Anda di halaman 1dari 10

Nama : Sagita Nur Aeni

Kelas : Akuntansi 8A

Npm : 431750020

KASUS JIWASRAYA

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menjadi sorotan masyarakat. Asuransi jiwa tertua di
Indonesia itu mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92
triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun
untuk kembali sehat.

Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang baru mencuat. Jika dirunut,
permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an. Berikut kronologi kasus Jiwasraya:
2006: Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya
tercatat negatif Rp3,29 triliun.

2008: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer (tidak menyatakan
pendapat) untuk laporan keuangan 2006-2007 lantaran penyajian informasi cadangan tidak dapat
diyakini kebenarannya. Defisit perseroan semakin lebar, yakni Rp5,7 triliun pada 2008 dan Rp6,3
triliun pada 2009.

2010-2012: Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan mencatatkan surplus sebesar Rp1,3
triliun pada akhir 2011. Namun, Kepala Biro Perasuransian Isa Rachmatawarta menyatakan
metode reasuransi merupakan penyelesaian sementara terhadap seluruh masalah. Sebab,
keuntungan operasi dari reasuransi cuma mencerminkan keuntungan semu dan tidak memiliki
keuntungan ekonomis.

Karenanya, pada Mei 2012, Isa menolak permohonan perpanjangan reasuransi. Laporan keuangan
Jiwasraya 2011 disebut tidak mencerminkan angka yang wajar

Pada 2012, Bapepam-LK memberikan izin produk JS Proteksi Plan pada 18 Desember 2012. JS
Proteksi Plan dipasarkan melalui kerja sama dengan bank (bancassurance).

Produk ini ikut menambah sakit perseroan lantaran menawarkan bunga tinggi, yakni 9 persen
hingga 13 persen.
2014: Di tengah permasalahan keuangan, Jiwasraya menggelontorkan sponsor untuk klub
sepakbola asal Inggris, Manchester City.

2017: Kondisi keuangan Jiwasraya tampak membaik. Laporan keuangan Jiwasraya pada 2017
positif dengan raihan pendapatan premi dari produk JS Saving Plan mencapai Rp21 triliun. Selain
itu, perseroan meraup laba Rp2,4 triliun naik 37,64 persen dari tahun 2016.

Perlu diketahui, sepanjang 2013-2017, pendapatan premi Jiwasraya meningkat karena penjualan
produk JS Saving Plan dengan periode pencairan setiap tahun.

2018: Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan surat pengesahan
cadangan premi 2016 sebesar Rp10,9 triliun.

Pada bulan yang sama, Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim dan Direktur Keuangan
Jiwasraya Hary Prasetyo dicopot. Nasabah mulai mencairkan JS Saving Plan karena mencium
kebobrokan direksi lama.

Mei 2018, pemegang saham menunjuk Asmawi Syam sebagai direktur utama Jiwasraya.
Di bawah kepemimpinannya, direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan laporan keuangan
kepada Kementerian BUMN.

Indikasi kejanggalan itu betul, karena hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP)
PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan keuangan 2017 mengoreksi laporan keuangan
interim dari laba sebesar Rp2,4 triliun menjadi hanya Rp428 miliar.

Agustus 2018, Menteri BUMN Rini Soemarno mengumpulkan direksi untuk mendalami potensi
gagal bayar perseroan. Ia juga meminta BPK dan BPKP untuk melakukan audit investigasi
terhadap Jiwasraya.

Oktober-November 2018, masalah tekanan likuiditas Jiwasraya mulai tercium publik. Perseroan
mengumumkan tidak dapat membayar klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan sebesar
Rp802 miliar.

Pada November, pemegang saham menunjuk Hexana Tri Sasongko sebagai Direktur Utama
menggantikan Asmawi Syam.
Hexana mengungkap Jiwasraya membutuhkan dana sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio
solvabilitas (RBC) 120 persen. Tak hanya itu, aset perusahaan tercatat hanya sebesar Rp23,26
triliun, sedangkan kewajibannya mencapai Rp50,5 triliun.

Akibatnya, ekuitas Jiwasraya negatif sebesar Rp27,24 triliun. Sementara itu, liabilitas dari produk
JS Saving Plan yang bermasalah tercatat sebesar Rp15,75 triliun.

November 2019, Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir mengaku


melaporkan indikasi kecurangan di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Hal itu dilakukan
setelah pemerintah melihat secara rinci laporan keuangan perusahaan yang dinilai tidak transparan.
Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di saham-saham
gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar klaim Asuransi Jiwasraya.
Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta juga menaikkan status pemeriksaan dari
penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus dugaan korupsi.

Desember 2019: Penyidikan Kejagung terhadap kasus dugaan korupsi Jiwasraya menyebut ada
pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Jaksa Agung ST Burhanuddin bahkan
mengatakan Jiwasraya banyak menempatkan 95 dana investasi pada aset-aset berisiko
Imbasnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut memantau perkembangan penanganan
perkara kasus dugaan korupsi di balik defisit anggaran Jiwasraya, selain itu, Kejagung meminta
Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM mencekal 10 nama yang
diduga bertanggung jawab atas kasus Jiwasraya, yaitu: HH, BT, AS, GLA, ERN, MZ, DW, HR,
HP, dan DYA.

Pada Rabu (8/1), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan pernyataan resmi terkait
skandal Jiwasraya. Salah satunya, laba perseroan sejak 2006 disebut semu karena melakukan
rekayasa akuntansi (window dressing). Hasil pemeriksaan BPK akan menjadi dasar bagi Kejagung
mengambil putusan terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas kondisi Jiwasraya.

