Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 3

PPh Pasal 22
Bendaharawan Pemerintah

Pemotongan Pemungutan Pajak - C


Nama Anggota Kelompok :

Annisa Taraninsi (205030407111011) Nanik Winarsih (205030401111017)

Bella Amalia P. (205030401111044) Renade Shafa T. (205030401111046)

Mutiara Fenalia P. (205030401111038) Yanti Ulita L. (205030401111041)


Sub Bahasan

1 2 3

Definisi & Latar Objek dan Subjek


Dasar Hukum
Belakang Pajak

4 5 6

Mekanisme Tata Cara Pelaporan


Tarif Pemotongan & Penyetoran
Definisi dan Latar Belakang
DEFINISI

Berdasarkan Undang-Undang (UU) PPh Pasal 22 Bendaharawan


Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Pemerintah merupakan pemungutan
Penghasilan, PPh Pasal 22 merupakan pajak penghasilan Pasal 22 yang
suatu bentuk pemotongan atau dilakukan oleh Bendaharawan
pemungutan pajak oleh salah satu Pemerintah atas penyerahan barang
pihak terhadap Wajib Pajak dan oleh rekanan yang dibiayai dari Anggaran
memiliki kaitan dengan kegiatan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
perdagangan barang. dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Objek dan Subjek
SUBJEK OBJEK

Menurut Peraturan Pemerintah Menteri


Keuangan Nomor 210 PMK ,03/2008 :
Subjek PPh pasal 22 bendaharawan 1. Pembayaran atas pembelian barang yang
pemerintah dikenakan atas wajib pajak dilakukan oleh Direktorat Jenderal
orang pribadi atau badan usaha yang Perbendaharawan, Bendaharawan
melakukan transaksi penjualan barang ke Pemerintah baik ditingkat Pusat maupun
instansi pemerintah, yang biasa disebut ditingkat Daerah;
dengan rekanan. 2. Pembayaran atas pembelian barang
yang dananya bersumber dari belanja
Negara (APBN) dan/atau belanja daerah
(APBD).

OBJEK YANG DI KECUALIKAN


Terdapat beberapa hal yang dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai Peraturan
Mentri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008 yaitu antara lain :
1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali
4. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah
5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM dan benda-benda pos.
Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008.

2. Pasal 22 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK. 010/2017 Tentang


Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau
Kegiatan Usaha di Bidang lain.

4. PER-31/PJ/2015 Tentang Perubahan Ketiga atas PER-57/PJ/2010 Tentang


Tata Cara dan Prosedur Pemungutan PPh Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau
Kegiatan Usaha di Bidang Lain.
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 Tentang
Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22, Sifat Dan Besarnya
Pungutan Serta Tata Cara Penyetoran Dan Pelaporannya sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
210/PMK.03/2008.

6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 417/PJ/2001 Tentang Petunjuk


Pemungutan PPh Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan Serta Tata Cara
Penyetoran dan Pelaporannya.
Tarif Pajak
Tarif PPh Pasal 22
BENDAHARAWAN PEMERINTAH

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK. 010/2017 Pasal 2 Ayat (1) huruf

b, atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bendahara Pemerintah

dikenakan tarif sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
PPh Pasal 22 ini bersifat tidak final dan dapat dihitung sebagai pembayaran

PPh di tahun berjalan bagi WP yang dipungut.


Besarnya pungutan yang diterapkan terhadap WP yang tidak memiliki

NPWP lebih tinggi 100% daripada WP yang dapat menunjukkan NPWP.


Mekanisme Pemotongan
CONTOH
BAGAN ALUR MEKANISME PEMOTONGAN

Gambar disamping merupakan contoh


bagan alur mekanisme pemotongan PPh
Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah pada
salah satu instansi pemerintah di jawa
tengah.

Dari contoh bagan tersebut, dapat diketahui


alur mekanisme pemotongan yang
melewati 3 tahapan, diawali dari Bendahara
Pemerintah, bank persepsi dan rekanan.
Keterangan Lanjutan
Mekanisme Pemotongan

Bendahara Pengeluaran Bank Persepsi Rekanan


Setelah memasukkan data Selanjutnya setelah menerima Surat Setelah menerima kembali SSP
rekanan atas belanja kedalam Setoran Pajak (SSP) atas lembar ke 1, 3 dan 5 yang
Surat Pertanggungjawaban atau pembayaran pajak terutang PPh diberikan oleh bank persepsi.
SPJ, Bendahara Pengeluaran akan Pasal 22 yang berjumlah 5 rangkap Bendahara pengeluaran instansi
menghitung pajak yang terutang dari bendahara pengeluaran, terkait memberikan lembar 1
atas belanja dan kemudian kemudian dari pihak bank meneliti SSP untuk arsip wajib pajak.
memungut PPh pasal 22 sebesar pengisian SSP, setelah itu Lembar 3 diberikan untuk
1,5% dari Dasar Pengenaan Pajak. menandatangani, dan memberi dilaporkan ke KPP tempat
Setelah dilakukan pemungutan, stempel pada SSP. Selanjutnya Bank rekanan tercatat sebagai wajib
bendahara pengeluaran pada menginput pembayaran pajak dan pajak. ini merupakan tahap
mengeluarkan Surat Tanda Bukti terakhir mekanisme
instansi tersebut mengisi Surat Pembayaran (STBP) untuk diserahkan pemotongan PPh Pasal 22
Setoran Pajak atau SSP berjumlah kepada instansi yang melakukan bendaharawan pemerintah.
5 rangkap. Selanjutnya bendahara belanja sebagai bukti pembayaran
pengeluaran akan menyetorkan disertai dengan Surat Setoran Pajak
pajak atas pemungutan tersebut (SSP). Untuk lembar ke 1, 3, dan 5
ke bank persepsi. diberikan kepada Bendahara
pengeluaran, sedangkan untuk
lembar ke 2 dan 4 disimpan oleh
pihak bank sebagai arsip.
Tata Cara Penyetoran &

Pelaporan
PPh Pasal 22
Bendaharawan Pemerintah

Tata Cara Penyetoran Tata Cara Pelaporan

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh


Bendaharawan Pemerintah wajib

Bendaharawan Pemerintah wajib


melaporkan PPh Pasal 22 yang

disetor ke Kas Negara melalui Kantor


dipungut dengan menggunakan

Pos Persepsi, Bank Devisa Persepsi,


SPT Masa PPh Pasal 22 paling lama

atau Bank Persepsi yang ditunjuk oleh


20 (dua puluh) hari setelah Masa

Menteri Keuangan menggunakan


Pajak berakhir ke Kantor Pelayanan

Surat Setoran Pajak yang telah diisi


Pajak.
atas nama rekanan serta

ditandatangani oleh pemungut pajak.


Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai