Anda di halaman 1dari 15

Kasus

Pelanggaran
Etika PT.
Jiwasraya
Etika Profesi & Tata Kelola Korporat
Universitas Jenderal Soedirman
Anggota
Abdul Aziz C4C021004
Farid Kurniawan C4C021006
Sevita Sari Dewi C4C021009
Rhis Ogie Dewandaru C4C021010
Praktik Korupsi
PT Jiwasraya
Keterlibatan Pihak Internal
PT Asuransi Jiwasraya merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak pada sektor
asuransi. Perusahaan ini menawarkan pelayanan
pada asuransi untuk kecelakaan, kesehatan,
pendidikan, pensiun, dan juga asuransi jiwa.
Korupsi yang terjadi pada perusahaan yang
didirikan sejak tahun 1859 ini merupakan kasus
yang cukup besar karena menyebabkan kerugian
bagi negara hingga Rp 16,81 triliun. Selain itu,
korupsi ini juga melibatkan banyak pihak termasuk
pejabat dalam OJK, 13 Korporasi lain, serta
pimpinan-pimpinan dalam perusahaan
Asuransi Jiwasraya.
Gagal Bayar Polis
Jiwasraya mengalami gagal bayar polis
kepada para nasabahnya pada Oktober 2018, tetapi
sejak 2017 sudah terjadi peningkatan yang signifikan
karena terbebani oleh produk JS Saving Plan
yang menjanjikan fixed rate hingga 10% atau jauh
diatas rata - rata bunga deposito. Kondisi keuangan
Jiwasraya pada 27 Agustus 2018 sudah sangat
memprihatinkan karena rugi mencapai Rp4,1
triliun yang mengakibatkan tidak adanya
cadangan gaji dan operasional kantor, dan
sudah tidak mampu membayar hutang jatuh tempo
dalam jangka pendek. Dalam kurun waktu 2010-2019,
BPK sudah melakukan dua kali pemeriksaan
atas Jiwasraya.
Dalam PDTT 2016, BPK menemukan 16 temuan terkait
investasi saham ‘receh’ seperti LCGP, TRIO, SUGI.
Menindaklanjuti, BPK melakukan investigasi pendahuluan tahun
2018. Hasil investigasi mengungkapkan adanya Penyimpangan
Investasi & Saving Plan. Pada Juni 2018, Jiwasraya
melakukan investasi langsung pada 28 Reksadana tidak
likuid dan memiliki porsi tidak wajar diatas 90%. Pada 20
November 2019, BPK melakukan PDTT lanjutan atas
permasalahan ini dan Kejaksaan Agung melakukan audit
kerugian negara. Pada Januari 2020, BPK menemukan
manipulasi pencatatan laporan keuangan atau yang disebut
window dressing. BPK juga menemukan adanya pencatatan
keuntungan semu selama bertahun - tahun.

Temuan BPK
Tindak Pidana Pencucian Uang
Kasus korupsi pada PT Jiwasraya akan diterapkan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) jika penyidik menemukan hasil korupsi yang disamarkan. Dalam hal ini, kasus Jiwasraya
ditetapkan sebagai kasus korupsi dengan dugaan tindak pidana korupsi dengan ancaman Pasal 2,3 UU
Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Namun sampai saat ini, Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus masih mendalami dan mencari bukti lebih lanjut untuk membongkar dugaan
kasus korupsi yang terjadi di PT Jiwasraya yang diprediksi negara mengalami kerugian hingga Rp20
triliun.
Kronologi Kasus
2002-2004 2013
Insolvensi Rasio Solvabilitas <120%

2006 2014
BPK – Opini Disclaimer Lonjakan Premi 50%

2008-2009 2015
Defisit Rp 12 Triliun BPK - Kejanggalan

2011-2012 2016
Skema Reasuransi Investasi Tidak Wajar
Pelanggaran Etika
Pelayanan Publik
PT Jiwasraya
Penyimpangan Etika
Jiwasraya dianggap menyimpang etika baik dari
standar penilaian maupun etika yang berlaku di
masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari tindakan
rekayasa laporan keuangan yang berdampak
pada minimnya transparansi kepada masyarakat dan
juga negara. Jika dilihat dari perspektif deontologi, teleologi,
serta virtue ethics yang ketiganya merupakan penyeimbang
etika itu sendiri, maka nilai etika Jiwasraya sesuai standar
pelayanan publik masih dikesampingkan serta dianggap
tidak sebaik prosedur administrasi nya. Oleh karena itu,
penanaman etika dapat menjadi landasan bagi Jiwasraya
maupun pelayanan publik yang lain agar dampak negatif
terhadap penerima layanan serta mampu meningkatkan public
trust.
Transparansi & Partisipasi
Kurang baiknya kinerja pelayanan publik di Indonesia
saat ini salah satunya disebabkan oleh belum adanya
transparansi dan partisipasi yang baik dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Seperti dalam
kasus korupsi yang terjadi pada PT Jiwasraya,
perusahaan mengabaikan hak yang dimiliki oleh
masyarakat atas informasi yang dimiliki. Sebagai Badan
Usaha Milik Negara, sudah sepatutnya perusahaan
yang bergerak di bidang Asuransi ini menyusun laporan
keuangan serta informasi cadangan dengan benar.
Namun kenyataannya, informasi yang disajikan oleh PT
Asuransi Jiwasraya sungguh diragukan
kebenarannya karena berdasarkan catatan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), perusahaan kerap
membukukan laba semu sejak tahun 2006.
Pelanggaran Prinsip
Etika Profesi
PT Jiwasraya
Prinsip Etika Profesi
1. Tanggung Jawab profesi
Manipulasi pencatatan laporan keuangan, dalam
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan Publik
Jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi
sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut.Dan semua anggota
mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.
Di kasus ini publik khususnya nasabah sangat dirugikan,
karena PT Jiwasraya tidak bisa mengutamakan
kepentingan nasabah.
Prinsip Etika Profesi

3. Tanggung Jawab profesi


Integritas mengharuskan seorang anggota untuk
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan
dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip. Disini jelas
terjadi ketidak jujuran dari pihak PT.Jiwasraya
terhadap publik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai