Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nabila Rahma

NIM : 1814190035
Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi
Nama Dosen : DR. Sri Kurniawati, S.E, M.M
Hari : Selasa
Waktu : 07.50 – 09.30
Ruang : A.507

TUGAS PERTEMUAN KELIMA

1. Oleh karena kebahagiaan sangat subjektif, bagaimana Anda mengukur secara


objektif dan menilai kebahagiaan? Apakah Anda setuju dengan J.S. Mill bahwa
aritmetik dapat digunakan untuk menghitung kebahagiaan? Apakah uang
merupakan perwakilan yang baik untuk kebahagiaan?
Jawab :
Kebahagiaan dapat diukur jika saya memiliki kepuasaan dan pencapaian terhadap
materi,kebahagiaan tidak muluk – muluk tentang barang atau uang tetapi saya
setuju dengan pendapat J.S Mill bahwa aritmetik dapat digunakan untuk
menghitung kebahagiaan karena sebagai manusia jika kita memiliki hal yng kita
inginkan tentunya kita merasa akan kebahagiaan itu sendiri tetapi karena kita
manusia pastinya kita tidak pernah puas,sehingga jia kita berada di sebuah level
tertentu pastinya kita akan naik pencapaian dan keinginan agar kita merasa lebih
bahagia lagi. Menurut saya uang ada perwakilan baik jika uang tersebut dapat
berkerja untuk anda dari penghasilan – penghasilan pasif yang didapatkan hanya
orang yang tidak memiiki uang yang bilang uang itu jahat padahal dengan uang kita
dapat membeli barang kebuhtuhan,dengan uang kita dapat menghasilkan uang lagi
yang terpenting dan terutama bagaimana cara kita mengelola uang tersebut dan
digunakan untuk kebaikan,uang dapat digunakan untuk memberikan donasi dan
lain halnya.

2. Mengapa menjadi suatu faktor penting bagi klien agar akuntan professional
berperilaku etika?
Jawab :
Faktor yang terpenting bagi klien agar akuntan professional berperilaku etika agar
kita dapat dipercayai klien sehingga klien juga mau bersifat terbuka sehingga klien
akan tetap menggunakan jasa dari akuntan tersebut.
3. Mengapa harapan para pemangku kepentingan perusahaan penting untuk reputasi
perusahaan dan profitabilitasnya?
Jawab :
Karena jika saling bersinergi dan beritegrasi saling bahu membahu saling
berpegangan pada prinsip dan etika perusahaan tersebut akan besar juga para
pemangku pementingan bekerja pada bidangnya masing masing sehingga cash flow
tetap berjalan dan kelancaran yang membuat profit melampaui target untuk
kepentingan dan keuntungan yang lebih besar lagi

Kartu Merah Buat 10 KAP Papan Atas

1. Coba Anda identifikasi, pelanggaran prinsip etika apa saja yang dilakukan oleh 10
KAP tersebut, serta jelaskan alasanya!
Jawab :
1. Pelanggaran yang dilakukan oleh Andi Iskandar dan rekan
Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah
satu derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah
satu badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan
kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan
bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila
dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63
milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak
dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak
ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi
keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset.
Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan
telah terjadi di sini. Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa
kekeliruan pencatatan tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai
pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang
pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan. Sehingga, sebagai
konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui menderita kerugian
sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa
piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta
Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun
tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi
disini.

2. Pelanggaran yang dilakukan oleh Hans Tuanakotta dan rekan


Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans Tuanakotta and Mustofa
(Deloitte Touche Tohmatsu's affiliate) adalah melanggar prinsip dasar etika profesi
akuntan, terutama integritas, objektivitas, dan perilaku profesional. Akuntan publik
Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan,
karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah
berdasarkan laporan fiktif atau tidak.Juga Sdr. Ludovicus Sensi W sebagai rekan
kerjanya. Untuk kasus PT. Kimia Farma, Direksi lama dan pihak manajemen yang
melakukan pelanggaran. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi
konsekuensi risiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan
kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah
kemungkinan ditutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut. Diluar risiko bisnis,
risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan
dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan.Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam
kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi. Tindakan pemerintah
dilakukan dimulai dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) yang melakukan
pemeriksaan laporan keuangan dan menemukan kesalahan yang terjadi. Lalu
ditindaklanjuti oleh BP2AP (Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik) yaitu
lembaga non pemerintah yang dibentuk oleh Ikatan Akuntan Indonesa (IAI) dan
pemberian sanksi administratif berupa denda, peringatan tertulis, pembekuan izin
usaha, atau pencabutan izin usaha. Tindakan yang dilakukan oleh HTM melanggar
UU nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan publik (Pasal 55 dan Pasal 56).

3. Pelanggaran yang dilakukan oleh Hendra Winata dan rekan


Kesalahan yang dilakukan akuntan publik dalam kasus di atas adalah kesalahan
dalam proses audit. Hal ini sangat memprihatinkan karena kesalahan yang
dilakukan oleh empat akuntan publik tersebut sangat mendasar. Kesalahan akuntan
publik tersebut tidak mencerminkan Prinsip-prinsip etika profesi yang tertuang
dalam Kode Etik Umum Akuntan Indonesia.Para akuntan tersebut tidak
berkompeten, tidak professional dan tidak bisa menjalankan maupun mematuhi
standar teknis yang ditetapkan.Dikatakan tidak berkompeten karena akuntan
terebut tidak memiliki kompetensi dan ketekunan serta tidak mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan
teknik yang paling mutakhir. Akuntan tersebut juga tidak professional karena tidak
berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan gagal menjauhi
tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi.Terakhir, akuntan tersebut tidak
sesuai dengan Standar teknis, yaitu setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan.Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati.

4. Pelanggaran yang dilakukan oleh JohanMalonda dan rekan


Melakukan pelanggaran dengan memanipulasi yang berkaitan dengan laporan audit
atas laporan keuangan konsolidasi PT Great River International Tbk tahun 2003.
Karena menurut BAPEPAM terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan
keuangan. Pasalnya, Bapepam menemukan kelebihan pencatatan penyajian akun
penjualan dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan
asset tetap dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian.
Akibatnya Great River mengalami kesulitan arus kas.Perusahaan ini tidak mampu
mebayar utang Rp. 250 Milyar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi
senilai Rp. 300 Milyar.

5. Pelanggaran yang dilkukan oleh Prasetio Utomo dan rekan


Enron dan KAP Prasetio Utomosudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar.
Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi
Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan
Enron dan KAP Prasetio Utomo.Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa
bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Prasetio Utomo. Karena
perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron
bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn KAP Prasetio
Utomo sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat
terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP
Prasetio Utomo dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat
kasus ini.

6. Pelanggaran yang dilakukan oleh Robert Yogi


Kasus yang terjadi adalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century
terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan. Laporan keuangan yang dikeluarkan
Bank Century yang dianggap menyesatkan ternyata banyak sekali terjadi kesalahan
yang material.Disini peran auditor sangat dibutuhkan untuk memeriksa laporan
keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang century dianggap menyesatkan antara
lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksaan Keuangan memuat “dosa”
LPS (lembaga penjamin simpanan) yang belum secara resmi menetapkan
perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal
tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau
adanya pernyataan material yang salah, dan dapat menyebabkan ketidaktepatan
opini yang diberikan oleh akuntan publik karena banyak ditemukan kesalahan yang
material oleh auditor pada saat melakukan pemeriksaan laporan keuangan.
Sehingga, auditor tersebut sulit untuk menemukan bukti-bukti yang rill dan sulit
untuk menerbitkan jenis opini pada Bank Century tersebut.

7. Pelanggaran yang dilakukan oleh Salaki dan salaki


Keterlibatan 10 KAP di Indonesia dalam praktik kecurangan Keuangan. KAP-KAP
tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan
pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan bahwa laporan Keuangan bank-bank
tersebut sehat. Saat krisis menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena
kinerja keuangannya sangat buruk.Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang
dilakukan pemerintah bahwa KAP-KAP tersebut terlibat dalam praktik kecurangan
akuntansi. 10 KAP yang dituduh melakukan praktik kecurangan akuntansi adalah
Hans Tuanakotta and Mustofa (Deloitte Touche Tohmatsu's affiliate), Johan
Malonda and Partners (NEXIA International's affiliate), Hendrawinata and Partners
(Grant Thornton International's affiliate), Prasetyo Utomo and Partners (Arthur
Andersen's affiliate), RB Tanubrata and Partners, Salaki and Salaki, Andi Iskandar
and Partners, Hadi Sutanto (menyatakantidak bersalah), S. Darmawan and Partners,
Robert Yogi and Partners.

