Anda di halaman 1dari 3

Kasus PT Jiwasraya

Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk menilai
kinerja dari suatu perusahaan karena melalui laporan keuangan, masyarakat dapat melihat dengan
transparan terkait kondisi kesehatan dari suatu perusahaan. Namun laporan keuangan tidak akan
memiliki arti apabila tidak dibuat sesuai dengan kondisi nyata dari perusahaan tersebut, dan hal inilah
yang dilakukan oleh PT Jiwasraya.

Lalu sebenarnya apa saja prinsip yang dilanggar oleh PT Jiwasraya dalam kasus ini? Mari kita lihat dari
prinsip etika bisnis, terdapat beberapa prinsip yang dilanggar oleh PT Jiwasraya dalam kasus rekayasa
laporan keuangannya. Prinsip pertama yang dilanggar adalah prinsip bertanggung jawab, dapat dilihat
dari kegagalan PT Jiwasraya untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan yang dipublikasikan
kepada masyarakat.

Selanjutnya adalah prinsip kejujuran yang kondisi keuangannya sengaja ditutupi agar kinerja perusahaan
terlihat baik-baik saja. Terakhir adalah prinsip bertindak baik yang dapat dilihat dari kerugian besar yang
diterima masyarakat dan para nasabah yang tidak dapat mencairkan asuransinya. Hal ini tentunya
sangat merugikan bagi nasabah.

Selain melanggar prinsip etika bisnis, kasus rekayasa laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Jiwasraya
ini tentunya juga sudah melanggar berbagai prinsip Good Corporate Governance diantaranya;
transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness.

Transparansi, PT Jiwasraya melakukan window dressing pada laporan keuangannya sejak tahun 2006.
Tetapi audit laporan keuangan PT Jiwasraya baru dilakukan pada tahun 2017 dan hasil audit
membuktikan bahwa tidak terlaksananya prinsip transparansi.

Accountability atau akuntabilitas, perusahaan ini menggunakan uang yang didapatkan dari produk JS
Saving Plan untuk diinvestasikan di saham saham yang tidak memiliki akuntabilitas, tidak memiliki
fundamental yang baik, serta memiliki resiko yang sangat tinggi bagi PT Jiwasraya.

Responsibility atau tanggung jawab, PT Jiwasraya mengalami gagal bayar kepada nasabah JS Saving Plan
yang dijanjikan dengan total Rp 802 miliar. Ini berarti mereka sudah mengabaikan tanggung jawab ke
nasabah.

Independensi atau kemandirian, pada kasus PT Jiwasraya terlihat jelas bahwa perusahaan ini juga
mengabaikan prinsip independensi karena dari 13 perusahaan manajer investasi yang terlibat diduga
didalamnya terdapat kepentingan pribadi baik dari pihak manajemen PT Jiwasraya maupun dari pihak
lainnya.

Fairness atau keadilan, PT Jiwasraya tidak berperilaku adil untuk memenuhi hak para stakeholder
berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui kedua belah pihak dan peraturan undang-undang.

Lantas apa saja dampak yang ditimbulkan oleh kasus ini? Dengan adanya kasus gagal bayar tersebut,
dampak internal perusahaan PT Jiwasraya diharuskan untuk melakukan restrukturisasi karena keadaan
keuangan PT Jiwasraya yang dinilai sudah tidak mendukung lagi apabila dipaksakan untuk tetap
beroperasi dan mempertanggung jawabkan klaim nasabah. Setelah proses restrukturisasi selesai, PT
Jiwasraya akan digantikan sepenuhnya oleh IFG Life. Beberapa karyawan dari PT Jiwasraya juga terpaksa
untuk diberhentikan secara sepihak tanpa adanya sosialisasi terlebih dahulu dan terdapat karyawan
yang dimutasi tanpa melalui prosedur yang baik.

Menurut saya, PT Jiwasraya memberikan dampak yang cukup jelas untuk industri keuangan. Setelah
terjadinya kasus PT Jiwasraya, para investor menilai bahwa investasi saham sangat berisiko sehingga
terdapat banyak investor yang mengalihkan portofolio investasi mereka dari saham menjadi obligasi.
Peralihan tersebut menyebabkan nilai IHSG dan transaksi di pasar modal mengalami penurunan. Melihat
luasnya skala dari kasus PT Jiwasraya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berpendapat bahwa kasus ini
berpotensi untuk memberikan dampak perekonomian yang lebih besar. Selanjutnya, pihak eksternal
perusahaan yang paling terdampak dengan adanya kasus ini tentunya adalah nasabah dari PT Jiwasraya
yang menjadi terbengkalai dan tidak ada nasib yang jelas.

Dengan demikian, benang merah dari kasus ini adalah PT Jiwasraya melakukan pelanggaran etika bisnis
yang mengarah kepada tindakan ketidakjujuran serta tidak bertanggung jawab sehingga merugikan para
stakeholder yang dimilikinya. PT Jiwasraya sebagai perusahaan asuransi yang dipercayai oleh nasabah
untuk mengelola uang mereka diamanahkan untuk berlaku jujur, hati-hati, bertanggung jawab, serta
transparan. Kasus ini juga memberikan contoh bahwa prinsip Good Corporate Governance perlu
diterapkan pada suatu perusahaan. Dari kasus ini, pemerintah harus lebih tegas mengenai keterbukaan
informasi pada perusahaan perusahaan BUMN yang ada di Indonesia.

Saya menyarankan bagi perusahaan untuk lebih selektif dalam memilih seorang pemimpin sehingga
dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memiliki fungsi
pengawasan dan pengaturan atas kegiatan jasa keuangan seharusnya bertindak lebih awal terhadap
kasus PT Jiwasraya ini. Sangat disayangkan butuh waktu lebih dari sepuluh tahun dan kerugian bagi
negara sebanyak Rp 16,8 miliar hingga akhirnya kasus ini bisa mendapat perhatian dan keadilan.
PT Freeport Indonesia tentang Gaji Upah Pekerja PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan
multinasional (MNC), yaituperusahaan internasional atau transnasional yang berpusat di satu negara
tetapicabang ada di berbagai negara maju dan berkembang.

Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia disebabkan karenaperbedaan indeks standar
gaji yang diterapkan oleh manajemen padaoperasional Freeport diseluruh dunia. Pekerja Freeport
di Indonesia diketahuimendapatkan gaji lebih rendah dari pada pekerja Freeport di negara lain
untuklevel jabatan yang sama. Gaji sekarang perjam USD 1.5-USD 3. Padahal,dibandingkan
gaji di negara lain mencapai USD 15-USD 35 perjam. Sejauh ini,perundingannya masih menemui jalan
buntu. Manajemen Freeport bersikerasmenolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.

Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua digembor0gemborkan itu pun tidakseberapa karena tidak
mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malahrakyat Papua membayar lebih mahal karena
harus menanggung akibat berupakerusakan alam serta punahnya habitat Papua yang tidak ternilai
itu. Biayareklamasi tersebut tidak akan bisa dditanggung generasi Papua sampai tujuhturunan.

Umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari asetperusahaan. Menjaga
hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan.Sebab, di situlah terjadi hubungan
mutualisme satu dengan yang lain.Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi
semakin baik,sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal pemberiangaji yang
layak.

Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesiaterbukti tidak
memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soalnormatif yang sangat mendasar.
Kebijakan dengan memberikan diskresi luarbiasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata hanya sia-
sia

dalam ayat 1 (satu) sekurang-kurangnya memuat: (i) Waktu (hari, tanggal,dan jam) dimulai dan diakhiri
mogok kerja. (ii) Tempat mogok kerja. (iii)Alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan
mogok kerja. (iv)Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua
dansekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogokkerja. Kesimpulan Kasus
Dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia telah melanggar etikabisnis dan melanggar undang-
undang. Hak didasarkan atas martabat manusiadan martabat semua manusia itu sama. Karena hak
sangat cocok dengansuasana pemikiran demokratis. PT Freeport Indonesia sangat tidak
etisdimana kewajiban terhadap para karyawan tidak terpenuhi karena gaji yangditerima tidak layak
dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain.Padahal PT Freeport Indonesia merupakan
tambang emas dengan kualitasemas terbaik di dunia. Sebaiknya pemerintah Indonesia cepat
menanggapi masalah ini dan cepatmenanggulangi permasalahan PT Freeport Indonesia. Karena begitu
banyakSDA yang ada di Papua, tetapi masyarakat Papua khususnya dan NegaraIndonesia tidak
menikmati hasil dari kekayaan alam di Papua. Jangansampai Amerika mendapatkan semakin
banyak untung dari kekayaan yangdimiliki oleh Negara kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai