Anda di halaman 1dari 19

Kasus Korupsi

PT JIWASRAYA
Mata Kuliah Kecurangan Pajak
Dosen pengampu Ibu Devi Nur Cahaya Ningsih, SE, MSA, Ak.

GO!
01

02
Nama Anggota Kelompok: 09
03

Eka Wahyu Apriliani Afhiya


Yulita Utmaya
205030400111016 205030400111034 205030401111035
PT Jiwasraya

PEMBAHASAN

2
1 3

Faktor penyebab Proses


Kronologi kasus kasus korupsi penyelidikan
PT Jiwasraya PT Jiwasraya dan akhir kasus
PT Jiwasraya
01
PT Jiwasraya
02

03
PT Jiwasraya
PT Jiwasraya adalah badan usaha
milik negara yang bergerak di sektor
asuransi. Perusahaan ini menjadi
perusahaan jasa perencanaan
keuangan terbesar dan tertua di
Indonesia. Namun, saat ini perusahaan
tersebut tengah menjadi sorotan
masyarakat dan jika dirunut
permasalahan ini sudah terjadi sejak
tahun 2000-an.
Kronologi kasus PT Jiwasraya menurut BPK
● 2006: Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29
triliun.
● 2008: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer untuk laporan keuangan 2006-2007 lantaran
penyajian informasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya. Defisit perseroan semakin lebar, yakni Rp5,7 triliun
pada 2008 dan Rp6,3 triliun pada 2009.
● 2014: Di tengah permasalahan keuangan, Jiwasraya menggelontorkan sponsor untuk klub sepakbola asal Inggris,
Manchester City.
● 2018: Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan surat pengesahan cadangan premi 2016
sebesar Rp10,9 triliun. Pada bulan yang sama, Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim dan Direktur Keuangan
Jiwasraya Hary Prasetyo dicopot. Nasabah mulai mencairkan JS Saving Plan karena mencium kebobrokan direksi lama
Mei 2018, pemegang saham menunjuk Asmawi Syam sebagai direktur utama Jiwasraya. Di bawah kepemimpinannya,
direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan laporan keuangan kepada Kementerian BUMN. Indikasi kejanggalan itu
betul, karena hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan keuangan 2017
mengoreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp2,4 triliun menjadi hanya Rp428 miliar.
● Oktober-November 2018, masalah tekanan likuiditas Jiwasraya mulai tercium publik. Perseroan mengumumkan tidak
dapat membayar klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan sebesar Rp802 miliar.
● Pada November, pemegang saham menunjuk Hexana Tri Sasongko sebagai Direktur Utama menggantikan Asmawi Syam.
Hexana mengungkap Jiwasraya membutuhkan dana sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas (RBC) 120
persen. Tak hanya itu, aset perusahaan tercatat hanya sebesar Rp23,26 triliun, sedangkan kewajibannya mencapai
Rp50,5 triliun. Akibatnya, ekuitas Jiwasraya negatif sebesar Rp27,24 triliun. Sementara itu, liabilitas dari produk JS Saving
Plan yang bermasalah tercatat sebesar Rp15,75 triliun..
Kronologi
kasus
01
2
02

03

02
01
Faktor

02 Adanya fraud pada laporan keuangan penyebab

(peluang memalsukan data)


03 yang dilakukan adalah dalam bentuk Window dressing. Window
dressing secara sederhana mengacu pada upaya membuat laporan
keuangan perusahaan terlihat lebih baik daripada realitas yang ada.
Oleh karena itu, window dressing acap kali dikonotasikan negatif karena
ada potensi untuk tindakan memanipulasi angka, data, dan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Melalui proses
manipulasi tersebut, perusahaan menampilkan hasil atau kinerja yang
baik sehingga investor semakin yakin bahwa dengan berinvestasi dalam
perusahaan tersebut, ia akan menuai keuntungan yang besar. Di balik
kesuksesan produk asuransi Jiwasraya yang laris manis di pasaran,
ternyata tak serta-merta diiringi dengan manajemen yang baik. Hal ini
terkuak dengan adanya indikasi fraud pada laporan keuangan tahun
2017. Dalam laporan keuangan tahun tersebut, total keuntungan yang
diraih Jiwasraya mencapai Rp 2,4 triliun, padahal laba sebenarnya
hanya sebesar Rp 328,44 miliar saja.
01
Adanya tekanan likuiditas akibat produk yang merugi Faktor
Ada dugaan kesalahan pembentukan harga produk atau investasi atas JS Saving Plan penyebab
02 Jiwasaraya tersebut alias mispricing. Imbal hasil atau bunga menjadi salah satu
pertimbangan dalam memilih produk keuangan, baik tabungan, deposito, investasi,
maupun asuransi saving plan. Iming-iming tingkat bunga yang tinggi sering kali efektif