8. Pelanggaran yang dilakukan oleh S.Darmawan dan rekan


Kasus yang terjadi adalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century
terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan. Laporan keuangan yang dikeluarkan
Bank Century yang dianggap menyesatkan ternyata banyak sekali terjadi kesalahan
yang material.Disini peran auditor sangat dibutuhkan untuk memeriksa laporan
keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang century dianggap menyesatkan antara
lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksaan Keuangan memuat “dosa”
LPS (lembaga penjamin simpanan) yang belum secara resmi menetapkan
perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal
tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau
adanya pernyataan material yang salah, dan dapat menyebabkan ketidaktepatan
opini yang diberikan oleh akuntan publik karena banyak ditemukan kesalahan yang
material oleh auditor pada saat melakukan pemeriksaan laporan
keuangan.Sehingga, auditor tersebut sulit untuk menemukan bukti-bukti yang rill
dan sulit untuk menerbitkan jenis opini pada Bank Century tersebut.

9. Pelanggaran yang dilakukan oleh RB Tanubrata dan rekan


Keterlibatan 10 KAP di Indonesia dalam praktik kecurangan Keuangan. KAP-KAP
tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan
pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan bahwa laporan Keuangan bank-bank
tersebut sehat. Saat krisis menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena
kinerja keuangannya sangat buruk.Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang
dilakukan pemerintah bahwa KAP-KAP tersebut terlibat dalam praktik kecurangan
akuntansi. 10 KAP yang dituduh melakukan praktik kecurangan akuntansi adalah
Hans Tuanakotta and Mustofa (Deloitte Touche Tohmatsu's affiliate), Johan
Malonda and Partners (NEXIA International's affiliate), Hendrawinata and Partners
(Grant Thornton International's affiliate), Prasetyo Utomo and Partners (Arthur
Andersen's affiliate), RB Tanubrata and Partners, Salaki and Salaki, Andi Iskandar
and Partners, Hadi Sutanto (menyatakantidak bersalah), S. Darmawan and Partners,
Robert Yogi and Partners.

10. Pelanggaran yang dilakukan oleh Hadi Susanto


Hadi Sutanto & Rekan yang mengaudit Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun
Buku 2002- tidak bersedia terasosiasi dengan pekerjaan audit KAP Eddy Pianto
untuk menghindari risiko yang dapat merugikan jika terasosiasi dengan pekerjaan
audit KAP Eddy Pianto dan menolak hasil auditnya untuk diacu dalam pekerjaan
audit KAP Eddy Pianto dalam Form 20-F PT. Telkom karena karena keraguan
kelayakan hak berpraktek KAP Eddy Pianto dihadapan US SEC. Kejadian ini
dianggap melanggar kode etik karena KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan tidak
memiliki kewenangan untuk menilai kualifikasi KAP lainnya (Eddy Pianto) untuk
berpraktek di hadapan US SEC. Tindakan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan
menyebabkan persaingan tidak sehat berupa menyebabkan competitive harm dan
consumer harm. Bagi KAP Eddy Pianto, yaitu menimbulkan pernilaian bahwa KAP
Eddy Pianto tidak dapat menyelesaikan dan tidak mampu melakukan pekerjaan
audit terhadap Laporan Keuangan PT. Telkom tersebut. Penilaian tersebut
berakibat menurunkan reputasi KAP second layer (KAP Eddy Pianto) pada
umumnya di mata perusahaan pengguna jasa audit first layer (Drs. Hadi Sutanto &
Rekan), sehingga pilihan perusahaan pengguna jasa audit first layer tetap
terkonsentrasi pada KAP first layer. Hal ini jelas menggambarkan persaingan yang
tidak sehat antar KAP. Kejadian tersebut tidak hanya merugikan KAP Eddy Pianto
tapi juga merugikan PT. Telkom, sebagai pengguna jasa audit terpaksa harus
mengeluarkan tambahan waktu, tenaga, dan biaya yang seharusnya tidak perlu
dikeluarkan bila proses pelaksanaan audit berjalan normal. Kejadian diatas hanya
salah satu contoh pelanggaran kode etik dalam dunia akuntan. Dalam menghadapi
keadaan seperti ini, akuntan perlu untuk terus berpegang pada kode etik profesi
akuntan dan bila kode etik tidak dapat memberikan pengarahan yang jelas maka
akuntan harus kembali pada etika dan nilai-nilai yang Ia percayai.

Kesimpulannya pelanggaran yang dilakukan oleh 10 KAP adalah melanggar


prinsip-prinsip etika yang digariskan dalam kode etik akuntansi, yaitu seperti
prinsip integritas, objektivitas, kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional. Alasannya adalah karena 10 KAP tersebut telah melakukan
pengauditan pada bank-bank yang bermasalah yang sudah jelas hal tersebut
melanggar kode etik sebagai seorang akuntan publik.

2. Menurut Anda apakah fungsi BPKP? Apa perbedaan BPKP dengan BPK dilihat
dari fungsinya?
Jawab :
Fungsi BPKP adalah :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasankeu
angan dan pembangunan;
2. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan d
an pembangunan;
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pen
gawasan keuangan dan pembangunan;
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawai
an, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah
tangga.
Perbedaan BPK dengan BPKP dilihat dari fungsinya adalah BPK sebagai auditor
ekternal yang melaksanakan pemeriksaan yang sifatnya lebih represif (seluruhnya
kegiatan audit) sedangkan BPKP lebih kepada pengawasan yang bersifat preventif
/ pembinaan (tidak sepenuhnya kegiatan audit)

3. Coba Anda cari dan pelajari mekanisme dari badan peradilan profesi yang ada
dibawah organisasi IAI!
Jawab :
Mekanisme dari badan peradilan profesi yang ada dibawah organisasi IAI
1. Kantor Akuntan Publik Ketaatan terhadap kode etik adalah tanggung jawab
pimpinan KAP dimana anggota itu bekerja. Managing partner dan partner
serta manager KAP melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya perilaku
ini.
2. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik “IAI”
IAI Di lingkungan Kompartemen Akuntan Publik, usaha pengawasan
inidiwujudkan dalam bentuk "Peer Review" yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Seksi Pengendalian Mutu di lingkungan kepengurusan
IAI di Kompartemen tersebut. Pengawasan oleh Unit Peer Review yang
khusus dibentuk untuk mengawasi sesama KAP sampai saat ini belum
pernah terlaksana.
3. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik ”IAI”
Badan ini merupakan unit organisasi yang melaksanakan peradilan pada
tingkat pertama terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota IAI kompartemen akuntan pendidik
4. Dewan Pertimbangan Profesi IAI
Dewan ini berfungsi sebagai peradilan tingkat banding untuk kasus – kasus
yang telah diputuskan hukumnya berdasarkan keputusan pada tingkat
Badan Pengawas Profesi.Dewan ini melaksanakan peradilan untuk kasus –
kasus pelanggaran lainnya yang tidak berkaitan dengan akuntan publik
5. Departemen Keungan RI Yaitu Direktorat Jenderal Lembaga
Keuangan,misalnya Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
6. BPKP Berdasarkan Keppres 31/th 1983, wewenangnya adalah melakukan
pengawasan terhadap KAP.

4. Bagaimana pendapat Anda tentang kontrofersi yang telah diambil oleh BP2AP
terhadap 10 KAP dihadapkan dengan keberatan yang disampaikan oleh Direktur
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai DJLK Depkeu kepada Ketua MK IAI?
Jawab :
Menurut saya dalam menghadapi kasus ini, akuntan perlu untuk berpegang pada
kode etik profesi akuntan agar tidak ada lagi kecurangan-kecurangan yang
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Seharusnya sanksi yang dijatuhkan
sesuai dengan ketentuan dan disesuaikan dengan pelanggaran etika yang dilakukan.
Sanksi yang ringan tidak akan memberikan efek jera sehingga keselahan tersebut
bisa saja berlanjut. Sanksi yang dijatuhkan harus setimpal dengan pelanggaran yang
dilakukan agar dapat memberikan efek jera bagi tersangka.

Anda mungkin juga menyukai