1. Jelaskan apa yang terjadi sampe kasus fraude nya hingga dikatakan peristiwa gunung es !
Kondisi Jiwasraya pada periode 1980an, Jiwasraya mengalami peningkatan jumlah
nasabah dan penghimpunan dana asuransi. Tercatat, peserta asuransi Jiwasraya 1.506.631
orang dengan dana asuransi yang terhimpun mencapai Rp 2,050 triliun pada 1986. Jumlah
tersebut meningkat menjadi 1.975.908 nasabah dengan jumlah dana asuransi mencapai Rp
2,879 triliun. Periode 1990an, Jiwasraya sempat membaik meski terdampak krisis ekonomi
pada 1998. Akibatnya, Jiwasraya menurunkan target pendapatan premi menjadi Rp 450
miliar. Padahal pendapatan premi mencapai Rp 500 miliar pada 1997. Periode 2000an,
Jiwasraya dituding melakukan korupsi Rp 845 miliar terkait investasi repo saham oleh
Kantor Menneg BUMN pada 2005. Jiwasraya mengalami defisit Rp 3,29 triliun per 31
Desember 2006. Akhir 2008, Jiwasraya defisit Rp 5,7 triliun dan defisit Jiwasraya
meningkat menjadi Rp 6,3 triliun pada 2009. Meski demikian, memasuki periode 2011-
2016, keuangan Jiwasraya berjalan cukup baik dan mencatatkan keuntungan. Pada 2011
Jiwasraya surplus Rp 1,3 triliun. Hingga akhirnya pada 2018, Jiwasraya mengalami
masalah kembali yaitu gagal bayar polis. Selain itu, laba perseroan yang diklaim sebesar
Rp 2,4 triliun ternyata hanya Rp 360 miliar setelah diaudit. Catatan OJK, defisit Jiwasraya
sebesar Rp10,2 triliun per 31 Desember 2018. Seiring pergantian direksi Jiwasraya di awal
2018, dilakukan evaluasi kondisi Jiwasraya, termasuk produk. Jiwasraya memutuskan
menghentikan penjualan JS Saving Plan. Penghentian tersebut dilaksanakan bersamaan
saat penurunan kondisi keuangan Jiwasraya. Imbasnya likuiditas perusahaan pelat merah
ini tertekan. Pada akhir 2018, kondisi keuangan Jiwasraya semakin parah. Jiwasraya
memutuskan menjual aset investasinya untuk membayar klaim nasabah. OJK memprediksi
syarat rasio kecukupan modal untuk menanggung risiko atau risk based capital (RBC) di
atas 120 persen baru tercapai pada 2028. Jiwasraya mengajukan dispensasi untuk mencapai
kesehatan RBC di 2028. Pemerintah saat ini mengusulkan jalan keluar dengan
pembentukan anak perusahaan bernama Jiwasraya Putra. Membuat holding asuransi.
Terakhir kembali melakukan kerjasama reasuransi. Pemerintah saat ini sedang mencari
investor Jiwasraya Putra. Kabar terbaru 5 investor tertarik menanamkan modal di anak
usaha Jiwasraya tersebut. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir,
menjelaskan Jiwasraya salah satu BUMN yang akan direstrukturisasi oleh pemerintah.
Pihaknya, kata dia, akan memberikan beberapa solusi dalam enam bulan mendatang. Salah
satu solusinya adalah holdingisasi perusahaan asuransi untuk membantu arus kas. Dia
menjelaskan hal tersebut sebagai bagian dari penyelesaian masalah nasabah Jiwasraya
yang sampai sekarang belum mendapat kepastian. Solusi salah satunya holdingisasi
perusahaan asuransi sehingga bantu nasabah yang belum dapat kepastian, restruktrurisasi
prosesnya pasti berjalan, sudah gamblang tapi masih proses," kata Menteri Erick.
Sebelumnya, Direktur Utama Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko terlebih dahulu
memaparkan mengenai permasalahan dan kondisi perusahaan yang menyebabkan
penundaan pembayaran. Hal ini bermula dari kondisi keuangan perusahaan yang tercatat
negatif. Di mana dari risk based capital (RBC) atau rasio kecukupan modal di perusahaan
tercatat minus 805 persen. Sementara sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan modal
minimum yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi baik umum atau jiwa adalah 120
persen.
2. Jelaskan pengendalian Internalnya !
PT Jiwasraya ialah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam pengelolaan asuransi.
Perusahaan ini didirikan tahun 1966 yang merupakan peleburan dari beberapa perusahaan
asuransi lainnya. Sampai saat ini PT Jiwasraya belum terdaftar di bursa efek Indonesia
artinya masih belum Go Publik namun memiliki kewajiban dalam melaporkan laporan
keuangannya kepada publik melalui websitenya yakni www.jiwasraya.co.id .
Jika dihubungkan dengan kasus saat ini menurut lama berita kolom.tempo.co.id bahwa
kejaksaan agung melihat indikasi lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh OJK.
Lemahnya pengawasan OJK ini dapat dilihat dari sekitar 95% investasi saham di
gelontorkan untuk invesatasi kepada junk stock yang mana kinerjanya sangat buruk dan
98% investasi reksadana di serahkan kepada lembaga manajemen investasi yang kualitas
kinerja rendah. Hal ini menyebabkan pengembalian investasi yang diharapkan dapat
menutup klaim jatuh tempo ternyata tidak bisa digunakan. Dalam laman yang sama pula
dijelaskan mengenai laporan yang diterima DPR mengenai kinerja Jiwasraya tidak pernah
dilampiri laporan audit internal. Hal ini menunjukkan adanya kesalahan dalam sistem
pengendalian internal perusahaan. Audit internal perusahaan yang semestinya menjadi
pengawas kegiatan dan operasional dari perusahaan tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik.
PT Jiwasraya juga melakuakn sebuah tindakan skema pozi yang mana untuk menutupi
klaim yang akan dibayarkan, perusahaan menerbitkan produk dengan bunga yang tinggi
untuk menarik pendanaan. Dalam hal ini pengawasan terkait dengan tindakan yang
dilakukan pun sangat kurang. Untuk point pengawasan baik dari internal (audit internal)
dan eksternal (OJK) sama sama tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga
menimbulkan kerugian atas keuangan negara sebesar 17 triliun rupiah (CNBC). Dengan
adanya indikasi salah penempatan investasi baik saham maupun reksadana yang telah
dilakukan oleh PT Jiwasraya maka dapat disimpulkan kurangnya kompetensi direksi dalam
menempatkan karyawan atau SDM untuk mengelola investasi. Selain itu kurangnya
Kompetensi dalam auditor internal pun juga terasa yakni dengan tidak berfungsinya auditor
internal dalam mengawasi perusahaan. Dari segi akuntabilitas, mengutip pendapat dari
IAPI dalam websitenya yakni mulai tahun 2017 PT Jiwasraya tidak mempublish laporan
keuanganya. Artinya tanggung jawab kepada masyarakat dari perusahaan dan manajemen
sangat kurang. Dalam hal komitmen pun sangat kurang dalam PT Jiwasraya. Hal ini
tercermin dari adanya temuan korupsi oleh kejaksaan agung. Kantor Kejaksaan Agung
pada Rabu 15 Januari menyebut lima orang sebagai tersangka korupsi, tiga di antaranya
adalah mantan Direktur Keuangan Jiwasraya untuk periode Januari 2013-2018, Direktur
Utama Jiwasraya untuk periode 2008-2018 dan mantan Kepala Investasi Jiwasraya dan
Divisi Keuangan. Skandal fraud seperti yang terjadi pada Jiwasraya dapat terjadi di
perusahaan di banyak industri yang berbeda, baik dalam skala besar maupun kecil. Berita
baiknya adalah bahwa fraud dapat dicegah. Secara umum, kasus fraud seringkali
merupakan masalah budaya, yaitu transparansi.
 Peran internal auditor
Berikut ini pengawasan berlapis yang terdapat di industri asuransi jiwa, yakni:
1) Perusahaan asuransi jiwa wajib memiliki komisaris independen sebagai
anggota dari dewan komisaris untuk menjamin perlindungan terhadap
pemegang polis.
2) Seluruh direksi dan anggota dewan komisaris perusahaan asuransi jiwa
wajib untuk dinyatakan lulus dalam fit and proper test yang diselenggarakan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum ditunjuk dan kompeten dalam
pengelolaan risiko yang dibuktikan dengan sertifikasi manajemen risiko.
3) Penerapan syarat keberlanjutan bagi direksi dan dewan komisaris yang
ditujukan untuk menjaga profesionalitas dan meningkatkan kompetensi
direksi dan dewan komisaris.
4) Setiap tahun laporan keuangan perusahaan asuransi wajib untuk diaudit
oleh akuntan publik dan secara berkala (paling sedikit satu kali dalam tiga
tahun) laporan aktuaris perusahaan dinilai kewajarannya oleh konsultan
aktuaria independent.
5) Fungsi kepatuhan dan manajemen risiko juga merupakan fungsi-funsi yang
wajib terdapat pada perusahaan asuransi jiwa. Pejabat satu tingkat di bawah
direksi wajib memiliki sertifikasi kompetensi manajemen risiko.
6) Sebagai bagian dari pelaksanakan prinsip keterbukaan kepada pemangku
kepentingan, laporan keuangan perusahaan asuransi yang telah diaudit
wajib untuk dipublikasikan pada surat kabar harian dan juga website
perusahaan sehingga dapat menjadi acuan masyarakat dalam memilih
perusahaan asuransi.
7) Bentuk pengawasan dari regulator terkait yaitu dalam bentuk kewajiban
penyampaian laporan berkala (off site supervision) serta pemeriksaan
langsung (audit) yang dilakukan secara berkala (on site supervision).
Terdapat berbagai aspek yang diawasi dalam laporan berkala, di antaranya
kesehatan keuangan (modal minimum, tingkat solvabilitas wajib,
pengelolaan investasi, dan lainnya), penyelenggaran manajemen risiko serta
tata kelola perusahaan yang baik.
3. Jelaskan Implementasi Good Corporate Governance (GJG) nya !
Good corporate governance merupakan tata kelola yang baik dalam perusahaan yang
berguna agar perusahaan berjalan dengan baik. Penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan Hal ini dikarenakan
penerapan prinsip GCG mampu mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan,
mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan,
mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam
membuat keputusan untuk menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, mendorong timbulnya kesadaran
dan tanggung jawab sosial perusahaan, mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang
saham, meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
penerapan GCG dalam perusahaan yang ada di negara berkembang lebih berdampak positif
dibanding di negara maju. Perusahaan yang menerapkan GCG di lingkungan yang
hukumnya buruk akan lebih memperoleh manfaat (Klapper & Love,2002).
Penerapan good corporate governance mampu menghasilkan pengaruh positif terhadap
nilai perusahaan titik semakin Tingginya tingkat implementasi GCG, maka semakin tinggi
pula nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan tingginya harga saham. Sedangkan pada
perusahaan kecil penerapan corporate governance yang baik mampu mempunyai
kesempatan bertumbuh yang tinggi (Retno M. & Priantinah, 2012) Namun pada
penerapannya, proses penerapan good corporate governance tidak berdampak secara
langsung kepada kinerja perusahaan dalam jangka pendek. manfaat penerapan good
corporate governance bersifat long term atau jangka panjang. Penerapan good corporate
governance Ini seharusnya menjadi kultur bagi perusahaan, tetapi penerapannya sekarang
sebagian besar hanya karena dorongan regulasi. Kurangnya keseriusan perusahaan-
perusahaan di Indonesia dalam penerapan good corporate governance ini disebabkan oleh
buruknya sistem birokrasi dan penegakan hukum di Indonesia.
Akhir-akhir ini, terkuak kasus yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat yaitu
kasus yang terjadi pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara Jiwasraya. Jiwasraya
adalah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di sektor asuransi. Perusahaan
Jiwasraya didirikan sejak kolonial Belanda di mana perusahaan Jiwasraya pada awalnya
harus menunda pembayaran klaim atas 711 Polis atau sebesar 802 miliar. Banyaknya
kebijakan yang meninggalkan masalah dari investasi saham resiko tinggi dan munculnya
produk Jiwasraya saving Finance secara instan. Jiwasraya saving Finance baru saja
diluncurkan 5 tahun yang lalu dan merupakan investasi yang dibalur dengan investasi. Di
sini nasabah cukup membayar sebesar 1 juta di awal dan tahun berikutnya nasabah dapat
mengambil klaim tersebut yang dibalur dengan asuransi yang selama 5 tahun. Sebesar
17000 nasabah tergiur, pendapatan premi asuransi tersebut mampu mendongkrak kinerja
perusahaan Jiwasraya dalam sekejap tetapi dapat menimbulkan persoalan yaitu ketika
klaim jatuh tempo terjadi pada Oktober tahun 2018 dan perusahaan ini menunda
