebuah gedung untuk parkir
dengan nilai pasar pada waktu penerbitan hak sebesar Rp1 milyar. Terhadap
tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan SPPT PBB dengan NJOP sebesar
Rp1,25 milyar. Apabila NPOPTKP atas daerah tersebut ditetapkan sebesar Rp50
Perpajakan 252
juta maka hitunglah besarnya BPHTB yang harus dibayar oleh BUMD Perpakiran
tersebut?
D. REFERENSI
-
https://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/surat-edaran-direktur-
jenderal-pajak-se-132pj2010.
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono, and Amin Dara. Perpajakan (Konsep, Aplikasi,
Contoh, Dan Studi Kasus) Dasar-Dasar Perpajakan. Penerbit Salemba
Empat. Vol. 7, 2016.
Halim, Abdul, and Syamsul Kusufi. Teori,Konsep, Dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik. , 2014.
Perpajakan 253
-
- Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (2000).
k
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 2009, no. 75 (2009).
Ke
17
September.
Perpajakan 254
Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Yang Dikenai Paj
Peraturan Di
Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Berhubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan
Republik Indonesia. UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan. Www.Dpr.Go.Id, 2007.
Resmi, Siti. Perpajakan: Teori Dan Kasus Edisi Revisi. Salemba Empat, 2016.
Rochmat, Soemitro. Asas Dan Dasar Perpajakan. PT. Eresco. Bandung, 2011.
Smith, Adam. The Wealth of Nations The Wealth of Nations. Handbook of Labor
Economics, 1776.
Suma
Berdasarkan Undang- Indeks (2015).
Perpajakan 255
Penghasilan. Kantor Pajak. Vol. 49, 2008.
Waluyo. Perpajakan Indonesia Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat, 2017.
Perpajakan 256