03 untuk menarik banyak nasabah. Demikian pula yang terjadi pada produk asuransi JS
Saving Plan dari PT. Asuransi Jiwasraya yang dipasarkan oleh 7 bank mitra, yaitu BRI,
BTN, Standard Chartered, Bank Victoria, Bank KEB Hana Indonesia, Bank ANZ, dan Bank
QNB Indonesia. JS Saving Plan merupakan produk asuransi dengan sistem saving plan
yang menawarkan imbal hasil atau bunga sebesar 7%. Tingkat bunga yang ditawarkan
ini jelas lebih besar dari bunga deposito. Akhirnya banyak nasabah yang tertarik untuk
‘membeli’ produk asuransi ini. Apalagi Jiwasraya juga menawarkan perlindungan
asuransi sampai lima tahun. Kebijakan yang disematkan pada produk asuransi dari
Jiwasraya ini juga dianggap terlalu menguntungkan nasabah, karena nasabah
diperkenankan untuk menarik dananya setelah setahun plus imbal hasil sebesar 7%.
Namun kenyataannya, Tidak adanya aset dan pencadangan aset yang cukup untuk
memenuhi kewajiban membuat terjadi gagal bayar polis JS Saving Plan senilai Rop 12,4
triliun di Desember 2019.Penurunan kepercayaan nasabah membuat klaim atau lapse
rate secara signifikan meningkat ke 51% dan terus meningkat hingga 85%. Hal tersebut
menyebabkan tekanan likuiditas pada PT Asuransi Jiwasraya.Efeknya: perolehan premi
menurun tajam, pendapatan investasi Jiwasaraya menurun. Dengan klaim yang terus
naik membuat terjadi krisis likuiditas di Jiwasraya. Juni 2019, ekuitas Jiwasraya negatif
sebesar Rp 20,2 triliun dan rasio kecukupan modal atau risk based capital (RBC)
Jiwasraya minus hingga 664,4% .
01
Sistem kendali internal rendah Faktor
penyebab
02 Manajemen Jiwasraya diduga lemah dalam menjalankan prinsip
kehati-hatian dalam berinvestasi. Pihak Manajemen Jiwasraya diduga
lemah dalam menjalankan prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi
yang menyebabkan kerugian Negara. Dana yang diperoleh atas

03 penjualan produk asuransi Jiwasraya dikelola sedemikian rupa


sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat meningkatkan
kekuatan perusahaan secara finansial. Tak hanya itu, keuntungan
tersebut juga dipergunakan untuk memberikan imbal hasil kepada
para nasabah. Sayangnya, pengelolaan dana asuransi Jiwasraya
dinilai kurang menerapkan asas prudent. Jiwasraya terlalu
serampangan dalam berinvestasi. Dari laporan keuangan tahun 2017
terkuak bahwa sebagian besar dana nasabah diinvestasikan pada
reksadana dan saham. Celakanya, investasi tersebut kurang
memperhatikan manajemen risiko. Jiwasraya justru banyak
menginvestasikan dana nasabah pada saham tidak likuid yang
konsisten naik. Akibatnya, risiko gagal dan derita kerugian dialami
perusahaan Jiwasraya. Saham yang diborong Jiwasraya terpuruk di
pasar keuangan, sehingga berdampak pada tingkat keuntungan yang
diperoleh pun tidak maksimal dan mengalami kerugian. Sehingga
dalam Kasus PT Asuransi Jiwasraya ini menunjukkan bahwa telah
terjadi fraud atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang berakibat terjadinya gagal bayar hingga korupsi.
01
3
02