pembayaran polis sebesar 802 miliar dan membengkak menjadi belasan Triliun Rupiah
karena bunga dan kompensasi yang begitu tinggi. Kemudian, Jiwasraya juga mengalami
kerugian besar akibat berinvestasi di Reksadana saham resiko tinggi usulan 2 orang swasta
tujuannya demi mendapatkan keuntungan yang besar. 2 saham tersebut di antara lain
adalah dari PT Hanson International Tbk dan PT Trada alam minera Tbk. Di sini diduga
bahwa harga saham dari kedua perusahaan tersebut sengaja digoreng karena adanya
persengkongkolan yang dilakukan sehingga harga saham mereka turun drastis pada jangka
waktu 1 tahun dan tidak terdeteksi keanehannya oleh Bursa Efek Indonesia. Perserorangan
ini bahkan menempatkan 22,4% Dari aset keuangan atau sebesar 5,7 triliun rupiah. Yaitu
sebagian besar pada perusahaan dengan kinerja buruk. Kasus tersebut kemudian melebar
hingga masalah korupsi. Hingga Agustus 2019 lalu, Kejaksaan menaksir kerugian negara
untuk kasus dugaan korupsi ini mencapai 13,7 Triliun RupiahKonstruksi hukum tentu
sesuai dengan pasal dan dan yang disangkakan yaitu pasal 2 atau pasal 3 UU Tipikor atau
tindak pidana korupsi. Artinya membangun konstruksi hukum secara utuh sebagaimana
perbuatan yang diduga melanggar hukum yaitu, fee broker, pembelian saham yang tidak
likuid dan pembelian reksadana, kata kepala pusat penerangan hukum Kejaksaan Agung
hari Setiyono di Jakarta Senin (20/01/2020).
Dalam hal ini kejagung setelah resmi menetapkan 5 orang yang terkait dugaan korupsi pada
PT Jiwasraya kritik 5 tersangka tersebut yaitu Benny tjokrosaputro yang merupakan Dirut
PT Hanson International Tbk, Heru Hidayat selaku komisaris Utama PT Trada alam minera
Tbk, Hari Prasetyo yang merupakan direktur keuangan Jiwasraya periode 2013 sampai
dengan 2018, hendrisman rahim yaitu Direktur Utama Jiwasraya periode 2008 sampai
dengan 2018 dan Syah Mirwan mantan Kepala Divisi investasi dan keuangan Jiwasraya.
Saya sebagai mahasiswa akuntansi melakukan sebuah analisis Bagaimana penerapan GCG
dalam PT Jiwasraya Tbk ini. Penelitian ini ditekankan atas temuan investigasi BPK
terhadap Jiwasraya yang semakin menguak kejeblokan Jiwasraya termasuk adanya
kerangka kongkalikong di dalamnya. BPK menegaskan adanya 16 temuan terkait
pengelolaan bisnis, investasi dan pendapatan Jiwasraya. Hasil audit investigasi BPK
memperlihatkan kasus asuransi gagal bayar bermula sejak tahun 2006 pada saat itu
menurut catatan BPK, PT Jiwasraya telah mengukuhkan laba semu, pada tahun 2014
Jiwasraya malah menggelontorkan dana nya untuk sponsor suporter bola Manchester City.
Kemudian pada tahun 2015 Jiwasraya meluncurkan produk JS saving plan dengan cost of
fund di atas bunga deposito. Kemudian pada tahun yang sama ma berikan kontribusi
pendapatan tertinggi. Selanjutnya pada tahun 2017 opini tidak wajar dalam laporan
keuangan karena kurang pencadangan sebesar 7, 7 triliun 2018 Jiwasraya bukukan
kerugian audited sebesar 15,3 triliun. Pada tahun 2019 pada bulan September Jiwasraya
mengalami kerugian yang menurun yaitu sebesar 13,7 triliun dan pada bulan November
2019 mengalami negatif equity sebesar 27, 2 triliun. Tidak hanya itu, berdasarkan situs
resmi perseroan ini, bahwa catatan terakhir laporan keuangan dilakukan untuk tahun buku
2017. Padahal, dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 55/POJK. 05 5/2 2017
tentang laporan berkala perusahaan perasuransian di pasal 8 disebutkan bahwa perusahaan
perasuransian wajib menyampaikan laporan berkala kepada OJK dalam bentuk laporan
bulanan, triwulan, semesteran, dan laporan lain. Dalam sebuah perusahaan, penerapan
good corporate governance diharapkan mampu membawa perusahaan ke kondisi yang
terstruktur sesuai dengan peraturan yang berlaku dan profesional. Perlu diketahui, terdapat
prinsipprinsip GCG yang di antara lain adalah lebih dikenal dengan istilah TARIF (
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independence, kesetaraan dan kewajaran).

Anda mungkin juga menyukai