Anda di halaman 1dari 3

NAMA = Fadillah Mohammad Rafid

NIM = 12030121140266

Kronologi Lengkap Kasus Jiwasraya Versi BPK

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akhirnya menjabarkan secara rinci
kronologi kasus yang membelit Jiwasraya hingga berakhir tak mampu membayar polis asuransi
(gagal bayar) JS Savings Plan. Ketua BPK RI Agung Firman Sampurna menuturkan, penyebab
utama gagal bayarnya Jiwasraya adalah kesalahan mengelola investasi di dalam perusahaan.
Jiwasraya kerap menaruh dana di saham-saham berkinerja buruk. "Saham-saham yang berisiko
ini mengakibatkan negative spread dan menimbulkan tekanan likuiditas pada PT Asuransi
Jiwasraya yang berujung pada gagal bayar," kata Agung di BPK RI, Jakarta, Rabu (8/1/2020).
Adapun kasus Jiwasraya disebut-sebut bermula pada 2002. Saat itu, BUMN asuransi itu
dikabarkan sudah mengalami kesulitan. Namun, berdasarkan catatan BPK, Jiwasraya telah
membukukan laba semu sejak 2006. Alih-alih memperbaiki kinerja perusahaan dengan
mempertimbangkan saham berkualitas, Jiwasraya justru menggelontorkan dana sponsor untuk
klub sepak bola dunia, Manchester City, pada 2014. Kemudian pada tahun 2015, Jiwasraya
meluncurkan produk JS Saving Plan dengan cost of fund yang sangat tinggi di atas bunga
deposito dan obligasi. Sayangnya, dana tersebut kemudian diinvestasikan pada instrumen
saham dan reksadana yang berkualitas rendah. Pada 2017, Jiwasraya kembali memperoleh
opini tidak wajar dalam laporan keuangannya. Padahal, saat ini Jiwasraya mampu membukukan
laba Rp 360,3 miliar. Opini tidak wajar itu diperoleh akibat adanya kekurangan pencadangan
sebesar Rp 7,7 triliun. "Jika pencadangan dilakukan sesuai ketentuan, seharusnya perusahaan
menderita rugi (pada saat itu)," ungkap Agung. Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya akhirnya
membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3 triliun. Pada September 2019, kerugian
menurun jadi Rp 13,7 triliun. Kemudian pada November 2019, Jiwasraya mengalami negative
equity sebesar Rp 27,2 triliun. Disebutkan sebelumnya, kerugian itu terutama terjadi karena
Jiwasraya menjual produk saving plan dengan cost of fund tinggi di atas bunga deposito dan
obligasi. Apalagi berdasarkan catatan BPK, produk saving plan merupakan produk yang
memberikan kontribusi pendapatan tertinggi sejak tahun 2015.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Kronologi Lengkap Kasus
Jiwasraya Versi BPK", Klik untuk
baca: https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-
kasus-jiwasraya-versi-bpk?page=all.
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
ANALISIS KASUS
 Tiga belas tersangka korporasi Manajer Investasi (MI) dikenai Pasal 2 ayat (1).
 Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP; Dengan subsider Pasal 3.
 Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
 Tersangka korporasi kasus Jiwasraya ini juga dijerat Pasal 3 Undang-undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
subsider Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Menurut saya tentang kasus ini adalah kasus dengan tindak pidana korupsi, penipuan,
penggelapan, dan pencucian uang yang bernilai Rp16,8 triliun tentu sangat merugikan negara,
pasal pasal yang dijerat dalam kasus ini menurut saya cukup banyak dan beragam, akhir Mei
2021 restrukturisasi nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) atau Jiwasraya telah rampung.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan, sebanyak 98 persen nasabah
menerima tawaran restrukturisasi polis yang diberikan oleh pemerintah. proses restrukturisasi
yang menjadi upaya dari penyelamatan Jiwasraya itu telah dilakukan secara transparan. Hal ini
sekaligus menunjukkan keseriusan Kementerian BUMN dalam penanganan kasus perusahaan
asuransi ini, dalam wawancara wartawan Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
Tarkosunaryo meyakini tidak terdapat keterlibatan akuntan publik dalam kasus Jiwasraya.
Menurutnya, akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut telah bertindak sesuai
standar.

Sumber Data

https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-kasus-
jiwasraya-versi-bpk?page=all.

Anda mungkin juga menyukai