03
01 Proses
penyelidikan
dan akhir
02 kasus
Tim jaksa penyidik Kejaksaan Agung memeriksa 38 saksi terkait penyidikan
03 perkara tindak pidana korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana
investasi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Dari 38 saksi itu, 18 orang
di antaranya merupakan petugas bank. Mereka dimintai data rekening
bank dari bank yang bekerja sama dalam transaksi jual beli saham yang
diduga terkait kasus korupsi pada PT. Asuransi Jiwasraya. Dua puluh
saksi terdiri dari empat saksi dari management PT. Asuransi Jiwasraya,
empat saksi dari perusahaan emiten yang melantai di bursa saham,
delapan saksi dari perusahaan manajemen investasi, satu saksi konsultan
pajak, dua saksi dari bank yang terkait proses transaksi saham dan satu
saksi dari broker.
Kejaksaan Agung telah menetapkan status tersangka terhadap enam orang
dalam penyidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan
keuangan dan dana investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yaitu:
01 Proses
penyelidikan
02
Benny Tjokrosaputro dan akhir
kasus
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis Direktur Utama PT Hanson
03 Internasional Tbk, Benny Tjokrosaputro dengan hukuman penjara seumur hidup. Benny
Tjokrosaputro terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak korupsi bersama-sama dan
melakukan tindak pidana pencucian uang. Selain itu Benny Tjokrosaputro juga dikenakan
hukuman uang pengganti kerugian negara senilai Rp 6.078.000.000.
Benny dinyatakan bersalah melanggar:
1. Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.
Faktor yang memberatkan adalah Benny Tjokrosaputro terbukti menggunakan nominee atau nama
pihak lain atau KTP palsu. Selain itu, Benny juga mendirikan perusahaan yang tidak punya
kegiatan untuk menampung hasil kegiatan tindak pidana korupsi.
Proses
penyelidikan
Heru Hidayat dan akhir
kasus

Heru Hidayat mendapat vonis penjara seumur hidup karena terbukti bersalah dalam
kasus korupsi pada PT Asuransi Jiwasraya. Selain itu juga mendapat hukuman uang
pengganti kerugian negara senilai Rp 10.072.000.000.
Heru dinyatakan bersalah melanggar
1. Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Hal yang memberatkan adalah terdakwa melakukan tindak pidana korupsi
terorganisasi dengan baik, sehingga sangat sulit mengungkap perbuatannya.
Kemudian terdakwa menggunakan nominee dan menggunakan hasil korupsi untuk
berfoya-foya untuk perjudian. Selain itu akibat perbuatan Heru, nasabah Asuransi
Jiwasraya tidak bisa menerima manfaat yang mengakibatkan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi.
01 Proses
penyelidikan
dan akhir
02 kasus
Hendrisman Rahim
03 Mantan Direktur Utama PT Asuransi
Jiwasraya Persero,
Hendrisman Rahim divonis penjara
seumur hidup. Hendrisman diputus
bersalah telah melakukan korupsi
dengan memperkaya diri. Terdakwa
terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana korupsi secara
bersama-sama.
01 Proses
Mantan Direktur Keuangan PT Asuransi penyelidikan
dan akhir
02 Jiwasraya Hary Prasetyo juga divonis
hukuman penjara seumur hidup. kasus
Terdakwa secara sah dan
03 meyakinkan melanggar pasar 2 ayat
(1) dan pasal 18 UU 31/1999
sebagaimana telah diubah dengan
UU no 20/2001 tentang Hary Prasetyo
Pemberantasan Korupsi Pasal 55 (1)
ke 1 KUHP. Putusan terhadap Hary
Prasetyo tersebut sesuai dengan
tuntutan Jaksa Penuntut Umum
sebelumnya yakni pidana penjara
seumur hidup. Sebelumnya Jaksa
juga menuntut denda Rp
1.000.000.000
01 Syahmirwan Proses
penyelidikan
dan akhir
02 Mantan Kepala Divisi Investasi dan Keuangan PT
Asuransi Jiwasraya Syahmirwan juga divonis kasus
penjara seumur hidup karena bersalah dalam
03 skandal korupsi Jiwasraya. Terdakwa Syahmirwan
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan
bersama-sama sebagaimana dalam dakwaan
primer. Hakim menyatakan Syahmirwan
melanggar pasal 2 ayat (1) dan pasal 18 UU
31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU no
20/2001 tentang Pemberantasan Korupsi Pasal 55
(1) ke 1 KUHP.
THANK YOU
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai