Anda di halaman 1dari 3

Nama: Rhei Fatah Ismail ATH

NIM: 1902112492
Tugas Analisis Kasus

ANALISIS KASUS MANIPULASI LABA SEMU PADA LAPORAN KEUANGAN

PT. ASURANSI JIWASARAYA

A. Hasil Investigasi Pendahuluan BPK Tentang PT Jiwasraya

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merinci soal hasil temuan investigasi pendahuluan
kepada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang sejak dilakukan 2018. Ketua BPK Agung
Firman Sampurna mengatakan Jiwasraya mengalami kerugian sejak 2006. Di mana AJS
memanipulasi laporan keuangannya. Mereka mencatat ada laba, tapi ternyata semu belaka.
"Sejak 2006, perusahaan masih membukukan laba,  tapi laba tersebut sebenarnya adalah
laba semu sebagai akibat dari rekayasa akuntansi atau window dressing di mana perusahaan
sebenarnya sudah mengalami kerugian," jelas Agung

Kemudian pada 2017, Jiwasraya tercatat membukukan laba sebesar Rp 360,3 miliar, tapi
kemudian mendapat opini adverse. Artinya opini tersebut tidak wajar, akibat adanya
kekurangan pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun. "Jika pencadangan dilakukan sesuai
ketentuan seharusnya perusahaan menderita kerugian," kata Agung melanjutkan. Pada 2018,
Jiwasraya kemudian membukukan kerugian Rp 15,3 triliun. Kemudian, pada September
2019, perusahaan diperkirakan rugi Rp 13,7 triliun. Keuangan memburuk hingga November
2019, keuangan perusahaan negatif Rp 27,2 triliun. "Kerugian terjadi karena Jiwasraya
menjual produk saving plan bunga tinggi di atas deposito sejak 2015. Dana itu
diinvestasikan di reksa dana kualitas rendah jadi negative spread," ujarnya. Pada akhirnya
hal ini mengakibatkan tekanan likuiditas pada Jiwasraya yang berujung pada gagal bayar.'

Pada penjualan saving plan, Ketua BPK Agung Firman Sampurna mengatakan, adanya
penyimpangan. Di antaranya penunjukan pejabat Kepala Pusat Bancassurance pada SPV
pusat bancassurance tidak sesuai ketentuan. Pengajuan cost of fund langsung kepada direksi,
tanpa melibatkan divisi terkait dan tidak didasarkan pada dokumen perhitungan cost of fund
dan review usulan cost of fund. "Penetapan cost of fund saving plan tidak
mempertimbangkan kemampuan investasi Jiwasraya untuk menghasilkan pendapatan yang
diperlukan untuk menutup biaya atas produk asuransi yang dijual," jelas dia.

Dalam pemasaran produk saving plan yang diduga ada konflik kepentingan karena pihak-
pihak terkait di Jiwasraya mendapatkan fee atas penjualan produk tersebut. Jiwasraya
Lakukan Investasi Pada Saham Berkualitas Rendah Lebih lanjut, Agung mengatakan,
Jiwasraya melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang berkualitas rendah yang
dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan.

Analisis pembelian dan penjualan saham diduga dilakukan secara pro forma dan tidak
didasarkan atas data yang valid dan obyektif. "Kemudian melakukan aktivitas jual beli
saham dalam waktu yang berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized gross, yang
kami duga window dressing juga," kata Agung.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200108173634-17-128650/ini-hasil-
lengkap-investigasi-pendahuluan-bpk-soal-jiwasraya

B. Analisis Kasus
Dengan adanya kasus manipulasi laba semu pada laporan keuangan yang terjadi pada PT
Asuransi Jiwasaraya memberi dampak kepada negara dan juga masyarakat. Dampak bagi
Negara yang terjadi yaitu Negara mengalami kerugian materi yang telah rakyat kumpulkan
dengan susah payah melalui pembayaran pajak. Selain itu dampak bagi masyarakat yaitu
timbulnya rasa ketidakpercayaan akan kredibilitas BUMN dan juga Auditor yang mengaudit
laporan keuangannya, ketidakpercayaan terhadap peran auditor mengakibatkan adanya
penolakan keterlibatan auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan PT Jiwasaraya dimana
hal tersebut sangat mencoreng nama baik profesi auditor di mata masyarakat, hal ini juga
sangat sulit untuk diubah karena seperti yang kita tahu bahwa hukuman korupsi di Indonesia
masih sangat ringan dan pemegang kuasa juga semena mena membuat peraturan demi
keuntungan pribadi nya.
Menurut saya kasus manipulasi laporan keuangan PT Jiwasaraya berasal dari pembukuan
yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dimana PT Jiwasaraya yang
seharusnya mengalam kerugian namun malah menyajikan keuntungan. Jika kerugian
tersebut membesar dan tidak disajikan dilaporan keuangan serta tidak dilaporkan maka PT
Jiwasaraya akan sulit untuk menanggulangi kerugian itu karena sudah terlanjut berbohong
terlalu dalam dan hal ini akan berdampak juga kepada stakeholder di perusahaan tersebut.
Kasus yang menimpa PT Jiwasraya ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu
tugas audit. Sedari awal, auditor eksternal yang seharusnya menyadari bahwa kemungkinan
besar akan ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT Jiwasaraya. Auditor eksternal
yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya harus terlaksana
berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya serta menjalankan etika profesinya
sebagai seorang auditor. Selain itu sebagai auditor eksternal wajib melakukan komunikasi
yang baik dan benar dengan komite audit yang ada pada PT Jiwasaraya untuk membangun
kesepahaman. Kemudian menjalain hubungan yang baik sehingga akan mempermudah
dalam penerapan system pengelolaan manajemen pada perusahaan. Selain itu dengan
keterlibatan auditor internal dalam menutupi manipulasi yang ada dalam laporan keuangan
tersebut dikarenakan oleh tidak adanya sikap profesinalisme dan tidak menjalankan kode
etik dalam bekerja sebagai auditor internal pada PT. Jiwasaraya.
Kasus manipulasi pada PT. Jiwasaraya dinyatakan telah terjadi dari tahun 2006 dan baru
terungkapan pada tahun 2020. Ini menandai buruknya kinerja dari BPK dalam mengungkap
manipulasi yang ada di PT Jiwasaraya.
Menurut pendapat saya, satu satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mengubah peraturan terhadap pelaku korupsi, seperti pemberian hukuman mati atau potong
tangan, sehingga orang yang memiliki wewenang akan berfikir 1000x sebelum bertindak
melakukan hal tersebut. Jikalau terdapat masyarakat yang berkata bahwa hukuman tersebut
melanggar ham, seharusnya mereka juga berfikir bahwa korupsi juga merupakan tindakan
yang melanggar ham, mencuri uang rakyat dan menyengsarakan ratusan juta jiwa penduduk
di Indonesia. Oleh sebab itu diperlukannya pemimpin yang tegas dan menjujung tinggi
keadilan dan nasionalisme untuk mengubah cacatnya hukum di negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai